JURNAL BELAJAR 7
Nama :
Linda Tri Antika
NIM :
209341417443
Kelas :
AA
Matakuliah :
Belajar dan Pembelajaran
Dosen :
Dr. Hj. Sri Endah Indriwati, M.Pd
Jam/ Ruang : 03
– 04 dan 07 – 08 SPA 307
Hari, Tanggal : Senin-Selasa, 3-4 September 2011
Jurnal ke- :
7
Konsep : Pemrosesan Informasi Gagne dan
Hakikat Hasil Belajar
1.
EKSPLORASI KONSEP YANG DIPELAJARI DAN INFORMASI/ KONSEP
YANG DITERIMA DARI DOSEN/ HASIL PRESENTASI
a)
3 Oktober 2011
Hari ini yang mengajar bukan Ibu Endah, tetapi Pak
Supratman, PPL dari Pasca Sarjana UM. Hari senin ini sesuai dengan RPS, kami
mempelajari tentang teori pemrosesan informasi (Gagne).
v Teori Pemrosesan Informasi (Information Processing Theory) Gagne
Asumsi
yang mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat
penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari
pembelajaran. Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan
informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk
hasil belajar.
Dalam
pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal
dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam
diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif
yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari
lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.
v
Delapan fase tahapan proses pembelajaran
menurut Gagne
1. Motivasi
2.
Pemahaman
3.
Pemerolehan
4.
Penyimpanan
5.
Ingatan kembali
6.
Generalisasi
7.
Perlakuan
8. Umpan
balik.
Berdasarkan sumber yang saya persiapkan sebelum
kuliah, Mohammad
Surya, Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran, (Jakarta: Pusataka Bani
Quraisy, 2004), 17. Gagne berpendapat bahwa dalam pembelajaran
terjadi proses penerimaan informasi untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan
keluaran dalam bentuk hasil pembelajaran. Dalam pemrosesan itu informasi itu
terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi
eksternal individu.
v Kondisi
internal adalah:
1. Keadaan
di dalam dari individu yang diperlukan untuk mencapai hasil pembelajaran.
2.
Proses kognitif yang terjadi dari dalam
individu selama proses pembelajaran berlangsung.
v
Sedangkan kondisi eksternal adalah berbagai
rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses
pembelajaran. Interaksi antara kondisi internal dan kondisi eksternal
menghasilkan hasil pembelajaran.
Menurut teori Gagne, hasil pembelajaran
merupakan keluaran dari pemrosesan yang berupa kecakapan manusia (Human
Capabilities) yang terdiri atas:
1. Informasi Verbal
Informasi verbal adalah hasil pembelajaran yang
berupa informasi yang dinyatakan dalam bentuk verbal (kata-kata atau kalimat)
baik secara tertulis atau lisan. Informasi verbal adalah berupa pemberian nama
atau label terhadap suatu benda atau fakta, pemberian definisi atau pengertian,
atau perumusan mengenai berbagai hal dalam bentuk verbal.
2. Kecakapan Intelektual
Kecakapan intelektual adalah kecakapan individu
dalam melakukan interaksi dengan lingkungan yang menggunakan simbol-simbol.
Misalnya simbol-simbol dalam bentuk matematik, seperti penambahan, pengurangan,
pembagian, perkalian dan sebagainya. Kecakapan intelektual ini mencakup
kecakapan dalam membedakan (diskriminasi). Konsep intelektual sangat diperlukan
dalam menghadapi pemecahan masalah.
3. Strategi Kognitif
Strategi kognitif ialah kecakapan individu
untuk melakukan pengendalian dan mengelola (management) keseluruhan
aktifitasnya. Dalam proses pembelajaran, strategi kognitif ini kemampuan
mengendalikan ingatan dan cara-cara berfikir agar terjadi aktifitas yang
efektif. Kalau kecakapan intelektual lebih banyak terarah kepada proses
pemikiran pelajar. Strategi kognitif ini memberikan kemudahan bagi para pelajar
untuk memilih informasi verbal dan kecakapan intelektual yang sesuai untuk
diterapkan selama proses pembelajaran dan berfikir.
4. Sikap
Sikap ialah hasil pembelajaran yang berupa
kecakapan individu untuk memilih berbagai tindakan yang akan dilakukan. Dengan
kata lain, sikap dapat diartikan sebagai keadaan didalam diri individu yang
akan member arah kecenderungan bertindak dalam menghadapi suatu objek atau
rangsangan. Dalam sikap terdapat pemikiran, peradaan yang menyertai pemikiran,
dan kesiapan untuk bertindak.
5. Kecakapan Motorik
Kecakapan
motorik ialah hasil pembelajaran yang berupa kecakapan pergerakan yang
dikontrol oleh otot dan fisik.
Selain memberikan teori mengenai
pemrosesan data, Pak Supratman juga memberikan LKS untuk tiap kelompok.
Kelompok saya mendapatkan LKS mengenai teori Kognitif dari Piaget. Saya
menjelaskan di depan kelas bersumber buku Perkembangan Peserta Didik dari
Desmita mengenai perkembangan kognitif seseorang berdasarkan umurnya, yaitu:
sensori motor, pra-operasional, operasional konkret, dan operasional formal.
Selanjutnya kelompok lain menjelaskan topik yang lainnya.
b)
27 September 2011
v Hakikat Hasil Belajar
Hari ini kleas kami diajar oleh Bapak Efendi yang juga
dari PPL Pascasarjana UM. Pak Effendy menggunakan pembelajaran diskusi
kelompok, yang pembagiannya diselingi dengan hiburan lagu kartun yang lucu.
Diskusi dimulai dengan pemberian pertanyaan dalam bentuk slide mengenai
pengertian hasil belajar dan materi ajar, fungsi dan tujuan hasil belajar dan
materi ajar, faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar, langkah dalam
menentukan materi ajar, dan sebagainya.
Setelah diberi kesempatan untuk berdiskusi, maka tiap
kelompok menyampaikan jawaban masing-masing (kerja kelompok berdasarkan nomor,
contoh: kelompok 1 mengerjakan soal 1, dan seterusnya). Setelah selesai diskusi
dan penyampaian hasil diskusi, saya kurang faham karena tidak ada review dari
pengajar. Padahal saya sangat berharap ada review dari pengajar.
Yang saya dapatkan hari ini adalah:
ΓΌ Belajar adalah proses
penerimaan informasi.
ΓΌ Mengajar adalah proses
pemberian informasi dari satu orang pada orang lainnya. Misal: Dari guru ke
murid.
ΓΌ Pembelajaran adalah proses
belajar dan mengajar, di mana ada kegiatan pemberian informasi dan penerimaan
informasi.
ΓΌ Hasil belajar adalah
sesuatu yang didapat setelah mengalami atau melakukan proses pembelajaran,
biasanya terjadi perubahan tingkah laku.
ΓΌ Faktor yang berpengaruh
terhadap hasil belajar adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal terdiri atas aspek fisiologi dan aspek psikologi. Sedangkan faktor
eksternal terkait dengan kondisi lingkungan luar.
Lima
Macam Hasil Belajar Gagne
Gagne
mengemukakan 5 macam hasil belajar atau kapabilitas tiga bersifat kognitif,
satu bersifat afektif dan satu bersifat psikomotor.Hasil belajar menjadi lima
kategori kapabilitas sebagai berikut :
1.Informasi
Verbal
Kapabilitas
informasi verbal merupakan kemampuan untuk mengkomunikasikan secara lisan
pengetahuannya tentang fakta-fakta.
2. Ketrampilan
Intelektual
Kapabilitas
ketrampilan intelektual merupakan kemampuan untuk dapat membedakan, menguasai
konsep aturan, dan memecahkan masalah. Kapabilitas Ketrampilan Intelektual oleh
Gagne dikelompokkan dalam 8 tipe belajar yaitu :
a.
Belajar Isyarat
b.
Belajar stimulus Respon
c.
Belajar Rangkaian Gerak
d.
Belajar Rangkaian Verbal
e.
Belajar membedakan
f.
Belajar Pembentukan konsep
g.
Belajar Pembentukan Aturan
h.
Belajar Memecahkan Masalah
3.
Strategi Kognitif
Kapabilitas
Strategi Kognitif adalah Kemampuan untuk mengkoordinasikan serta mengembangkan
proses berfikir dengan cara merekam, membuat analisis dan sintesis.
4. Sikap
Kapabilitas
Sikap adalah kecenderungan untuk merespon secara tepat terhadap stimulus atas
dasar penilaian terhadap stimulus tersebut.
5. Ketrampilan
Motorik
Untuk
dapat mengetahui seseorang memiliki kapabilitas ketrampilan motorik dapat
dilihat dari segi kecepatan, ketepatan, dan kelancaran gerakan otot-otot serta
anggota badan yang diperlihatkan orang tersebut.
2.
HASIL EKSPLORASI
a)
Pemrosesan informasi
Pada sumber (bk2009.files.wordpress.com/2011/01/makalah.docx),bahwa
Robert
Gagne adalah penggagas teori Pemrosesan
Informasi, Menurut
Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk
kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya
interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal
individu.
Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri
individu yangdiperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang
terjadidalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan
darilingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.
Asumsi
yang mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat
penting dalam perkembangan. Perkembanganmerupakan hasil kumulatif dari
pembelajaran.
Proses belajar
Gagne membagi proses belajar berlangsung dalam
empat fase utama, yaitu: (1) receiving the stimulus situation
(apprehending), (2) stage of acquisition, (3) storage, (4) retrieval.
a.
Fase Receiving the stimulus
situation (apprehending)
Merupakan
fase seseorang memperhatikan stimulus tertentu kemudian menangkap artinya dan
memahami stimulus tersebut untuk kemudian ditafsirkan sendiri dengan berbagai
cara. Misalnya “golden eye” bisa ditafsirkan sebagai jembatan di amerika atau
sebuah judul film. Stimulus itu dapat spontan diterima atau seorang Guru dapat
memberikan stimulus agar siswa memperhatikan apa yang akan diucapkan.
b.
Fase Stage of Acquition
Pada
fase ini seseorang akan dapat memperoleh suatu kesanggupan yang belum diperoleh
sebelumnya dengan menghubung-hubungkan informasi yang diterima dengan
pengetahuan sebelumnya. Atau boleh dikatakan pada fase ini siswa membentuk
asosiasi-asosiasi antara informasi baru dan informasi lama.
c.
Fase storage /retensi
Fase
penyimpanan informasi, ada informasi yang disimpan dalam jangka pendek ada yang
dalam jangka panjang, melalui pengulangan informasi dalam memori jangka pendek
dapat dipindahkan ke memori jangka panjang.
d.
Fase Retrieval/Recall
Fase
mengingat kembali atau memanggil kembali informasi yang ada dalam memori.
Kadang-kadang dapat saja informasi itu hilang dalam memori atau kehilangan
hubungan dengan memori jangka panjang. Untuk lebih daya ingat maka perlu
informasi yang baru dan yang lama disusun secara terorganisasi, diatur dengan
baik atas pengelompokan-pengelompokan menjadi katagori, konsep sehingga lebih
mudah dipanggil.
Kemudian ada fase-fase lain yang
dianggap tidak utama, yaitu :
e.
Fase motivasi
Sebelum pelajaran dimulai guru
memberikan motivasi kepada siswa untuk belajar.
f.
Fase generalisasi
Fase transfer informasi, pada
situasi-situasi baru, agar lebih meningkatkan daya ingat, siswa dapat diminta
mengaplikasikan sesuatu dengan informasi baru tersebut.
g.
Fase penampilan
Fase dimana siswa harus
memperlihatkan sesuatu penampilan yang nampak setelah mempelajari sesuatu,
seperti mempelajari struktur kalimat dalam bahasa mereka dapat membuat kalimat
yang benar.
h.
Fase umpan balik,
Siswa harus diberikan umpan balik
dari apa yang telah ditampilkan (reinforcement).
b)
Hakikat Hasil Belajar
Pada
sumber (bk2009.files.wordpress.com/2011/01/makalah.docx) bahwa setelah selesai belajar, penampilan
yang dapat diamati sebagai hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan (capabilities).
Kemampuan-kemampuan tersebut dibedakan berdasarkan atas kondisi mencapai
kemampuan tersebut berbeda-beda.
Ada lima kemampuan (kapabilitas) sebagai hasil belajar yang
diberikan Gagne yaitu :
1.
Verbal Information (informasi
verbal),
adalah kemampuan siswa untuk
memiliki keterampilan mengingat informasi verbal, ini dapat dicontohkan kemampuan
siswa mengetahui benda-benda, huruf alphabet dan yang lainnya yang bersifat
verbal.
2.
Intellectual Skills (keterampilan intelektual)
Merupakan penampilan yang ditunjukkan siswa tentang
operasi-operasi intelektual yang dapat dilakukannya. Keterampilan intelektual
memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungannya melalui pengunaan
simbol-simbol atau gagasan-gagasan. Yang membedakan keterampilan intelektual
pada bidang tertentu adalah terletak pada tingkat kompleksitasnya.
Untuk memecahkan masalah siswa memerlukan aturan-aturan tingkat
tinggi yaitu aturan-aturan yang kompleks yang berisi aturan-aturan dan konsep
terdefinisi, untuk memperloleh aturan – aturan ini siswa sudah harus belajar
beberapa konsep konkret, dan untuk belajar konsep konkret ini siswa harus
menguasai diskriminasi-diskriminasi.
3.
Cognitive strategies (strategi kognitif)
Merupakan suatu macam keterampilan intelektual khusus yang
mempunyai kepentingan tertentu bagi belajar dan berpikir. Proses kontrol yang
digunakan siswa untuk memilih dan mengubah cara-cara memberikan perhatian,
belajar, mengingat dan berpikir. Beberapa strategi kognitif adalah : (1)
strategi menghafal, (2) strategi elaborasi, (3) strategi pengaturan, (4)
strategi metakognitif, (5) strategi afektif.
4.
Attitudes (sikap-sikap)
Merupakan pembawaan yang dapat dipelajari dan dapat mempengaruhi
perilaku seseorang terhadap benda, kejadian atau mahluk hidup lainnya.
Sekelompok sikap yang penting ialah sikap-sikap kita terhadap orang lain.
Bagaimana sikap-sikap sosial itu diperoleh setelah mendapat pembelajaran itu
yang menjadi hal penting dalam menerapkan metode dan materi pembelajaran.
5.
Motor Skills (keterampilan motorik)
Merupakan keterampilan kegiatan
fisik dan penggabungan kegiatan motorik dengan intelektual sebagai hasil
belajar. Keterampilan motorik bukan hanya mencakup kegiatan fisik saja tapi
juga kegiatan motorik dengan intelektual seperti membaca, menulis, dllnya.
Ahmadi (dalam Samier, 2008:1) menyatakan
“setiap aktivitas yang
dilakukan oleh seseorang tentu ada faktor – faktor yang mempengaruhinya, baik
yang cenderung mendorong maupun yang menghambat”. Faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar siswa itu adalah sebagai berikut:
1)
Faktor Internal.
Faktor
internal ada1ah faktor yang berasal dari dalam diri siswa. Faktor ini dapat
dibagi dalam beberapa bagian, yaitu:
(a) Faktor
lntelegensi
Intelegensi ini memegang peranan yang sangat
penting bagi prestasi belajar siswa. Karena tingginya peranan intelegensi dalam
mencapai prestasi belajar maka guru harus memberikan perhatian yang sangat
besar terhadap bidang studi yang banyak membutuhkan berpikir rasiologi untuk
mata pelajaran matematika.
(b) Faktor
Minat
Minat adalah kecenderungan yang mantap dalam
subjek untuk merasa tertarik pada bidang tertentu. Siswa yang kurang beminat
dalam pelajaran tertentu akan menghambat dalam belajar.
(c) Faktor
Keadaan Fisik dan Psikis
Keadaan fisik menunjukkan pada tahap
pertumbuhan, kesehatan jasmani, keadaan alat-alat indera dan lain sebagainya.
Keadaan psikis menunjuk pada keadaan stabilitas/labilitas mental siswa, karena
fisik dan psikis yang sehat sangat berpengaruh positif terhadap kegiatan
pembelajaran dan sebaliknya.
2)
Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor dari luar diri
siswa yang mempengaruhi prestasi belajar. Faktor eksternal dapat dibagi
rnenjadi beberapa bagian, yaitu:
(a) Faktor
Guru
Guru sebagai tenaga berpendidikan memiliki
tugas menyelenggarakan kegiatan pembelajaran, membimbing, melatih, mengolah,
meneliti dan mengembangkan serta memberikan penalaran teknik karena itu setiap
guru harus memiliki wewenang dan kemampuan profesional, kepribadian dan
kemasyarakatan.
Guru juga menunjukkan fleksibilitas yang tinggi
yaitu pendekatan deduktif dan gaya memimpin kelas yang selalu disesuaikan
dengan keadaan, situasi kelas yang diberi pelajaran, sehingga dapat menunjang
tingkat prestasi siswa semaksimal mungkin.
(b) Faktor
Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga turut mempengaruhi kemajuan
hasil kerja, bahkan mungkin dapat dikatakan menjadi faktor yang sangat penting,
karena sebagian besar waktu belajar dilaksanakan di rumah, keluarga kurang
mendukung situasi belajar. Seperti kericuhan keluarga, kurang perhatian orang
tua, kurang perlengkapan belajar akan mempengaruhi berhasil tidaknya siswa
belajar.
(c) Faktor
Sumber-sumber Belajar
Sumber belajar itu dapat berupa media/alat
bantu belajar serta bahan baku penunjang. Alat bantu belajar merupakan semua
alat yang dapat digunakan untuk membantu siswa dalam melakukan perbuatan
belajar. Maka pelajaran akan lebih menarik, menjadi konkret, mudah dipahami,
hemat waktu dan tenaga serta hasil yang lebih bermakna.
1.
HUBUNGAN YANG BERKAITAN DENGAN KONSEP
1)
Perubahan
prilaku pada siswa dalam konteks pengajaran jelas merupakan produk dan usaha
guru melalui kegiatan mengajar. Hal ini dapat dipahami karena mengajar
merupakan suatu aktivitas khusus yang dilakukan guru untuk menolong dan
membimbing anak didik memperoleh perubahan dan pengembangan skill
(keterampilan), attitude (sikap), appreciation (penghargaan) dan knowledge
(pengetahuan).
2) Faktor-faktor psikologis yang berpengaruh terhadap proses dan hasil
belajar.jumlahnya banyak sekali, dan masing-masingnya tidak dapat dibahas
secara terpisah.Perilaku individu, termasuk perilaku belajar, merupakan
totalitas penghayatan dan aktivitas yang lahir sebagai hasil akhir saling
pengaruh antara berbagai gejala, seperti perhatian, pengamatan, ingatan,
pikiran dan motif.
3)
Dalam
pembelajaran hasil belajar dapat dilihat langsung, oleh karena itu agar
kemampuan siswa dapat dikontrol dan berkembang semaksimal mungkin dalam proses
belajar di kelas maka program pembelajaran tersebut harus dirancang terlebih
dahulu oleh para guru dengan memperhatikan berbagai prinsip-prinsip
pembelajaran yang telah diuji keunggulannya.
4)
Fungsi
sistem pembelajaran ada tiga yaitu fungsi belajar, fungsi pembelajaran dan
fungsi penilaian. Fungsi belajar dilakukan oleh komponen siswa, fungsi
pembelajaran dan penilaian ( yang terbagi dalam pengelolaan belajar dan
sumber-sumber belajar) dilakukan oleh sesuatu di luar diri siswa.
5) Komponen pertama dari sistem memori yang
dijumpai oleh informasi yang masuk adalah registrasi penginderaan.
6)
Struktur kognitif berisi sejumlah coding yang mengadung segi-segi intelek yang
mengatur atau memerintah perilaku individu; perubahan perilaku mendasari
penetapan tahap-tahap perkembangan kognitif.
1. MASALAH DAN SOLUSI
A.
MASALAH
1.
Bagaimana implikasi register pengindraan dalam
pendidikan?
2.
Bagaimana hubungan teori kognisi dengan pemrosesan
informasi?
3.
Bagaimana gambaran pemrosesan informasi dalam pendidikan?
4.
Bagaimana kaitan antara usaha pemrosesan informasi
terhadap hasil belajar yang diperoleh?
5.
Bagaimana manfaat teori pemrosesan informasi?
6.
Apa ssaja yang menjadi hambatan dalam pemrosesan
informasi?
7.
Bagaimana peristiwa pembelajaran yang dapat meningkatkan
hasil belajar?
B.
SOLUSI
1.
Implikasi Register Pengindraan dalam Pendidikan
Berdasarkan Slavin (2000: 176), komponen
pertama dari sistem memori yang dijumpai oleh informasi yang masuk adalah
registrasi penginderaan. Registrasi penginderaan menerima sejumlah besar
informasi dari indera dan menyimpannya dalam waktu yang sangat singkat, tidak
lebih dari dua detik. Bila tidak terjadi suatu proses terhadap informasi yang
disimpan dalam register penginderaan, maka dengan cepat informasi itu akan
hilang. Keberadaan register penginderaan mempunyai dua implikasi penting dalam
pendidikan. Pertama, orang harus menaruh perhatian pada suatu informasi bila
informasi itu harus diingat. Kedua, seseorang memerlukan waktu untuk membawa
semua informasi yang dilihat dalam waktu singkat masuk ke dalam kesadaran.
2.
Hubungan Teori Kognisi dengan Pemrosesan Informasi
Berdasarkan (Miller, 1993)
bahwa teori kognisi menjelaskan tentang bagaimana proses mengetahui terjadi
pada manusia. Ada beberapa model yang digunakan untuk menjelaskan proses
mengetahui pada manusia. Model pemrosesan informasi membahas tentang peran
operasi-operasi kognitif dalam pengolahan informasi (Hetherington & Parke,
1986). Dalam model ini manusia dipandang sebagai sistem yang memodifikasi
informasi sendiri secara aktif dan terorganisir. Perkembangan seseorang dalam
pemrosesan informasi berkaitan dengan perubahan-perubahan kuantitatif dan
kualitatif dalam aspek ini serta pengaruh-pengaruh genetis dan lingkungan. Inti
dari perkembangan dalam pemrosesan informasi adalah terbentuknya sistem pada
diri seseorang yang semakin efisien untuk mengontrol aliran informasi.
Saya sangat
setuju dengan Miller bahwa dalam pemrosesan informasi sangat berhubungan erat
dengan kondisi kognitif seseorang. Selain kognitif, factor genetis dan
lingkungan eksternal juga sangat berpengaruh terhadap pemrosesan informasi
masing-masing individu.
3.
Gambaran
Pemrosesan Informasi dalam Pendidikan
Saat ini ada dua
model yang dapat digunakan untuk menjelaskan teori pemrosesan informasi, yaitu
model penyimpanan (store/structure model) dan model tingkat pemrosesan (level
of processing). Model penyimpanan dikembangkan oleh Atkinson & Shiffrin
(dalam Miller, 1993), sedangkan model tingkat pemrosesan dikembangkan oleh
Craik dan Lockhart (dalam Miller, 1993). Dalam model pemrosesan informasi yang
dikembangkan oleh Atkinson & Shiffrin, kognisi manusia dikonsepkan sebagai
suatu sistem yang terdiri dari tiga bagian, yaitu masukan (input), proses dan
keluaran (output). Informasi dari dunia sekitar merupakan masukan bagi sistem.
Stimulasi dari dunia sekitar ini memasuki reseptor memori dalam bentuk
penglihatan, suara, rasa, dan sebagainya. Selanjutnya, input diproses dalam
otak.
Otak mengolah
dan mentransformasikan informasi dalam berbagai cara. Proses ini meliputi
pengkodean ke dalam bentuk-bentuk simbolis, membandingkan dengan informasi yang
telah diketahui sebelumnya, menyimpan dalam memori, dan mengambilnya bila
diperlukan. Akhir dari proses ini adalah keluaran, yaitu perilaku manusia,
seperti berbicara, menulis, interaksi sosial, dan sebagainya (Vasta, dkk.,
1992).
Secara rinci,
Pressley, (1990) memaparkan pemrosesan informasi sebagai berikut :
Pertama-tama, manusia menangkap informasi dari lingkungan melalui organ-organ
sensorisnya (yaitu mata, telinga, hidung, dan sebagainya). Beberapa informasi
disaring (diabaikan) pada tingkat sensoris, kemudian sisanya dimasukkan ke
dalam ingatan jangka pendek (kesadaran). Ingatan jangka pendek mempunyai
kapasitas pemeliharaan informasi yang terbatas sehingga kandungannya harus
diproses sedemikian rupa (misalnya dengan pengulangan atau pelatihan), jika
tidak akan lenyap dengan cepat. Bila diproses, informasi dari ingatan jangka
pendek (short-term memory) dapat ditransfer ke dalam ingatan jangka panjang
(long-term memory). Ingatan jangka panjang (Long-Term Memory) merupakan hal
penting dalam proses belajar. Menurut Anderson (dalam Pressley, 1990), tempat
penyimpanan jangka panjang mengandung informasi faktual (disebut pengetahuan
deklaratif) dan informasi mengenai bagaimana cara mengerjakan sesuatu (disebut
pengetahuan prosedural).
Menurut
pandangan model pemrosesan informasi yang dikembangkan oleh Atkinson &
Shiffrin, sejak kecil seorang anak mengembangkan fungsi kontrol dalam mengolah
informasi dari lingkungannya. Menurut Hetherington & Parke (1986), pada
usia antara 3 hingga 12 tahun, fungsi kontrol seseorang menunjukkan
perkembangan yang pesat. Fungsi tersebut mencakup pengaturan informasi yang
diperlukan, termasuk memilih strategi yang digunakan dan memonitor keberhasilan
penggunaan strategi tersebut. Dalam pandangan model ini, anak merupakan
pengatur yang aktif dari fungsi-fungsi kognitifnya sendiri. Oleh karena itu, dalam
menghadapi suatu masalah, anak memilih masalah yang akan diselesaikannya,
memutuskan besar usaha yang akan dilakukannya, memilih strategi yang akan
digunakannya, menghindari hal-hal yang mengganggu usahanya, serta mengevaluasi
kualitas hasil usahanya.
Model pemrosesan
informasi berasumsi bahwa anak-anak mempunyai kemampuan yang lebih terbatas dan
berbeda dibanding orang dewasa. Anak-anak tidak dapat menyerap banyak
informasi, kurang sistematis dalam hal informasi apa yang diserap, tidak
mempunyai banyak strategi untuk mengatasi masalah, tidak mempunyai banyak
pengetahuan mengenai dunia yang diperlukan untuk memahami masalah, dan kurang
mampu memonitor kerja proses kognitifnya (Hetherington & Parke, 1986).
Mengingat perkembangan anak yang optimal adalah tujuan para psikolog
perkembangan, maka sangat relevan jika individu-individu yang berkecimpung di
bidang ini melakukan penelitian yang tujuannya bermuara pada meningkatkan
kemampuan pemrosesan informasi.
Model kedua yang
dapat digunakan untuk menjelaskan teori pemrosesan informasi adalah model
tingkat pemrosesan (level of process-ing). Model tingkat pemrosesan yang
dikembangkan oleh Craik dan Lockhart ini memiliki prinsip dasar bahwa informasi
yang diterima diolah dengan tingkatan yang berbeda. Semakin dalam pengolahan
yang dilakukan, semakin baik informasi tersebut diingat. Pada tingkat
pengolahan pertama akan diperoleh persepsi, yang merupakan kesadaran seketika
akan lingkungan. Pada tingkat pengolahan berikutnya akan diperoleh gambaran
struktural dari informasi. Pada tingkat pengolahan terdalam akan diperoleh
makna (meaning) dari informasi yang diterima (Craik dan Lockhart, dalam Morgan
et al., 1986).
Menurut model
tingkat pemrosesan, berbagai stimulus informasi diproses dalam berbagai tingkat
kedalaman secara bersamaan bergantung kepada karakternya. Semakin dalam suatu
informasi diolah, maka informasi tersebut akan semakin lama diingat. Sebagai
contoh, informasi yang mempunyai imaji visual yang kuat atau banyak berasosiasi
dengan pengetahuan yang telah ada akan diproses secara lebih dalam. Demikian
juga informasi yang sedang diamati akan lebih dalam diproses daripada stimuli
atau kejadian lain di luar pengamatan. Dengan kata lain, manusia akan lebih
mengingat hal-hal yang mempunyai arti bagi dirinya atau hal-hal yang menjadi
perhatiannya karena hal-hal tersebut diproses secara lebih mendalam daripada
stimuli yang tidak mempunyai arti atau tidak menjadi perhatiannya (Craik &
Lockhart, 2002).
4.
Kaitan antara Usaha yang Dilakukan dalam Pemrosesan
Informasi terhadap Hasil Belajar yang Diperoleh
Contoh usaha pemrosesan
informasi, misalnya Pengulangan
(rehearsal), yang memegang
peranan penting dalam pendekatan model penyimpanan - juga dianggap penting
dalam pendekatan model tingkat pemrosesan. Namun, menurut pandangan model
tingkat pemrosesan, hanya mengulang-ngulang saja tidak cukup untuk mengingat.
Untuk memperoleh tingkatan yang lebih dalam, aktivitas pengulangan haruslah
bersifat elaboratif. Dalam hal ini, pengulangan harus merupakan sebuah proses
pemberian makna (meaning) dari informasi yang masuk. Istilah elaborasi sendiri
mengacu kepada sejauh mana informasi yang masuk diolah sehingga dapat diikat
atau diintegrasikan dengan informasi yang telah ada dalam ingatan (Craik dan
Lockhart, dalam Morgan et al., 1986).
Telah disebutkan
bahwa prinsip dasar model tingkat pemrosesan informasi adalah semakin besar
upaya pemrosesan informasi selama belajar, semakin dalam informasi tersebut
akan disimpan dan diingat. Prinsip ini telah banyak diaplikasikan dalam
penyusunan setting pengajaran verbal, seperti mengingat daftar kata, juga
pengajaran membaca dan bahasa (Cermak & Craik, dalam Craik & Lockhart,
2002).
5.
Manfaat
Teori Pemrosesan Informasi
Berdasarkan
(Cermak & Craik, dalam Craik & Lockhart, 2002), manfaat teori pemrosesan
informasi antara lain :
a.
membantu
terjadinya proses pembelajaran sehingga individu mampu beradaptasi pada
lingkungan yang selalu berubah,
b.
menjadikan
strategi pembelajaran dengan menggunakan cara berpikir yang berorientasi pada
proses lebih menonjol,
c.
kapabilitas
belajar dapat disajikan secara lengkap,
d.
prinsip
perbedaan individual terlayani.
6.
Hambatan
dalam Pemrosesan Informasi
Berdasarkan
(Cermak & Craik, dalam Craik & Lockhart, 2002), hambatan teori
pemrosesan informasi antara lain :
a.
tidak semua
individu mampu melatih memori secara maksimal,
b.
proses internal
yang tidak dapat diamati secara langsung,
c.
tingkat
kesulitan mengungkap kembali informasi-informasi yang telah disimpan dalam
ingatan,
d.
kemampuan otak
tiap individu tidak sama.
7.
Peristiwa Pembelajaran yang Meningkatkan Hasil
Belajar
Berdasarkan (Panen, Paulina dkk, 1999 dan Anonimous, 2007), ada sembilan
peristiwa belajar yang menjadi model pembelajaran untuk meningkatkan kualitas
belajar. Dengan penerapan model ini diharapkan hasil belajar dapat ditingkatkan
atau dipertahankan. Peritiwa pembelajaran diasumsikan sebagai cara-cara yang
perlu diciptakan oleh guru dengan tujuan untuk mendukung proses-proses belajar
(internal) di dalam diri siswa. Hakekat suatu peristiwa pembelajaran untuk
setiap pembelajaran berbeda-beda, tergantung pada kapabilitas yang diharapkan
atau harus dicapai sebagaimana hasil belajar. Kesembilan peristiwa pembelajaran
yang ada pada setiap fase belajar dapat diuraikan sebagai berikut:
1)
Membangkitkan Perhatian (Gain
Attention)
Kegiatan paling awal dalam pembelajaran adalah menarik perhatian siswa
agar siswa mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir pelajaran. Perhatian siswa
dapat ditingkatkan dengan memberikan berbagai rangsangan sesuai dengan kognisi
yang ada misalnya dengan perubahan gerak badan (berjalan, mendekati siswa,
dll),perubahan suara, menggunakan berbagai media belajar yang dapat menarik
perhatian siswa atau menyebutkan contoh-contoh yang ada di dalam dan di luar
kelas, dan lain-lain.
2)
Memberitahukan Tujuan Pembelajaran
pada Siswa (Inform Learners of Objectives)
Agar siswa mempunyai harapan dan tujuan selama belajar, maka pada siswa
perlu dijelaskan apa saja yang akan dicapai selama pembelajaran dan jelaskan
pula manfaat dari materi yang akan dipelajari dan tugas-tugas yang harus
diselesaikan selama pembelajaran. Keuntungan menjelaskan tujuan adalah agar
siswa dapat menjawab sendiri pertanyaan “apakah ia telah belajar?”, “apakah
materi yang dipelajari telah dikuasai?”. Jawaban atas pertanyaan tersebut
dapat membangkitkan harapan dalam diri siswa tentang kemampuan dan upaya yang
harus dilakukan agar tujuannya tercapai.
3)
Merangsang Ingatan pada Materi
Prasyarat (Stimulate recall of prior learning)
Bila siswa telah memiliki perhatian dan pengharapan yang baik pada
pelajara, guru perlu mengingatkan siswa tentang materi apa saja yang telah
dikuasai sebelumnya dengan materi yang akan diajarkan. Dengan pengetahuan yang
ada pada memori kerjanya, diharapkan siswa siap untuk membuat hubungan antara
pengetahuan yang lama dengan pengetahuan yang baru yang akan dipelajari. Ada
banyak cara yang dapat dilakukan guru untuk mengingatkan siswa pada materi yang
telah dipelajari misalnya dengan mengingatkan siswa pada topik-topik yang telah
dipelajari dan memninta siswa untuk menjelaskannya secara singkat.
4)
Menyajikan Bahan Perangsang (Present
the content)
Hal ini dilakukan dengan cara menyajikan bahan kepada siswa berupa
pokok-pokok materi yang penting yang bersifat kunci. Sebelum itu, guru harus
menentukan bahan apa yang harus disajikan berupa informasi verbal, keterampilan
intelektual, atau belajar sikap. Berdasarkan jenis kemampuan atau bahan ini
maka dapat dipilih bentuk kegiatan apa saja yang akan disajikan sehingga proses
pembelajaran berjalan lancar. Misalnya, bila akan mengajarkan tentang sikap
maka pilihlah bahan berupa model-model perilaku manusia. Bila akan mengajarkan
keterampilan motorik maka demonstrasikanlah contoh bahan keterampilan tersebut
dan tunjukkan caranya secara tepat.
5)
Memberi Bimbingan Belajar (Provide
“learning guidance”)
Bimbingan belajar
diberikan dengan tujuan untuk membantu siswa agar mudah mencapai tujuan
pelajaran atau kemampuan-kemampuan yang harus dicapainya pada akhir pelajaran.
Misalnya bila siswa harus mengusai konsep-konsep kunci, maka berilah cara
mengingat konsep-konsep tersebut misalnya dengan menjelaskan karakteritik dari
setiap konsep. Bila siswa hrus menguasai keterampilan tertentu, maka bimbinglah
dengan cara menjelaskan langkah-langkah yang harus ditempuh untuk menguasai
keterampilan tersebut.
6)
Memantapkan Apa yang Telah
Dipelajari (Elicit Performance/Practice)
Untuk mengetahui apakah siswa telah memiliki kemampuan yang diharapkan,
maka mintalah siswa untuk menampilkan kemampuannya dalam bentuk tindakan yang
dapat diamati oleh guru. Misalnya apabila ingin mengetahui kemampuan informasi
verbal siswa maka berikan siswa pertanyaan-pertanyaan yang dapat diukur tingkat
penguasaannya atau bila ingin mengetahui keterampilan siswa maka mintalah siswa
untuk melakukan tindakan tertentu. Jawaban yang diberikan siswa hendaklah
sesuai dengan kemampuan yang diminta dalam tujuan pembelajaran.
7)
Memberikan Umpan Balik (Provide
Feedback)
Memberikan umpan balik merupakan fase yang terpenting. Untuk mendapatkan
hasil yang terbaik, umpan balik diberikan secara informative dengan cara
memberikan keterangan tentang tingkat unjuk kerja yang telah dicapai siswa.
Misalnya jelaskan jawaban siswa yang sudah benar dan yang perlu dilengkapi atau
yang perlu dipelajari kembali oleh siswa dengan cara “sudah baik”, “pelajari
kembali”, atau “lengkapi”, dll.
8)
Menilai Hasil Belajar (Assess
performance).
Merupakan peristiwa
pembelajaran yang berfungsi menilai apakah siswa sudah mencapai tujuan atau
belum. Untuk itu perlu dibuat alat penilaian yang konsisten dengan tujuan dan
diharapkan mampu mengukur tingkat pencapaian belajar siswa.
9)
Meningkatkan Retensi (Enhance
Retention and Transfer to The Job)
Guru perlu memberikan latihan-latihan dalam berbagai situasi agar dapat
menjamin bahwa siswanya dapat mengulangi dan menggunakan pengetahuan barunya
kapan saja diperlukan.
2.
ELEMEN YANG MENARIK
1)
Dalam rangka proses pembelajaran guru dapat
menyusun program guru dapat menyusun program pembelajaran yang cocok dengan
tahap dan fase pembelajaran.
2)
Teori belajar menurut
menurut Gagne, lebih menitikberatkan pada operasionalisasi konsep belajar
kumulatif dan memberikan mekanisme untuk merancang pembelajaran dan sederhana
ke kompleks.
3)
Kita mengenal tiga macam
memori yaitu memori indra (sensory memory), memori jangka pendek (short
term memory) dan memori jangka panjang (long term memory). Memori
indra menahan informasi asli yang di dapat dari dunia sekitar yang diperoleh
dari pancaindera.
4)
Dalam memahami belajar,
Gagne tidak memperhatikan apakah prosesn belajar tadi terjadi melalaui penemuan
(discovery) atau proses penerimaan (reception) sebagaimana diperkenalkan oleh
Bruner dan Ausubel. Menurutnya yang terpenting adalah kualitas, penetapan (daya
simpan) dan kegunaan belajar.
3.
REFLEKSI DIRI
Saya sangat menyukai materi minggu ini mengenai pemrosesan
informasi dan hakikat hasil belajar. Dari materi tersebut, saya menjadi tahu
bapa itu pemrosesan informasi, manfaat, penggunaan atau penerapannya dalam
pembelajaran, serta hambata-hambatan apa yang akan didapatkan dalam pemrosesan
informasi. Sedangkan hasil belajar sangat membantu sebagai evaluasi terhadap
siswa setelah pembelajaran. Dua hal tersebut (pemrosesan informasi dan hasil
belajar) tidak berjalan sendiri, namun saling mempengaruhi satu sama lain.
Proses pemrosesan informasi sangat mempengaruhi hasil belajar. Jadi, saya
sebagai guru harus mampu menciptakan peristiwa atau kondisi belajar yang nyaman
dan kondusif sehingga pemrosesan informasi lancar dan hasil belajar aka baik. Saya
harus banyak-banyak membaca mengenai teori belajar dan pembelajaran untuk masa
depan saya sebagai guru. Ilmu yang saya dapatkan dalam minggu ini semoga
bermanfaat dan berkah. Hal ini sebagai bekal saya kelak saat menjadi guru/
dosen. Amiin.. ^^