Laman

Minggu, 13 Mei 2012

Pengembangan Modul Biologi Berbasis Potensi Lokal

Oleh : Linda Tri Antika (209341417443 AA)

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif. Menyadari akan hal tersebut, pemerintah sangat serius menangani bidang pendidikan, sebab dengan sistem pendidikan yang baik diharapkan muncul generasi penerus bangsa yang berkualitas dan mampu menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Pemerintah mengupayakan berbagai hal untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dengan perbaikan kurikulum, pengembangan dan penggunaan bahan ajar yang baik, dan sebagainya. Hal tersebut sesuai dengan Degeng & Miarso (1993) bahwa dalam rangka untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, perekayasaan metode pembelajaran yang meliputi strategi pengorganisasian, strategi penyampaian, dan strategi pengelolaan pembelajaran harus secara terus dan menerus diupayakan. Upaya ini bertujuan agar pembelajaran dapat berlangsung secara efektif, efisien, dan memiliki daya tarik yang tinggi (Degeng, 1993).  
Keefektifan pembelajaran dipengaruhi oleh siswa itu sendiri. Setiap siswa memiliki kemampuan, pengalaman belajar, bakat, dan motivasi yang berbeda-beda dalam belajar. Oleh karena itu, cara belajar yang dimiliki oleh setiap siswa juga berbeda pula. Menurut Wilkinson (dalam Aliaasyah, 2010), kondisi pembelajaran yang ideal adalah apabila si belajar berinteraksi melalui serentetan pengalaman yang dirancang secara individual, interaktif, sampai pada tujuan pembelajaran berhasil dicapai.
Salah satu penerapan pembelajaran secara individual adalah menggunakan modul. Winkel (1991) mengatakan bahwa modul dapat digunakan untuk belajar secara mandiri atau individu, karena modul memuat tujuan pembelajaran, lembaran petunjuk tentang cara belajar dengan modul, bahan bacaan, lembar kunci jawaban sebagai balikan, dan alat-alat evaluasi. Dengan demikian, hasil belajar siswa dengan menggunakan modul diharapkan lebih tinggi daripada belajar secara konvensional.
Penggunaan modul Biologi di sekolah dari tahun ke tahun mulai meningkat, tetapi isi dari modul tersebut juga belum terarah. Modul hanya berisi komponen-komponen modul secara lengkap, tanpa melihat susunan sistematis modul yang baik. Isi dalam modul belum berurutan, kurang menarik, dan contoh-contoh materinya yang selalu berdasarkan sumber buku yang biasanya siswa tidak mengenal langsung contoh itu, akibatnya siswa kurang tertarik. Salah satu yang dapat digunakan untuk mengatasi hal ini adalah penyusunan modul yang berbasis potensi lokal sehingga siswa mendapatkan contoh atau melakukan kegiatan belajar sesuai dengan potensi lokal daerahnya.
Saat ini, guru-guru biologi belum banyak berkarya untuk mengembangkan modul pembelajaran maupun LKS Biologi yang berbasis potensi lokal maupun berbasis karakterisitk siswa. Guru masih banyak menggunakan sumber belajar maupun LKS yang tersedia di pasaran yang tidak cocok dengan kondisi/potensi sekolah maupun karakteristik siswa, sehingga masih harus dilakukan penyesuaian-penyesuaian (Suratsih, 2010).
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam makalah ini adalah bagaimana pengembangan modul Biologi berbasis potensi lokal?

Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui pengembangan modul Biologi berbasis potensi lokal.

BAB II
PEMBAHASAN

Modul Pembelajaran
Modul pembelajaran dapat dipandang sebagai suatu paket pengajaran yang mengandung satu unit konsep dari bahan pelajaran dan disajikan dalam bentuk self instructional. Pengajaran modul memberi kesempatan kepada siswa untuk menguasai satu unit bahan pelajaran sebelum beralih ke unit berikutnya. Setiap siswa dapat menentukan kecepatan dan intensitas belajarnya sendiri. Modul secara umum memiliki unsur-unsur: rumusan tujuan pengajaran, petunjuk penggunaan, materi pelajaran, lembar kegiatan siswa, lembar evaluasi dan kunci lembar evaluasi (Vembriarto, 1975: 49-53).
Menurut Vembrianto (1975) modul harus memiliki komponen-komponen sebagai berikut:
a.       Rumusan tujuan pengajaran yang eksplisit dan spesifik, masing-masing rumusan tujuan itu melukiskan tingkah laku siswa, yang diharapkan dari siswa setelah menyelesaikan tugas dalam mempelajari modul.
b.      Petunjuk penggunaan modul, membuat penjelasan tentang bagaimana penggunaan modul secara efisien.
c.       Lembar kegiatan siswa, lembaran ini memuat materi pelajaran yang harus dikuasai oleh siswa. Selain itu lembar kegiatan siswa ini disusun supaya siswa terlibat secara aktif dalam proses belajar.
d.      Lembar kerja, lembar kerja digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dan masalah-masalah pada lembar kegiatan siswa, yang harus dijawab oleh siswa.
e.       Kunci lembar kerja, tiap-tiap modul selalu disertai kunci evaluasi agar siswa dapat mengetahui ketepatan hasil kerjanya.
f.       Lembar evaluasi, tiap-tiap modul disertai lembaran evaluasi yang berupa tercapai atau tidaknya tujuan yang dirumuskan pada modul siswa dapat ditentukan melalui hasil tes akhir yang terdapat pada lembaran evaluasi itu.
g.      Kunci lembar evaluasi
Kunci lembar evaluasi ini menyertai lembaran evaluasi.

Penyusunan Modul
Widodo (2008) menyebutkan bahwa penyusunan suatu modul harus memperhatikan karakteristik modul, yaitu self instructional, self contained, stand alone, adaptif, dan user friendly.
1.        Self instructional, yaitu modul yang dikembangkan membuat peserta didik mampu belajar secara mandiri.
2.        Self Contained, yaitu seluruh materi pembelajaran dari suatu kompetensi atau subkompetensi yang dipelajari terdapat di dalam satu modul secara utuh.
3.        Stand Alone, yaitu modul yang dikembangkan tidak tergantung pada bahan ajar lain atau tidak harus dilaksanakan bersama-sama dengan bahan ajar lain.
4.        Adaptif, modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi.
5.        User Friendly, setiap instruksi dan paparan informasi yang tampil bersifat membantu dalam bersahabat dengan pemakainya, termasuk kemudahan pemakai dalam merespon, mengakses sesuai keinginan.

Penyusunan modul dapat dilakukan menurut langkah-langkah sebagai berikut :
1.      merumuskan tujuan pembelajaran secara jelas, spesifik dalam bentuk kelakuan siswa yang dapat diamati dan diukur.
2.      Menyusun alasan atau rasional pentingnya modul bagi siswa. Siswa harus mengetahui manfaat yang dapat diambil bila ia mempelajari modul yang disusun sehingga siswa dapat mempelajarinya secara optimal.
3.      Menentukan kegiatan-kegiatan belajar yang akan dilakukan siswa untuk membantu dan membimbing siswa dalam mencapai kompetensi-kompetensi yang telah dirumuskan dalam tujuan pembelajaran. Kegiatan belajar dapat berupa mendengarkan rekaman, melihat film, mengadakan percobaan dalam laboratorium, membaca, mengerjakan soal dan sebagainya.
4.      Menyusun post-test untuk mengukur hasil belajar siswa.
5.      Menyiapkan pusat-pusat sumber-sumber bacaan yang terbuka bagi siswa setiap waktu ia memerlukan (Nasution, 2000 : 217-218).

Langkah-langkah Pengembangan Modul
Indriyanti (2010) menyebutkan bahwa dalam mengembangkan modul diperlukan prosedur tertentu yang sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai, struktur isi pembelajaran yang jelas, dan memenuhi kriteria yang berlaku bagi pengembangan pembelajaran. Ada lima kriteria dalam pengembangan modul, yaitu :
a.       membantu siswa menyiapkan belajar mandiri,
b.      memiliki rencana kegiatan pembelajaran yang dapat direspon secara maksimal,
c.       memuat isi pembelajaran yang lengkap dan mampu memberikan kesempatan belajar kepada siswa,
d.      dapat memomitor kegiatan belajar siswa, dan
e.       dapat memberikan saran dan petunjuk serta infomasi balikan tingkat kemajuan belajar siswa.
Berdasarkan penjelasan tersebut, pengembangan modul harus mengikuti langkah-langkah yang sistematis. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut.
(1)   Analisis Tujuan dan Karakteristik Isi Bidang Studi
Langkah ini dilakukan untuk mengetahui sasaran pembelajaran yang bagaimana yang ingin dicapai. Secara lebih spesifik, langkah ini dimaksudkan untuk mengetahui tujuan orientasi pembelajaran, misalnya orientasi konseptual, prosedural, ataukah teoretik. Di samping itu, juga dimaksudkan untuk mengetahui tujuan pendukung yang memudahkan pencapaian tujuan orientasi tersebut. Analisis karakteristik isi bidang studi dilakukan untuk mengetahui tipe isi bidang studi apa yang akan dipelajari siswa, apakah berupa fakta, konsep, prosedur, ataukah prinsip. Yang lebih pokok lagi adalah untuk mengetahui bagaimana struktur isi bidang studinya.
(2)   Analisis Sumber Belajar
Langkah ini dimaksudkan untuk mengetahui sumber-sumber belajar apa yang telah tersedia dan dapat digunakan untuk menyampaikan isi pembelajaran. Hasil kegiatan ini akan berupa daftar sumber belajar yang tersedia yang dapat mendukung proses pembelajaran.
(3)   Analisis Karakteristik Pebelajar
Karakteristik pebelajar didefinisikan sebagai aspek atau kualitas perseorangan berupa bakat, kematangan, kecerdasan, motivasi belajar, dan kemampuan awal yang telah dimilikinya. Langkah ini dilakukan untuk mengetahui kualitas perseorangan yang dapat dijadikan petunjuk dalam mempreskripsikan strategi pengelolaan pembelajaran, yang hasilnya berupa daftar pengelompokan karakteristik siswa menjadi sasaran pembelajaran.
(4)   Menetapkan Indikator dan Isi Pembelajaran
Ada tiga kriteria dalam merumuskan indikator pembelajaran, yaitu (1) dijabarkan secara konsisten dan sistematis dari subordinat yang terdapat pada bagian analisis pembelajaran, (2) menggunakan satu kalimat atau lebih, dan (3) pernyataan yang digunakan sangat membantu dan berlaku dalam penyusunan butir-butir tes.
(5)   Menetapkan Strategi Pengorganisasian Isi Pembelajaran
Pemilihan strategi pengorganisasian pembelajaran sangat dipengaruhi oleh tipe isi bidang studi yang dipelajari dan bagaimana struktur isi bidang studi tersebut.
(6)   Menetapkan Strategi Penyampaian Isi Pembelajaran
Hasil langkah ini adalah berupa penetapan model untuk menyampaikan materi pembelajaran. Penyampaian isi pembelajaran mengacu kepada cara yang dipakai untuk menyampaikan isi pembelajaran kepada siswa sekaligus menerima dan merespon masukan-masukan dari siswa. Oleh sebab itu, penyampaian pembelajaran disebut metode untuk melaksanakan proses pembelajaran.
(7)   Menetapkan Strategi Pengelolaan Pembelajaran
(8)   Pengembangan Prosedur Pengukuran Hasil Pembelajaran
Langkah-langkah (1), (2), (3), dan (4) merupakan langkah analisis kondisi pembelajaran, langkah-langkah (5), (6), dan (7) merupakan langkah pengembangan, dan langkah (8) merupakan langkah pengukuran hasil pembelajaran (Indriyanti, 2010).

Pengembangan Modul Biologi Berbasis Potensi Lokal
Langkah-langkah yang akan ditempuh dalam mengembangkan modul biologi berbasis potensi lokal adalah sebagai berikut.
1)      Analisis kebutuhan sumber belajar Biologi dalam bentuk modul pembelajaran biologi bagi guru-guru Biologi di suatu daerah sesuai dengan karakteristik wilayah tersebut, dalam kerangka implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau Kurikulum 2006. Analisis kebutuhan sumber belajar Biologi ini didasarkan pada karakteristik Kurikulum 2006 yang menekankan pada layanan individual siswa/karakteristik siswa dan pengembangan potensi sekolah.
2)      Analisis potensi sekolah atau wilayah beserta karakteristiknya pada masing-masing wilayah yang relevan dengan kebutuhan sumber belajar Biologi dalam bentuk modul pembelajaran biologi sebagai konsekuensi implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau Kurikulum 2006.
3)      Menentukan satu potensi dari sekolah atau wilayah di setiap kabupaten yang paling representatif sebagai sumber belajar biologi untuk bahan penyusunan modul pembelajaran biologi berbasis potensi lokal. Penentuan satu potensi lokal di tiap kabupaten yang dipilih untuk disusun dalam bentuk modul pembelajaran didasarkan pada fisibilitasnya dalam melakukan eksplorasi agar bisa fokus ke persoalan yang dipelajari sehingga modul yang dihasilkan bisa menampilkan informasi secara lengkap dari satu potensi. Potensi yang dipilih adalah khas di kabupaten tersebut. Cara menentukan/memilih satu potensi yang ada di sekolah atau di wilayah melalui identifikasi :
a)    tingkat relevansi potensi dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang ada pada KTSP SMA.
b)   fisibilitas potensi dalam implementasinya di lapangan dan dalam pembelajaran (dana, alat dan bahan yang diperlukan, sumberdaya yang tersedia, keterlaksanaannya, dan perolehan yang diharapkan).
4)      Menyusun draft modul pembelajaran biologi berbasis potensi lokal sesuai dengan potensi dan karakteristik wilayah di masing-masing daerah.
5)      Uji validasi modul, mencakup validasi muka dan validasi isi.
6)      Uji coba terbatas modul pembelajaran biologi berbasis potensi lokal yang telah disusun berdasarkan karakteristik sekolah dan wilayah kepada guru-guru dan siswa.
7)      Revisi modul sesuai rekomendasi guru dan siswa.
8)      Uji lapangan modul pembelajaran biologi berbasis potensi lokal yang telah diujicoba ke komunitas yang lebih luas sesuai dengan karakteristik modul tersebut (mencakup lebih banyak sekolah, siswa dan guru sesuai persyaratan metodologis).
9)      Revisi modul sesuai dengan rekomendasi hasil uji lapangan sehingga menghasilkan prototype modul yang siap digandakan.
10)  Perbanyakan prototype modul pembelajaran biologi berbasis potensi lokal yang telah dihasilkan (Suratsih, 2010).
Berdasarkan langkah-langkah di atas, maka dapat diketahui potensi lokal (sekolah atau wilayah) dan karakteristiknya di suatu wilayah atau sekolah yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar dalam menyusun modul
pembelajaran biologi berbasis potensi lokal sebagai implementasi KTSP atau
Kurikulum 2006 SMA. Selain itu, prototipe modul pembelajaran biologi berbasis potensi lokal yang telah melalui validasi dan uji coba baik secara terbatas maupan secara lebih luas ke sekolah-sekolah SMA di suatu wilayah tertentu dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar yang sangat menunjang hasil belajar siswa karena isi dalam modul tersebut sesuai dengan potensi lokal yang tentu sudah dikenal oleh siswa.

Tabel 2.1 Contoh Daftar Potensi Lokal
No.
Potensi Sekolah atau Wilayah (Lokal)
Karakteristik
Topik Pembelajaran
1.
Waduk Semo (Yogyakarta)
Wilayah luas, kolam air tawar, memiliki berbagai variasi kedalaman, naungan, penyinaran, dan masukan air sungai
·      Ekosistem air tawar
·      Plankton
·      Ganggang
·      Avertebrata
2.
Peternakan ayam (misalnya di dekat rumah siswa)
Populasi besar
Budidaya hewan ternak
3.
Pabrik tempe (misalnya di dekat daerah sekolah)
Jamur tempe
·      Fungi
·      Bioteknologi (konvensional)
4.
Hutan kota Malabar (Malang)

·      Keanekaragaman tumbuhan
·      Pengetahuan lingkungan ruang terbuka hijau
·      Ekologi (tumbuhan)
·      dll

5.
Sungai Brantas (Malang)
Banyak sampah, air keruh, sedikit hewan air
·      Pencemaran lingkungan
·      Plankton (Ekologi)
·      Bentos (ekologi)


Langkah Skematis Pengembangan Modul Biologi Berbasis Potensi Lokal



BAB III
PENUTUP
Bahan ajar merupakan faktor yang penting dalam suatu pembelajaran, khususnya biologi. Modul merupakan salah satu bahan ajar yang berdiri sendiri dan membimbing siswa untuk menjadi pebelajar mandiri. Modul biologi yang ada saat ini belum sepenuhnya membuat siswa antusias dalam belajar karena isi dalam modul tersebut kurang dikenal oleh siswa. Potensi lokal yang dimiliki wilayah atau sekolah belum dimanfaatkan secara optimal dalam pembelajaran dan penyusunan modul biologi, sedangkan pemanfaatan potensi wilayah atau sekolah merupakan salah satu karakteristik Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau Kurikulum 2006. Untuk itu, perlu dikembangkan modul biologi berbasis potensi lokal yang mengangkat potensi sekolah atau wilayah beserta karakteristiknya yang relevan dengan kebutuhan sumber belajar biologi dalam bentuk modul pembelajaran biologi sebagai konskuensi implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau Kurikulum 2006.  Penentuan satu potensi lokal di tiap wilayah atau sekolah yang dipilih untuk disusun dalam bentuk modul pembelajaran didasarkan pada fisibilitasnya dalam melakukan eksplorasi agar bisa fokus ke persoalan yang dipelajari sehingga modul yang dihasilkan bisa menampilkan informasi secara lengkap dari satu potensi.