Laman

Selasa, 20 Agustus 2013

MENANGISLAH !!



بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
-------------------------------------------------------------------

وَأَنَّهُ هُوَ أَضْحَكَ وَأَبْكَىٰ
“..dan bahwasanya Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis..” (AQS. An-Najm: 43)

Menangislah seperti kincir angin, rumput-rumput hijau mungkin memancar dari taman istana jiwamu. Jika engkau ingin menangis, kasihanilah orang yang bercucuran air mata, jika engkau mengharapkan kasih, perlihatkanlah kasihmu pada si lemah [Rumi].

Manusia diberi tangisan dari semenjak awal kehidupan (lahir) di dunia dan bukan diberi tawa. Seolah hidup ini akan selalu lebih dekat dengan tangisan dibandingkan dengan tawa [Linda Haffandi].

--------------------------------------------------------------------------


Karunia Allah di dunia memang sungguh tidak terbatas pun berbatas. Manusia sebagai makhlukNya yang memiliki akal sehat dan ‘rasa’, dimana dengan rasa tersebut manusia juga memiliki reaksi terhadap seseorang atau suatu kejadian. Inilah yang kemudian disebut emosi.. Salah satu luapan emosi manusia adalah menangis.

Menangis bersifat asasi, muncul sejalan dengan kemanusiaannya, sebagai keaslian fitrahnya. Sebagai aktivitas fisik, menangis adalah akibat, bukan sebab. Pada umumnya, terdapat stimulus (rangsangan) atau triger (pencetus) tertentu, seperti kesenangan, kegembiraan, kebaikan, keburukan, ataupun kemalangan, yang membuat situasi batin seseorang bisa gembira atau sedih. Dengan kata lain, menangis menjadi 'bahasa' komunikasi seseorang dalam mengungkapan rasa yang memenuhi suasana batin.

Namun, dalam hal menghadapi stimulus atau triger, meskipun dengan pemicu yang sama, kepekaan seseorang bisa berbeda-beda. Oleh karena menangis melekat dengan karakteristik kemanusiaan, maka banyak manfaat yang lahir dari asasi (menangis) tersebut. Berhati-hatilah jika termasuk orang yang tidak bisa menangis. Jika seseorang tidak pernah menangis, bukan saja mata menjadi kering karena tidak ada air yang membasahi secara alami, tetapi dapat pula menjadi indikasi keringnya jiwa. Didukung oleh pendapat seorang sufi bahwa jika seseorang tidak pernah menangis, dikhawatirkan hatinya gersang. Salah satu kebiasaan para sufi ialah menangis. Beberapa sufi mata dan mukanya menjadi cacat karena air mata yang selalu berderai.

Menangis merupakan reaksi alamiah yang seharusnya tidak perlu dikontrol/dikendalikan seperti penyakit. Kondisi praktis terbaiknya adalah tidak menahan tangis. Menangislah, lepaskan apa yang harus dilepaskan. Dalam dunia Psikologi dikatakan bahwa, "Orang yang mudah menangis seharusnya merasa bahagia, sebab dia mampu bersentuhan langsung dengan perasaan-perasaannya”.

Berhubungan dengan kesehatan, hasil penelitian ilmuan menyimpulkan bahwa air mata yang keluar karena terpercik bawang atau cabe berbeda dengan air mata yang mengalir karena kecewa dan sedih. Air mata yang keluar karena tepercik bawang atau cabe ternyata tidak mengandung zat yang berbahaya. Sedangkan, air mata yang mengalir karena rasa kecewa atau sedih disimpulkan mengandung toksin atau racun. Peneliti tersebut merekomendasikan agar orang-orang yang mengalami rasa kecewa dan sedih lebih baik menumpahkan air matanya. Sebab jika air mata kesedihan atau kekecewaan itu tidak dikeluarkan, akan berdampak buruk bagi kesehatan lambung (Republika, 2013).

Di sisi lain, Allah bahkan memuji orang yang menangis.
وَيَخِرُّونَ لِلْأَذْقَانِ يَبْكُونَ وَيَزِيدُهُمْ خُشُوعًا
"Dan mereka menyungkurkan wajah sambil menangis dan mereka bertambah khusyuk".
(AQS. Al-Isra’:109).

Nabi Muhammad SAW juga pernah berpesan, "Jika kalian hendak selamat, jagalah lidahmu dan tangisilah dosa-dosamu”.
Dijelaskan pula bahwa “Ada dua mata yang tidak disentuh api neraka: Mata yang menangis karena takut kepada Allah dan mata semalaman berjaga di jalan Allah” (HR. Tirmidzi).
 
اللَّهُمَّ إِنِّي عَبْدُكَ وَابْنُ عَبْدِكَ وَابْنُ أَمَتِكَ نَاصِيَتِي بِيَدِكَ مَاضٍ فِيَّ حُكْمُكَ عَدْلٌ فِيَّ قَضَاؤُكَ أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِي كِتَابِكَ أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ أَوْ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِي عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيعَ قَلْبِي وَنُورَ صَدْرِي وَجِلَاءَ حُزْنِي وَذَهَابَ هَمِّي

"Ya Allah, sesungguhnya aku adalah hamba-Mu, anak hamba laki-laki-Mu, dan anak hamba perempuan-Mu. Ubun-ubunku berada di tangan-Mu. Hukum-Mu berlaku pada diriku. Ketetapan-Mu adil atas diriku. Aku memohon kepada-Mu dengan segala nama yang menjadi milik-Mu, yang Engkau namakan diri-Mu dengannya, atau Engkau turunkan dalam Kitab-Mu, atau yang Engkau ajarkan kepada seorang dari makhluk-Mu, atau yang Engkau rahasiakan dalam ilmu ghaib yang ada di sisi-Mu, agar Engkau jadikan Al-Qur'an sebagai penyejuk hatiku, cahaya bagi dadaku dan pelipur kesedihanku serta pelenyap bagi kegelisahanku."

--------------------------------
Segala bentuk kesedihan, akan kembali kepada Allah. Segalanya bermuara pada Allah. Saat sedih, kembalikan kepada Allah agar Ia kembali mengambilnya [Linda Haffandi].
----------------------------------------


Linda Haffandi
Malang, 20 Agustus 2013 [16:16 WIB]