Laman

Jumat, 14 Juni 2013

Ilmu dari Guru Sakti



Hari ini, Jum’at 14 Juni 2013 saya dan teman-teman dari Fakultas MIPA alhamdulillah bisa tahu apa itu Yudisium (khususnya bagi saya, karena jujur saja sebelumnya saya tidak tahu apa itu yudisium dan isi acaranya apa. Dalam benak saya, yudisium itu upacara seperti MOS saat SMA dan berdiri sambil mendengarkan ceramah rektor). -_-
Hal yang membuat saya harus menobatkan hari ini sebagai salah satu hari yang berkesan, bukan hanya karena saya mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan (setelah 4 tahun mengibarkan bendera semangat menimba ilmu di daerah rantau), namun ada hal lain yang sangat membuat saya kagum dengan hari ini, yaitu hadirnya seseorang yang sakti dalam acara yudisium itu.
Beliau adalah Prof. Effendy, M.Pd, P.hD, seorang dosen Kimia FMIPA UM sekaligus ahli kristalografi yang diakui dunia. Beliau merupakan satu-satunya peneliti Indonesia yang mempublikasikan sekitar 500 senyawa baru yang dimuat dalam International Journal dan dihimpun oleh Cambridge Crystallography Data Center, Cambridge, England dan juga merupakan peneliti unggul (leading scientist) Indonesia yang masuk dalam daftar Wise Index of leading Scientist and Engineer. Di samping keberhasilan akademisnya, Prof. Effendy juga terkenal dengan sikap dan sifatnya yang sederhana namun sangat berwibawa. Berikut adalah foto beliau. :)

 

Nah, dalam kesempatan ini, beliau memberikan motivasi pada kami peserta yudisium, yang sempat saya catat di buku agenda saya. Saya memfokuskan konsentrasi pada penjelasan beliau mengenai bagaimana menjadi guru masa kini.

1.      Seorang guru/ tutor harus memahami konsep sesuai bidang masing-masing secara mendasar, mendalam, dan tidak salah konsep.
2.      Seorang guru/ tutor harus menerapkan pembelajaran siswa aktif.
3.      Seorang guru/ tutor harus paham dengan perkembangan teknologi.
4.      Seorang guru/ tutor harus menerapkan pembelajaran secara mendasar. Misalnya, mengenai konsep Kalor. Es mencair pada tekanan 1 ATM, yaitu pada suhu 00. Seharusnya dalam membelajarkan siswa, siswa tidak hanya mengetahui es mencair pada suhu berapa, tetapi mengapa pada tekanan 1 ATM suhu suhu 00 es mencair?.
5.      Guru/ tutor harus berusaha agar ilmu yang diperoleh siswa/mahasiswa merupakan pemahaman yang mendasar dan bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari. Misalnya, jika kita tahu mengenai konsep sublimasi pada kapur barus, maka dalam kehidupan sehari-hari kita bisa memilih kapur barus yang tidak mudah habis. (contoh ini sedikit tidak dimengerti, atau saya yang tidak mengerti). :D
6.      Guru/ tutor harus menerapkan pembelajaran yang meningkatkan berfikir formal, kritis, atau tingkat tinggi (high order thinking).
7.      Guru/ tutor harus menerapkan pembelajaran yang mengembangkan karakter. Dua karakter yang sangat penting adalah religius dan kejujuran.

Beliau menjelaskan bahwa jika seorang guru bisa menerapkan point di atas, maka guru tersebut disebut sebagai Guru Sakti.

Lalu, bagaimana caranya agar bisa menjadi guru sakti? Berikut adalah penjelasan selanjutnya dari Prof. Effendy.
1.      Harus mau terus belajar ilmu sesuai bidang masing-masing, sebab ilmu selalu berkembang. Intinya, harus mengikuti perkembangan ilmu.
2.      Ucapan dan tulisan (bahasa) harus berbobot, mantap, dan mudah dimengerti. Jika seorang guru menjelaskan pada siswa berkali-kali namun siswanya belum bisa mengerti, maka harus dipertimbangkan lagi bahasa yang digunakan.
3.      Mengikuti perkembangan pembelajaran.
4.      Melakukan laku tertentu (selain akademis), yaitu laku Spiritual. Laku yang dimaksud di sini lebih tepatnya adalah amalan. Dua amalan yang dianjurkan adalah tahajud dan puasa sunnah.

Demikian ilmu yang saya dapatkan dan dapat saya share kan dari Prof. Effendy. Bagi saya, beliau tidak hanya memberikan pelajaran atau penjelasan bagaimana menjadi guru sakti, akan tetapi secara tidak langsung dan tanpa kesombongan, beliau juga sedang menunjukkan contoh guru sakti itu, yaitu beliau sendiri. Bismillah, mari bersama berusaha menjadi guru sakti. Terima kasih, Prof. Effendy, Guru Sakti.  ^^