Minggu, 23 Maret 2014

Cinta dan Prinsip "All Or None"



Sel otot berkontraksi menurut prinsip all or none (ya atau tidak sama sekali), yang berarti bahwa bila suatu sel otot diberi stimulus, maka ia akan berkontraksi dengan kapasitas penuh, tanpa tergantung pada kekuatan stimulus, asal kekuatan stimulus lebih besar atau sama dengan stimulus ambang. Sedangkan stimulus bawah ambang (stimulus subliminal) tidak akan memberikan respons sama sekali, artinya otot tidak berkontraksi sama sekali. Begitulah konsep dasar fisiologi gerak. Tapi ingat, ini masih dalam konteks sel otot saja. Sebab berbeda lagi konsepnya dengan tingkatan yang lebih tinggi yaitu jaringan otot.

Ada apa dengan prinsip kontraksi sel otot? Sebenarnya tidak ada masalah apa-apa dengan prinsip tersebut. Hanya saja dia unik. All or None dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Ya atau tidak sama sekali seringkali dibutuhkan untuk membangun sikap yang tegas, cerdas, dan lugas. Misalnya saja masalah cinta. Jika cinta adalah sesuatu yang tidak dapat diukur, maka benar saja jika kita tidak dapat mengontrolnya. Banyak orang berkata bahwa cinta melumpuhkan logika. Memang. Tapi kelumpuhan logika bukan berarti logika tidak dapat berjalan sama sekali. Tentu terdapat zone dimana kita masih bisa berpikir. Nah, itu mungkin sisa logika yang belum lumpuh. Hehehe. Maka pergunakan sisa logika tersebut semaksimal mungkin.

Jika cinta terkesan bertele-tele, rumit, tidak saling terbuka, terlalu banyak alasan, dan sebagainya, lalu dimana letak cinta tersebut?. Seringkali memang dalam cinta sangat dibutuhkan ketegasan. “Pergilah menghadap Bapakku jika benar-benar cinta, dan utarakan perasaanmu pada beliau, lalu utarakan kelanjutan hubungan yang baik dan halal”. Ini mungkin sepele, tapi ini adalah bentuk ketegasan dalam cinta. Sejatinya dalam segala hal, kita jangan terlalu percaya tanpa adanya penyelidikan atau bukti. All or None !

Kita tidak perlu khawatir dengan cinta. Jika kita selalu memperbaiki diri, maka yakinlah akan datang seseorang yang datang dengan cinta yang tulus untuk kita. Ada dua hal yang perlu kita yakini betul-betul dalam hidup ini (dan dua ini selalu saya pegang), yaitu 1) kematian; dan 2) kebaikan akan selalu berbuah kebaikan. Ini bukan hipotesis, melainkan janji Tuhan. Allah Azza wa Jalla.

الْخَبِيثَاتُ لِلْخَبِيثِينَ وَالْخَبِيثُونَ لِلْخَبِيثَاتِ ۖ وَالطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِينَ وَالطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَاتِ ۚ
Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)…
 (AQS. An-Nur: 26).

Jika kita membaca tafsir pada ayat tersebut secara lengkap, sebenarnya ayat di atas merupakan ayat yang terkait dengan isteri Nabi, yaitu Siti Aisyah yang mendapatkan tuduhan nista. Di dalam ayat ini diberikan pedoman hidup bagi setiap orang yang beriman. Tuduhan nista adalah perbuatan yang amat kotor hanya akan timbul daripada orang yang kotor pula. Memang orang­-orang yang kotorlah yang menimbulkan perbuatan kotor. Adapun perkara-­perkara yang baik adalah hasil dari orang-orang yang baik pula, dan memang­lah orang baik yang sanggup menciptakan perkara baik. Orang kotor tidak menghasilkan yang bersih, dan orang baik tidaklah akan menghasilkan yang kotor.

Dalam hidup, jika kita sudah berusaha menjalankan segala kehidupan dengan sebaik-baiknya, sesuai dengan apa yang diperintahkan Allah, maka seyogyanya tidak akan sulit bagi kita untuk bersikap tegas. Segala kebaikan akan kembali pada pelaku (sumber) kebaikan.

Allahuma-ihdinasshiraath-al mustaqiim.. Allahuma-ihdinasshiraath-al mustaqiim.. Allahuma-ihdinasshiraath-al mustaqiim..

Malang,
23 Maret 2014