Laman

Sabtu, 08 Oktober 2011

Belajar dan Pembelajaran Sains


JURNAL BELAJAR 2

Nama               : Linda Tri Antika
NIM                : 209341417443
Kelas               : AA
Matakuliah      : Belajar dan Pembelajaran
Dosen              : Dr. Sri Endah Indriwati, M.Pd
Jam/ Ruang     : 07 – 08 SPA 307
Hari,  Tanggal : Selasa, 16 Agustus 2011
Jurnal ke-         : 2
Konsep            : Belajar dan Pembelajaran Sains

2.        EKSPLORASI KONSEP YANG DIPELAJARI
Dalam pertemuan pertama ini,dosen menjelaskan tentang hakikat SAINS dan pembelajaran yang tepat untuk SAINS beserta ciri-ciri pembelajaran SAINS. Selain informasi yang diberikan oleh dosen, berikut saya sertakan pengetahuan mengenai SAINS dan pembelajarannya yang saya dapatkan dari berbagai sumber seprti yang akan dijelaskan pada HASIL EKSPLORASI.

3.        HASIL EKSPLORASI
Dari sumber yang saya dapatkan, Djudin (2010) dalam tulisannya yang berjudul MENYOAL PEMBELAJARAN SAINS DI SEKOLAH: BAGAIMANA SEHARUSNYA?, beberapa pengertian hakikat sains dapat disarikan suatu definsi yang lebih komprehensif  yang paling mengaitkan dimensi sains sebagai pengetahuan, proses dan produk, penerapan dan sarana pengembangan nilai dan sikap tertentu, seperti berikut ini:
1. Sains adalah pengetahuan yang mempelajari, menjelaskan, dan menginvestigasi fenomena alam dengan segala aspeknya yang bersifat empiris.
2. Sains sebagai proses atau metode dan produk. Dengan menggunakan metode ilmiah yang sarat keterampilan proses, mengamati, mengajukan masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan dan menganalisis serta mengevaluassi data, dan menarik kesimpulan terhadap fenomena alam akan diperoleh produk sains, misalnya: fakta, konsep, prinsip dan generalisasi yang kebenarannya bersifat tentatif.
3. Sains dapat dianggap sebagai aplikasi. Dengan penguasaan pengetahuan dan produk sains dapat dipergunakan untuk menjelaskan, mengolah dan memanfaatkan, memprediksi fenomena alam serta mengembangkan disiplin ilmu lainnya dan teknologi.
4. Sains dapat dianggap sebagai sarana untuk mengembangkan sikap dan nilai-nilai tertentu, misalnya: nilai, religius, skeptisme, objektivitas, keteraturan, sikap keterbukaan, nilai praktis dan ekonomis dan nilai etika atau estetika (Djudin, 2010).

Glasson & Lalik (1993:188) dalam Djudin (2010) menyatakan bahwa belajar sains sebagai proses konstruktif dan konstruksi pengetahuan itu memerlukan partisipasi aktif  antara guru dan siswa. Dinyatakan pula bahwa untuk membangun pengetahuan siswa harus mengidentifikasi, menguji dan menafsirkan makna dari pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki (yang sudah ada) dan kemudian menyesuaikan dengan masalah atau situasi yang dihadapinya. Guru harus menemukan cara-cara memahami pandangan (gagasan) siswa/ mahasiswa, merencanakan kerangka alternatif, merangsang konflik kognitif dan mengembangkan tugas-tugas yang memajukan konstruksi pengetahuan.

4.        HUBUNGAN YANG BERKAITAN DENGAN KONSEP
Hal yang berkaitan dengan SAINS dan pembelajarannya adalah teori belajar yang digunakan oleh guru/ dosen dalam proses pembelajaran SAINS itu sendiri. Misalnya adalah teori belajar konstruktivisme. Teori ini mempunyai pengaruh besar terhadap upaya pengembangan model-model pembelajaran yang bertujuan membantu siswa memahami konsep-konsep secara benar.
Para guru/ dosen umumnya telah menyadari bahwa sebenarnya mengubah kesalahan konsep siswa/ mahasiswa  tidaklah mudah. Siswa/ mahasiswa dalam membangun pemahamannya tentang konsep sains membentuk suatu kerangka berpikir yang kompleks, di mana pembentukan kerangka berpikir tersebut merupakan hasil interaksi siswa/ mahasiswa dengan pengalaman-pengalaman konkritnya atau dari hasil belajarnya. Jadi teori belajar yang digunakan akan berpengaruh sejauh mana siswa/ mahasiswa memahami konsep SAINS yang dipelajari.

5.        MASALAH DAN SOLUSI
A.      MASALAH
1.    Bagaimana seharusnya seorang guru menyikapi siswa/ mahasiswa dalam belajar SAINS?
2.    Bagaimana sikap yang seharusnya dilakukan oleh seorang guru agar mendapatkan keberhasilan dalam pembelajaran SAINS?
3.    Apa pengaruhnya bagi siswa jika pembelajaran SAINS berpusat pada buku teks?
4.    Mengapa dalam pembelajaran SAINS tidak disarankan untuk berpusat pada buku teks?

B.       SOLUSI
1.        Yang Sebaiknya Dilakukan Guru dalam Pembelajaran SAINS
Implikasi dari pemahaman hakikat sains dalam proses pembelajaran dijelaskan  Carin & Sund (1989:16) dalam Djudin (2010) pada bukunya Teaching Science Through Discovery, yaitu dengan memberikan petunjuk sebagai berikut:
1. Para siswa/ mahasiswa perlu dilibatkan secara aktif dalam aktivitas yang didasari sains yang merefleksikan metode ilmiah dan keterampilan proses yang mengarah pada diskoveri atau inkuiri terbimbing.
2. Para siswa/ mahasiswa perlu didorong melakukan aktivitas yang melibatkan pencarian jawaban bagi masalah dalam masyarakat ilmiah dan teknologi.
3. Para siswa/ mahasiswa perlu dilatih ”learning by doing = belajar dengan berbuat sesuatu” dan kemudian merefleksikannya. Mereka harus secara aktif mengkonstruksi konsep, prinsip, dan generalisasi melalui proses ilmiah.
4. Para guru perlu menggunakan berbagai pendekatan/ model pembelajaran yang bervariasi dalam pembelajaran sains. Siswa/ mahasiswa perlu diarahkan juga pada pemahaman produk dan konten materi ajar melalui aktivitas membaca, menulis dan mengunjungi tempat tertentu.
5. Para siswa perlu dibantu untuk memahami keterbatasan/ ketentatifan sains, nilai-nilai, sikap yang dapat dikembangkan melalui pembelajaran sains di masyarakat sehingga mereka dapat membuat keputusan.
Dari penjelasan di atas, saya setuju dengan pendapat Carin & Sund, bahwa dalam pembelajaran apapun terutama SAINS akan sangat efektif jika siswa/ mahasiswa berperan aktif dalam proses pembelajaran, tidak hanya guru saja yang aktif menerangkan, siswa/ mahasiswa pun harus berani mengemukakan pendapatnya atau dibawa langsung ke lapangan agar siswa/ mahasiswa dapat melihat langsung dan menemukan solusi dari masalah (ilmiah) yang ada di benak mereka. Hal ini tentu sangat berkaitan dengan pendekatan/ model pembelajaran yang digunakan oleh seorang guru/ dosen.

2.        Agar Pembelajaran SAINS Berhasil
Menurut Stinner (Glynn&Duit,1995:282) dalam merencanakan pembelajaran sains yang berhasil, guru perlu memberikan perhatian pada tiga bidang aktivitas yang saling terkait yait: (1) bidang logis; (2) bidang bukti atau pengalaman dan (3) bidang psikologis. Ketiga bidang tersebut mendukung terciptanya pembelajaran yang berhasil.
Pertama, “Bidang Logis”  mengandung pengertian bahwa pengajaran harus memuat produk-produk ilmiah sains (misalnya fakta, konsep, prinsip, hukum, teori, model) yang disepakati oleh ilmuwan. Dalam konteks ini, buku teks memegang peranan sebagai kendaraan pedagogis bagi penghargaan terhadap normal sains-sains yang selama ini dipakai oleh sebagian besar ilmuwan (Kuhn, 1962).
Untuk menghubungkan ”Bidang Logis” dengan ”Bidang Pengalaman”, seorang guru perlu memunculkan pertanyaan ”operasi-operasi apa yang menghubungkan konsep-konsep yang dipelajari siswa dengan pengalaman siswa atau peristiwa sehari-hari”. Jawaban atas pertanyaan ini akan menentukan belajar sains yang dilakukan untuk membantu siswa menguasai konsep dan menghubungkannya dengan pengalaman mereka.
Kedua, ”Bidang Bukti”  mengandung pengertian bahwa pembelajaran sains seharusnya memuat juga aktivitas belajar yang menghubungkan dan mendukung produk-produk sains dalam dunia pengalaman siswa. Aktivitas belajar itu meliputi pelaksanaan percobaan ( diskoveri inkuiri) atau demonstrasi sederhana yang dapat diawali guru.
Ketiga ”Bidang Psikologis” mengandung pengertian bahwa guru perlu mempertimbangkan berbagai konsep awal siswa dan penguasaan konsep sains dari jenjang sekolah sebelumnya. Aktivitas mengidentifikasi konsepsi awal perlu dilakukan guru/dosen.

3.        Jika Pengajaran SAINS Berpusat pada Buku Teks, maka...??
Pengajaran sains yang berpusat pada buku teks akan menekankan penguasaan produk ilmiah sains. Siswa akan terperangkap dalam aktivitas belajar ”menghafal” produk sains tersebut. Para siswa sedikit sekali dapat melihat hubungan antara pengalaman-pengalaman dan konsep-konsep ilmiah yang mereka pelajari dari buku teks. Akibatnya, efektivitas pembelajaran dilihat dari sejauh mana siswa/mahasiswa dapat menghafal produk-produk sains dan menyelesaikan masalah latihan dengan menggunakan berbagai formula matematis. Hal ini juga dijelaskan Djudin (2010) dalam tulisannya yang berjudul MENYOAL PEMBELAJARAN SAINS DI SEKOLAH: BAGAIMANA SEHARUSNYA?.
Menurut saya, hal di atas memang banyak terjadi di kalangan siswa/ mahasiswa. Banyak siswa/ mahasiswa yang pandai menghafal konsep, namun sebenarnya merek tidak memahami apa yang mereka hafalkan. Itulah sebabnya saya setuju  bahwa lebih baik mengerti meskipun sedikit, daripada hafal banyak tapi tidak mengerti sama sekali. Karena hafal belum tentu mengerti, namun jika mengerti maka akan hafal dengan sendirinya.

4.        Alasan SAINS Tidak Berpusat pada Buku Teks
Djudin (2010) dalam tulisannya yang berjudul MENYOAL PEMBELAJARAN SAINS DI SEKOLAH: BAGAIMANA SEHARUSNYA?, menjelaskan bahwa dalam Buku teks sains saat ini kurang memuat atau mengabaikan dua aspek penting dalam belajar sains, yaitu bidang psikologis dan penerapan konsep dalam kehidupan dan pengalaman siswa sehari-hari. Buku teks pada umumnya tidak membahas tentang bagaimana belajar sains yang bermakna. Banyak buku teks sains saaat ini yang memberikan penekanan berlebihan pada produk fakta ilmiah dan formula matematis. Hubungan konsep-konsep sains dengan pengalaman atau fenomena alam sehari-hari, banyak mereka tidak dapat menjelaskan atau menyelesaikan sesuai dengan konsep ilmiah.
Selain itu, disebutkan pula buku teks pada umumnya jarang memperhatikan konsepsi awal siswa/mahasiswa. Akibatnya, guru yang berorientasi pada buku teks cenderung tidak memiliki perhatian tentang bagaimana konsepsi awal siswa ini berinteraksi dengan konsep yang diajarkannya. Tiga pertanyaan yang perlu dijawab pada bidang ini adalah: (1) apakah konsep yang diajarkan mudah dipahami; (2) apakah konsep yang diajarkan masuk akal dan (3) apakah konsep yang dipelajari dirasakan siswa berguna atau bermanfaat dalam berbagai situasi.

6.        ELEMEN YANG MENARIK
1.      Masih banyak guru/ dosen yang memegang teguh pembelajaran sains yang kurang tepat, misalnya pembelajaran satu arah (ceramah), dimana siswa/ mahasiswa hanya mendengarkan penjelasan guru/ dosen saja.
2.      Banyak guru/ dosen yang dalam pengajaran sains yang berpusat pada buku teks akan menekankan penguasaan produk ilmiah sains. Siswa akan terperangkap dalam aktivitas belajar ”menghafal” produk sains tersebut. Para siswa sedikit sekali dapat melihat hubungan antara pengalaman-pengalaman dan konsep-konsep ilmiah yang mereka pelajari dari buku teks.
3.      Dua aspek penting dalam belajar sains, yaitu bidang psikologis dan penerapan konsep dalam kehidupan dan pengalaman siswa sehari-hari.


7.        REFLEKSI DIRI
Sebagai calon pengajar dan pendidik bidang Biologi, saya sangat tertarik membaca materi tentang Hakikat SAINS dan Pembelajaran SAINS ini. Selain berguna dalam pemahaman saya untuk keperluan matakuliah ini sendiri, saya juga dapat menerapkan pembelajaran yang pantas dalam bidang Biologi setelah saya benar-benar menjadi seorang pengajar dan pendidik nanti. Saya sangat ingin membuat siswa/ mahasiswa saya mengerti, tidak hanya menghafal saja. Oleh karena itu, saya masih harus bereksplorasi lagi mengenai metode ataupun pendekatan pembelajaran yang pas untuk pembelajaran Biologi. Syukur-syukur kalau saya bisa menemukan metose anyar dalam pembelajaran Biologi. Amiiiiiiin.... 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar