Laman

Sabtu, 08 Oktober 2011

Pendekatan, Model, Metode, dan Teknik Belajar dan Pembelajaran


JURNAL BELAJAR 4

Nama               : Linda Tri Antika
NIM                : 209341417443
Kelas               : AA
Matakuliah      : Belajar dan Pembelajaran
Dosen              : Dr. Hj. Sri Endah Indriwati, M.Pd
Jam/ Ruang     : 07 – 08 SPA 307
Hari,  Tanggal : Senin-Selasa, 12-13 September 2011
Jurnal ke-         : 4
Konsep            : Pendekatan, Model, Metode, dan Teknik Belajar dan Pembelajaran + Klarifikasi dari dosen

1.        EKSPLORASI KONSEP YANG DIPELAJARI DAN INFORMASI/ KONSEP YANG DITERIMA DARI DOSEN/ HASIL PRESENTASI

a)        12 September 2011
Dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.
Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
Menurut Dimyati Pendekatan dibedakan menjadi:
1. Pendekatan Tujuan Pembelajaran
2. Pendekatan Konsep
3. Pendekatan Lingkungan
4. Pendekatan Inkuiri
5. Pendekatan Penemuan
6. Pendekatan Proses
7. Pendekatan Interaktif
8. Pendekatan Pemecahan Masalah
9. Pendekatan Sains Teknologi dan Masyarakat (STM)
10. Pendekatan Terpadu (Integrated Approach)

·      Model
adalah pola  (contoh,  acuan dan  ragam)  dari  sesuatu  yang  akan dibuat  atau dihasilkan  (Departemen  P & K, 1984  :  75). Definisi lain, model adalah abstraksi dari sistem sebenarnya, dalam gambaran yang  lebih sederhana serta  mempunyai tingkat  prosentase,  yang  sifatnya  menyeluruh  atau  model adalah  abstraksi  dari  realitas  dengan hanya  memusatkan perhatian pada beberapa bagian atau sifat kehidupan sebenarnya (Simarmata, 1983 : ix-xii).
Model belajar akan membahas bagaimana cara siswa belajar.  Sedangkan model pembelajaran akan membahas tentang bagaimana cara membelajarkan siswa dengan berbagai variasinya sehingga terhindar dari rasa bosan dan tercipta suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan.

·      Metode
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1980) metode adalah cara yang teratur dan terterpikir baik-baik untuk mencapai maksud, cara kerja konsisten untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan . Metode mengajar adalah cara yang digunakan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran dan mendinamiskan proses belajar-mengajar (Soetopo, 2010). Metode mengajar yang tepat dan dilaksanakan secara benar dapat membantu siswa memahami materi pelajaran dan mencapai tujuan pembelajaran.


b)       13 September 2011
·      Teknik
Adalah cara kongkret yang dipakai seseorang untuk mencapai tujuan tertentu. Teknik belajar Cara seorang siswa dalam belajar. Teknik pembelajaran adalah cara yang dilakukan oleh seseorang dalam mengimplementasikan metode secara spesifik (Akhmad Sudrajat, 2008). Teknik belajar dan pembelajaran adalah suatu cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik untuk mencapai tujuan tertentu.

·      Tambahan dari Dosen
ü  Model Pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal hingga akhir yang disajikan secara khas oleh guru di dalam kelas. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kerjasama akademik antarsiswa, membentuk hubungan, percaya diri, dan meningkatkan aktivitas individu/ kelompok.
ü  Pendekatan Pembelajaran adalah titik tolak/ sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Contoh: pendekatan konsep, faktual, inquiry, ketrampilan proses (dasar dan terintegrasi).
ü  Strategi adalah upaya atau kegiatan yang dilakukan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Strategi bersifat konseptual (design/ rancangan), sehingga digunakan berbagai metode tertentu.
ü  Metode adalah prosedur, urutan, langkah-langkah, dan cara yang digunakan guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Metode merupakan jabaran dari pendekatan. Satu pendekatan dapat dijabarkan dalam beberapa metode pembelajaran.
ü  Teknik adalah cara konkret yang dipakai saat proses pembelajaran berlangsung.
ü  Hubungan antara Model, Strategi, Metode, dan Teknik Pembelajaran.

2.        HASIL EKSPLORASI
Berdasarkan sumber yang saya dapatkan bahwa:
1)        Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).


2)        Berbagai Model Pembelajaran, antara lain:
a.    Koperatif (CL, Cooperative Learning). Model pembelajaran koperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksi konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4 – 5 orang, siawa heterogen (kemampuan, gender, karekter), ada kontrol dan fasilitasi, dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi (Suherman, 2008).
b.    Kontekstual (CTL, Contextual Teaching and Learning). Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan siswa (daily life modeling), sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan disajikan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret, dan suasana menjadi kondusif – nyaman dan menyenangkan. Prinsip pembelajaran kontekstual adalah aktivitas siswa, siswa melakukan dan mengalami, tidak hanya menonton dan mencatat, dan pengembangan kemampuan sosialisasi (Suherman, 2008).
c.    Pembelajaran Berbasis masalah (PBL, Problem Based Learning) Model pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kondisi yang tetap harus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka, negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan agar siswa dapat berpikir optimal (Suherman, 2008).
d.   Problem Solving
Dalam hal ini masalah didefinisikan sebagai suatu persoalan yang tidak rutin, belum dikenal cara penyelesaiannya. Justru problem solving adalah mencari atau menemukan cara penyelesaian (menemukan pola, aturan, atau algoritma). Sintaknya adalah: sajikan permasalah yang memenuhi criteria di atas, siswa berkelompok atau individual mengidentifikasi pola atau atuiran yang disajikan, siswa mengidentifkasi, mengeksplorasi,menginvestigasi, menduga, dan akhirnya menemukan solusi (Suherman, 2008).
e.    Jigsaw
Model pembeajaran ini termasuk pembelajaran koperatif dengan sintaks seperti berikut ini. Pengarahan, informasi bahan ajar, buat kelompok heterogen, berikan bahan ajar (LKS) yang terdiri dari beberapa bagian sesuai dengan banyak siswa dalam kelompok, tiap anggota kelompok bertugas membahas bagian tertentu, tiap kelompok bahan belajar sama, buat kelompok ahli sesuai bagian bahan ajar yang sama sehingga terjadi kerja sama dan diskusi, kembali ke kelompok asal, pelaksana tutorial pada kelompok asal oleh anggota kelompok ahli, penyimpulan dan evaluasi, refleksi (Suherman, 2008).
f.     TPS (Think Pairs Share)
Model pembelajaran ini tergolong tipe koperatif dengan sintaks: Guru menyajikan materi klasikal, berikan persoalan kepada siswa dan siswa bekerja kelompok dengan cara berpasangan sebangku-sebangku (think-pairs), presentasi kelompok (share), kuis individual, buat skor perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis dan berikan reward (Suherman, 2008).
3)        Strategi Pembelajaran. Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning (Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif.
Disebutkan pula dalam sumber lain bahwa Strategi Pembelajaran adalah pola umum perbuatan guru dan siswa di dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar. Hal ini mengandung arti bahwa interaksi belajar mengajar berlangsung dalam suatu pola yang digunakan bersama oleh guru dan siswa. Dalam pola tersebut tentu terkandung bentuk-bentuk  rangkaian perbuatan atau kegiatan guru dan siswa yang mengarah pada tercapainya tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya ( Raka Joni 1980 dalam Depdiknas 2003 ).
4)        Metode Pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya.
5)        Berbagai Teknik Belajar dan Pembelajaran, antara lain:
a.       Teknik Ceramah
ü Merumuskan tujuan khusus yang akan dipelajari siswa
ü Menyusun bahan ceramah yang benar-benar perlu diceramahkan
ü Memberi  penanda tekanan materi penting tertentu
ü Memusatkan  perhatian siswa dan arahkan pada pokok materi yang diceramahkan
ü Menggunakan bahasa yang sederhana dan dapat dipahami siswa (Soetopo, 2010).
b.      Teknik Tanya Jawab
ü merumuskan tujuan khusus penggunaan metode tanya-jawab.
ü mempersiapkan pertanyaan yang tidak hanya dijawab “ya” atau “tidak”.
ü merumuskan kemungkinan jawabannya agar guru memiliki patokan menjaga agar selalu dalam pokok persoalan (Soetopo, 2010).
c.       Teknik Diskusi
ü merumuskan tujuan khusus diskusi.
ü merumuskan persoalan atau masalah yang akan didiskusikan.
ü mempersiapkan pertanyaan yang memancing banyak jawaban, misalnya jawaban mempertimbangkan dan membandingkan.
ü Setiap partisipasi dicatat intinya.
ü Pada akhir diskusi seluruh pertanyaan dirumuskan kesimpulan umum.
d.      Teknik Demonstrasi dan Eksperimen
ü merumuskan tujuan khusus demonstrasi.
ü merancang tempat agar semua siswa dapat mengamati.
ü Sebelum didemonstrasikan atau dieksperimenkan, agar dicoba dulu sebelumnya.
ü Menjelaskan garis besar langkah-langkah demonstrasi atau eksperimen.
ü memberi petunjuk siswa untuk mencatat hal-hal penting pada demonstrasi dan eksperimen (Soetopo, 2010).
e.       Teknik Resitasi (Pemberian Tugas)
ü menentukan tujuan khusus resitasi
ü menyediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas
ü memberikan petunjuk mengerjakan yang jelas
ü mengadakan pertanggungjawaban siswa
ü mengadakan evaluasi, dan hasilnya dikembalikan kepada siswa (Soetopo, 2010).

3.        HUBUNGAN YANG BERKAITAN DENGAN KONSEP
1)   Tugas utama guru adalah membelajarkan siswa, yaitu mengkondisikan siswa agar belajar aktif sehingga potensi dirinya (kognitif, afektif, dan konatif) dapat berkembang dengan maksimal. Dengan belajar aktif, melalui partisipasi dalam setiap kegiatan pembelajaran, akan terlatih dan terbentuk kompetensi yaitu kemampuan siswa untuk melakukan sesuatu yang sifatnya positif yang pada akhirnya akan membentuk life skill sebagai bekal hidup dan penghidupannya. Agar hal tersebut di atas dapat terwujud, guru seyogianya mengetahui bagaimana cara siswa belajar dan menguasai berbagai cara membelajarkan siswa.
2)   Kompetensi siswa yang harus dimilki selama proses dan sesudah pembelajaran adalah kemampuan kognitif (pemahaman, penalaran, aplikasi, analisis, observasi, identifikasi, investigasi, eksplorasi, koneksi, komunikasi, inkuiri, hipotesis, konjektur, generalisasi, kreativitas, pemecahan masalah), kemampuan afektif (pengendalian diri yang mencakup kesadaran diri, pengelolaan suasana hati, pengendalian impulsi, motivasi aktivitas positif, empati), dan kemampuan psikomotorik (sosialisasi dan kepribadian yang mencakup kemampuan argumentasi, presentasi, prilaku). Istilah psikologi kontemporer, kompetensi / kecakapan yang berkaitan dengan kemampuan profesional (akademik, terutama kognitif) disebut dengan hard skill, yang berkontribusi terhadap sukses individu sebesar 40 % . Sedangkan kompetensi lainnya yang berkenaan dengan afektif dan psikomotorik yang berkaitan dengan kemampuan kepribadian, sosialisasi, dan pengendalian diri disebut dengan soft skill, yang berkontribusi sukses individu sebesar 60% (Suherman, 2008).
3)   Reformasi pendidikan merupakan respon terhadap perkembangan tuntutan global sebagai suatu upaya untuk mengadaptasikan sistem pendidikan yang mampu mengembangkan sumber daya manusia untuk memenuhi tuntutan zaman yang sedang berkembang. Melalui reformasi pendidikan, pendidikan harus berwawasan masa depan yang memberikan jaminan bagi perwujudan hak-hak azasi manusia untuk mengembangkan seluruh potensi dan prestasinya secara optimal guna kesejahteraan hidup di masa depan.
4)   Guru memegang peranan sentral dalam proses belajar mengajar, untuk itu mutu pendidikan di suatu sekolah sangat ditentukan oleh kemampuan yang dimiliki seorang guru dalam menjalankan tugasnya. Menurut Aqib guru adalah faktor penentu bagi keberhasilan pendidikan di sekolah, karena guru merupakan sentral serta sumber kegiatan belajar mengajar 3. Lebih lanjut dinyatakan bahwa guru merupakan komponen yang berpengaruh dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah 4. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan atau kompetensi profesional dari seorang guru sangat menentukan mutu pendidikan.



4.        MASALAH DAN SOLUSI
A.      MASALAH
1.    Bagaimana pembelajaran agar bisa bermakna?
2.    Bagaimana menghadapi siswa/ mahasiswa yang berkepribadian negatif?
3.    Bagaimana hubungan antara pendekatan, strategi, dan model pembelajaran?
4.    Begitu marak tentang konstruktivisme. Apa yang mendasari disarankannya pembelajaran konstruktivisme?

B.       SOLUSI
1.        Cara agar Pembelajaran Bisa Bermakna
Dalam belajar apapun, belajar efektif (sesuai tujuan) semestinya bermakna. Agar bermakna, belajar tidak cukup dengan hanya mendengar dan melihat tetapi harus dengan melakukan aktivitas (membaca, bertanya, menjawab, berkomentar, mengerjakan, mengkomunikasikan, presentasi, diskusi).
Dalam bahasa Sunda ada pepatah “pok-pek-prak” yang berarti bahwa belajar mempunya indikator berkata-pok (bertanya-menjawab-diskusi,presentasi). Mencoba-pek (menyelidiki, meng-identifikasi, menduga, menyimpulkan, menemukan), dan melaksanakan-prak (mengaplikasikan, menggunakan, memanfaatkan, mengembangkan).
Selanjutnya, Vernon A. Madnesen (1983) dan Peter Sheal (1989) mengemukakan bahwa kebermaknaan belajar tergantung bagaimana belajar. Jika belajar hanya dengan membaca, kebermaknaan bisa mencapai 10%, dari mendengar 20%, dari melihat 30%, mendengar dan melihat 50%, mengatakan-komunikasi mencapai 70%, dan belajar dengan melakukan dan mengkomunikasikan bisa mencapai 90%.
Dari uraian di atas implikasi terhadap pembelajaran adalah bahwa kegiatan pembelajaran identik dengan aktivitas siswa secara optimal, tidak cukup dengan mendengar dan melihat, tapi harus dengan hands-on, minds-on, konstruksivis, dan daily life (kontekstual).


2.        Menghadapi Siswa/ Mahasiswa yang Berkepribadian Negatif
Disampaikan oleh Suherman (2008) dalam artikelnya bahwa sebagai guru, tentunya akan berhadapan dengan siswa yang berkepribadian negatif dan tentunya tidak untuk dibiarkan karena profesi guru adalah amanat. Bagaimanakah menghadapi siswa dengan pola pribadi seperti itu? Caranya antara lain dengan cara tidak memvonis, katakan “saya ….” bukan katanya, jangan sungkan untuk apologi jika kesalahan, tumbuhkan citra positif, bersikap mengajak dan bukan memerintah, dan jaga komunikasi non verbal (ekspresi wajah, nada suara, gerak tubuh, dan sosok panutan). Mengapa demikian? Karena cara berkomunikasi akan langsung berkenaan dengan akal dan rasa, yang selanjutnya mempengaruhi poses pembelajaran.
Saya sangat setuju dengan pendapat di atas, terutama guru sebagai sosok panutan yang tentunya akan “dinilai” oleh siswa/ mahasiswa. Jika seorang guru memperlihatkan sikap yang tidak baik, seperti selalu melontarkan kata-kata jelek pada siswa yang salah menjawab, memberikan hukuman berat pada siswa yang tidak rapi, dan kata-kata atau sikap tidak baik lainnya. Hal tersebut akan sangat berpengaruh terhadap kepribadian siswa, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Misalnya, seorang guru memarahi siswanya karena salah menjawab pertanyaannya dengan, “Bagaimana kamu ini? Sudah dijelaskan berulang-ulang belum juga mengerti”. Dengan respon guru seperti itu, maka siswa akan merasa dirinya tidak mapu dan tidak berni untuk menjwab lagi, sehingga sikap yang muncul adalah sikap pesimis dan tidak percaya pada kemampuannya karena dia menganggap bahwa jika dia menjawab pertanyaan guru, jawabannya pasti salah.
Hal yang seharusnya dilakukan oleh guru adalah dengan membimbing siswa tersebut untuk menjawab dengan pemikirannya sendiri dan jika salah, maka guru tidak perlu mengatakan hal yang membuat siswa tersinggung. Walapun jawaban siswa tersebut salah, guru harus tetap memberikan penghargaan atas keberaniannya dalam menjawab, yaitu dengan “Bagus sekali, Anton. Tapi perlu saya tambahkan dan perlu diingat bahwa…”. Dengan sikap tersebut, maka siswa-siswi tidak akan merasa tertekan dan selalu ingin mencoba menjawab pertanyaan dari guru, sehingga pembelajaran akan terasa menyenangkan.
3.        Hubungan antara Pendekatan, strategi, dan Model dalam pembelajaran
Istilah pendekatan dan strategi sering diartikan sama, dan dalam model biasanya termasuk di dalamnya ada metode, strategi dan pendekatan yang digunakan. Pendekatan (approach) dapat dipandang sebagai suatu rangkaian tindakan yang terpola atau terorganisir berdasarkan prinsip-prinsip tertentu (misalnya dasar filosofis, prinsip psikologis, prinsip didaktis, atau prinsip ekologis), yang terarah secara sistematis pada tujuan-tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian pola tindakan tersebut dibangun di atas prinsip-prinsip yang telah terbukti kebenarannya sehingga tindakan-tindakan yang terorganisir dapat berjalan secara konsisten ke arah tercapainya tujuan atau teratasinya suatu masalah. Pendekatan mengandung sejumlah komponen yaitu tujuan, pola tindakan, metode atau teknik, sumber-sumber yang digunakan, dan prinsip-prinsip (Widodo, 2009).
Sedangkan Model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari  pada strategi, metode, prosedur dan pendekatan. Dalam model pembelajaran mencakup strategi pembelajaran yang digunakan, metode yang digunakan, dan pendekatan pengajaran yang digunakan yang lebih luas dan meyeluruh.

4.        Mengapa Disarankan Konstruktivisme..??
Dalam paradigma pembelajaran, guru menyajikan persoalan dan mendorong (encourage) siswa untuk mengidentifikasi, mengeksplorasi, berhipotesis, berkonjektur, menggeneralisasi, dan inkuiri dengan cara mereka sendiri untuk menyelesaikan persoalan yang disajikan. Sehingga jenis komunikasi yang dilakukan antara guru-siswa tidak lagi bersifat transmisi sehingga menimbulkan imposisi (pembebanan), melainkan lebih bersifat negosiasi sehingga tumbuh suasana fasilitasi.
Dalam kondisi tersebut suasana menjadi kondusif (tut wuri handayani) sehingga dalam belajar siswa bisa mengkonstruksi pengetahuan dan opengalaman yang diperolehnya dengan pemaknaan yang lebih baik. Siswa membangun sendiri konsep atau struktur materi yang dipelajarinya, tidak melalui pemberitahuan oleh guru. Siswa tidak lagi menerima paket-paket konsep atau aturan yang telah dikemas oleh guru, melainkan siswa sendiri ang mengemasnya. Mungkin saja kemasannya tidak akurat, siswa yang satu dengan siswa lainnya berbeda, atau mungkin terjadi kesalahan, di sinilah tugas guru memberikan bantuan dan arahan (scalfolding) sebagai fasilitator dan pembimbing. Kesalahan siswa merupakan bagian dari belajar, jadi harus dihargai karena hal itu cirinya ia sedang belajar, ikut partisipasi dan tidak menghindar dari aktivitas pembelajaran.
Hal inilah yang disebut dengan konstruktivisme dalam pembelajaran, dan memang pembelajaran pada hakikatnya adalah konstruktivisme, karena pembelajaran adalah aktivitas siswa yang sifatnya proaktif dan reaktif dalam membangun  pengetahuan. Agar konstruktivisme dapat terlaksana secara optimal, Confrey (1990) menyarankan konstruksivisme secara utuh (powerfull constructivism), yaitu: konsistensi internal, keterpaduan, kekonvergenan, refeleksi-eksplanasi, kontinuitas historical, simbolisasi, koherensi, tindak lanjut, justifikasi, dan sintaks (SOP).
Saya sangat tertarik pada pembelajaran konstruktivisme, karena siswa akan dilatih untuk membangun pengetahuannya (konsep) sendiri, terutama berdasarkan kehidupannya/ pengalamnnya sendiri. Dengan begitu, siswa akan mencapai pemahamannya sendiri. Setelah konsep masing-masing siswa sudah ada, maka guru harus memberikan klarifikasi terhadap apa yang ada di benak siswa, sehingga mereka mengerti bagian mana yang salah dan bagian mana yang perlu ditambah.

5.        ELEMEN YANG MENARIK
1.      Strategi pembelajaran dikatakan  berkaitan dengan cara penyampaian materi dalam lingkungan pembelajaran yang meliputi sifat, ruang lingkup dan urutan peristiwa yang memberikan pengalaman-pengalaman pendidikan. Strategi pembelajaran tersusun atas metode-metode dan teknik-teknik atau prosedur-prosedur yang akan memungkinkan pembelajaran untuk mencapai tujuan-tujuan belajar (Gerlach dan Ely, 1980 dalam Depdiknas 2003).
2.      Masalah strategi pembelajaran nampaknya menekankan apa yang harus dilalui ketika guru akan mentransfer pengetahuan, sehingga pengetahuan bisa dimiliki dan dipahami siswa , dan selanjutnya siswa dapat menggunakan pengatahuan itu untuk menghadapi tantangan jaman.
3.      Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something” sedangkan metode adalah “a way in achieving something” (Wina Senjaya (2008).
4.      Teknik Pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik.
5.      Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran.
6.      Di luar istilah-istilah teori, pendekatan, metode, model, strategi, dan teknik pembelajaran, dalam proses pembelajaran dikenal juga istilah desain pembelajaran. Jika strategi pembelajaran lebih berkenaan dengan pola umum dan prosedur umum aktivitas pembelajaran, sedangkan desain pembelajaran lebih menunjuk kepada cara-cara merencanakan suatu sistem lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan strategi pembelajaran tertentu.

6.        REFLEKSI DIRI
Dari konsep yang diberikan oleh dosen dan konsep yang saya dapat dari sumber-sumber di atas, wawasan saya mengenai Belajar dan Pembelajaran menjadi bertambah. Ternyata masih banyak hal-hal baru yang belum saya ketahui sebelumnya. Juga banyak hal yang belum saya pahami mengenai bagimana pembelajaran yang baik bagi siswa maupun bagi guru/ pengajar. Dalam hal ini, saya harus menguasai dengan baik, karena saya adalah calon pendidik. Oleh karena itu, saya harus serius dalam menjalani matakuliah ini dan mencari banyak informasi dari berbagai sumber untuk persiapan saya menjadi pengajar dan pendidik yang baik kelak. Amiin.

1 komentar: