Laman

Kamis, 29 Desember 2011

Kompleksitas dalam Belajar dan Pembelajaran - Peran Guru dalam Belajar dan Pembelajar


JURNAL BELAJAR

Nama               : Linda Tri Antika
NIM                : 209341417443
Kelas               : AA
Matakuliah      : Belajar dan Pembelajaran
Dosen              : Dr. Hj. Sri Endah Indriwati, M.Pd
Jam/ Ruang     : 03 – 04 dan 07 – 08 SPA 307
Hari,  Tanggal : Senin-Selasa 28 - 29 Nopember 2011
Jurnal ke-         : 15
Konsep            : -  Kompleksitas dalam Belajar dan Pembelajaran
-     Peran Guru dalam Belajar dan Pembelajaran

1.        EKSPLORASI KONSEP YANG DIPELAJARI DAN INFORMASI/ KONSEP YANG DITERIMA DARI DOSEN/ HASIL PRESENTASI

a)        Senin, 28 November 2011
v Kompleksitas dalam Belajar dan Pembelajaran
Hari ini, Pak Supratman menjelaskan tentang Kompleksitas dalam belajar dan pembelajaran. Dalam hal ini, beliau menggunakan metode ceramah-diskusi, yang diawali dengan presentasi PPT beliau. Hal-hal yang disampaikan antara lain adalah:
ü  Belajar dan Pembelajaran adalah proses yang Komplek karena dipengaruhi Oleh berbagai faktor. Antara Lain: Faktor Budaya, Sejarah, Hambatan Praktis, Karakteristik guru sebagai Guru, Karakteristik Siswa dan sifat alamia proses belajar dan pembelajaran.
ü  Pengaruh Sejarah
·      Pendidikan adalah hasil dari suatu perkembagan sejarah. Perkembangan ini biasanya berasal dari suatu “setting” budaya sehingga mengandung bias budaya.
·      Sejarah pendidikan di Indonesia juga dipengaruhi oleh refroduksi budaya. Sejarah pendidikan Di Indonesia dipengaruhi oleh sejarah panjang kehidupan bangsa Indonesia itu sendiri. Ketika kedatangan Kerajaan Hindu dan Budha. Inti pendidikan yang diberikan kepada masyarakat Adalah pendidikan tentang ajaran kedua agama  yang disertai dengan literasi atau baca tulis.
·      Kemudian hubungan dengan dagang dengan bangsa yang beragama islam diantaranya bangsa Gujarat telah menghadirkan agama islam di Nusantara bersama aspek-aspek pendidikannya.
ü  Terdapat banyak hambatan praktis yang ditemui dalam proses belajar pembelajaran , yaitu: guru dibatasi oleh waktu, sumber dan fasilitas. Guru juga dibatasi oleh undang-undang dan aturan yang harus di indahkan. Tidak jarang guru dibatasi idealismenya dalam belajarDan pembelajaran oleh kekuatan birokrasi dan managemen.
ü  Karakteristik Guru. Banyak hal yang mempengaruhi guru sehingga memiliki keperibadian tertentu yang unik .Lingkup budaya dimana guru berkembang, masyarakat, dimana guru hidup, pengaruh keluarga, pengaruh agama yang dianut.
ü  Disadari atau tidak disadari, salah satu kegiatan pra belajar dan pembelajaran adalah mengidentifikasi karakteristik awal siswa. Karakteristik awal siswa meliputi berbagai aspek Bahasa latar belakang akademik, usia dan tingkat kedewasaan, latar belakang budaya, tigkat Pengetahuan, serta keterampilan yang mungkin merupakan syarat awal atau “prerequiset”Bagi pelajaran yang akan disajikan.
ü  Proses Belajar. Aspek ini berkaitan dengan proses kognitif aktual yang harus dilalui oleh siswa dalam rangka Mencapai keberhasilan belajar. Ini berlangsung melalui proses penyerapan gagasan dan keterangan Baru melalui kegiatan belajar dan pembelajaran berupa pengingatan waktu yang singkat (shortTime memori”) kemudian menyimpan informasi agar kelak diterima kembali.
ü  Ada empat pertanyaan mendasar yang harus diajukan kepada guru dan dijawab oleh guru sendiri: 1. Apa yang akan diajarkan?, 2) Siapa yang akan belajar?, 3) Bagaimana mereka Belajar 4) Bagaimana saya harus menyelenggarkan pembelajaran?

            Setelah itu, pak Supratman memberikan kami soal, dan hasilnya dikumpulkan secara individu, yaitu:
Soal Tes Pemahaman
1)      Jelaskan menurut bahasa saudara jika anda pada posisi sebagai guru bagaimana menyikapi karakteristik siswa dan karakteristik guru yang beranekaragam?
2)      Menurut pendapat saudara jelaskanlah hubungan budaya dengan sejarah dalam kompleksitas sebuah pembelajaran?
3)      Jelaskan hambatan praktis yang sering dihadapi oleh guru dalam belajar?

b)       Selasa, 29 November 2011

v  Peranan Guru dalam Belajar dan Pembelajaran
Hari ini, yang mengajar kami adalah Ibu Ida tentang Peran Guru dalam Belajar dan Pembelajaran. Jam 1 siang adalah jam yang memberatkan mata, alias ngantuk. Hhehehe..Tapi saya harus tetap semangat demi mendapatkan ilmu. Hal penting yang Bu Ida sampaikan antara lain:
ü  Dalam UU No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen ditegaskan bahwa untuk mampu melaksanakan tugas profesinya dengan baik, seorang guru harus memiliki 4 kompetensi inti yaitu:
·      Kompetensi paedagogik
·      Kompetensi Kepribadian
·      Kompetensi Sosial
·      Kompetensi Profesional
ü  Kompetensi paedagogik ( Mulyasa, 2007) adalah kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran siswa sekurang-kurangnya meliputi:
·       Pemahaman wawasan atau landasan pendidikan
·       Pemahaman terhadap siswa
·       Pengembangan kurikulum
·       Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik atau dialogis
·       Pemanfaatan teknologi pembelajaran
·       Evaluasi hasil belajar
·       Pengembangan siswa untuk mengaktualisasi berbagai potensi yang dimilikinya.
ü  Kompetensi kepribadian yang harus dimiliki oleh guru adalah arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Kepribadian guru ini sangat penting mengingat dalam masyarakat indonesia dianut budaya yang menempatkan guru sebagai tokoh sentral dalam kehidupan masyarakat. Mulyasa (2007) “ Pribadi guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pendidikan karena sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan kepribadian peserta didik”.
ü  Kompetensi sosial yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah kemampuan sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan siswa, sesama pendidik, dan masyarakat sekitar. Mulyasa, 2007, kompetensi sosial sekurangnya meliputi :
·       Berkomunikasi secara lisan, tulisan, dan isyarat.
·       Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional.
·       Bergaul secara efektif dengan siswa, sesama pendidik, dan
·       Bergaul secara santun dengan masyarak sekitar
ü  Kompetensi profesional: kemampuan penguasaan  materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing siswa memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam standar nasional pendidikan. Ruang lingkup meliputi :
·       Landasan2 pendidikan meliputi filosofis, psikologis, fisiologis, ideologis, metodologis, dan sosiologis yang diperlukan untuk memahami pribadi siswa guna memberikan layanan pendidikan terbaik kepadanya.
·       Teori dan aplikasi praktis dari materi ajar sesuai dengan tuntutan perkembangan IPTEK.
·       Teori dan aplikasi praktis manajemen dan teknologi pendidikan modern dan relevan yang diperlukan untuk menciptakan kegiatan belajar dan pembelajaran yang kondusif.
ü  Peran Guru dalam Belajar dan Pembelajaran:
·       Merencanakan kegiatan belajar dan pembelajaran, contoh penyusunan RPP.
·       Menyiapkan kegiatan belajar dan pembelajaran
·       Menyenggarakan kegiatan belajar dan pembelajaran
·       Mengevaluasi hasil belajar dan pembelajaran

2.        HASIL EKSPLORASI
a)   Kompleksitas dalam Belajar dan Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar agar peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seorang peserta didik, namun proses pengajaran ini memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan pengajar saja. Sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik.
Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi pelajar dan kreativitas pengajar. Pembelajar yang memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan pengajar yang mampu memfasilitasi motivasi tersebut akan membawa pada keberhasilan pencapaian target belajar. Target belajar dapat diukur melalui perubahan sikap dan kemampuan siswa melalui proses belajar. Desain pembelajaran yang baik, ditunjang fasilitas yang memandai, ditambah dengan kreativitas guru akan membuat peserta didik lebih mudah mencapai target belajar. Namun tidak semua kegiatan pembelajaran berjalan dengan lancer sesuai dengan yang dikehendakai. Pasti banyak masalah dengan segala macam kekompleksitasannya yang akan kita temukan.

A. Masalah pada Kelas Konvensional
Salah satu masalah pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah masih adanya pola pembelajaran teoritis dan kurang bervariasi. Selain itu, kegiatan pembelajaran di kelas sering textbook oriented dan kurang mengaitkan dengan lingkungan dan situasi dimana siswa berada. Berdasarkan hasil observasi, dalam proses pembelajaran banyak guru-guru masih sering menggunakan  model  ceramah dan pernah  menggunakan diskusi sederhana yang kurang bervariasi, sehingga  siswa sering  merasa bosan  dan jenuh  pada  akhirnya hasil belajarnya pun kurang maksimal.  Namun karena perkembangan zaman, maka metode konvensional dengan  ceramah  dan  Tanya jawab sudah  tidak  relevan digunakan.

B. Masalah pada Persiapan Pelajaran
Mula-mula, masalah apa yang terjadi selama persiapan pelajaran? Untuk menemukan masalah tersebut, kita akan meninjau Rencana Pembelajarannya secara seksama. Diantara masalah-masalah yang ada, kita akan membahas masalah yang paling utama, yang dapat mempengaruhi kualitas pelajaran. Masalah tersebut, yaitu: (1) Tidak ada hubungan antara kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran, (2) Tidak ada penjabaran yang jelas tentang kegiatan pembelajaran, dan (3) Evaluasi (penilaian) yang bermasalah.

(1) Kompetensi Dasar dan Tujuan Pembelajaran Tidak Berkaitan
Dalam sebuah Rencana Pembelajaran, biasanya ada dua kompetensi yang harusnya dicapai siswa; Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Kompetensi menjadi kunci mengajarkan serangkaian pelajaran pada satu topik. Tujuan pembelajaran yang disusun harus berkaitan langsung dengan kompetensi tersebut. Namun, pada Rencana Pembelajaran tadi, nampaknya antara kompetensi dan tujuan pembelajaran tidak saling berkaitan. 

(2) Tidak Ada Penjabaran yang Jelas mengenai Kegiatan Pembelajaran
Jika Rencana Pembelajaran tersebut dikembangkan dengan hanya berfokus pada proses  pengajaran saja (atau kita sebut sebagai tahapan pengajaran), yaitu apa yang guru lakukan selama pelajaran berlangsung. Hal itu dibuat tanpa pertimbangan yang cermat tentang apa yang harus dilakukan, bagaimana melakukannya, kesulitan apa yang mungkin terjadi pada pembelajaran siswa, dan dukungan macam apa yang diperlukan, dll. Di dalam kelas, jika pertimbangan-pertimbangan tadi kurang dilakukan, dapat menimbulkan banyak masalah, yaitu banyak siswa yang dengan cepat kehilangan minat mereka pada pelajaran, sehingga, pada akhir pelajaran mereka tidak dapat memahami dengan baik.

(3) Evaluasi (Penilaian) yang Bermasalah
Pada Rencana Pembelajaran, cara mengevaluasi tingkat pemahaman siswa selalu dijabarkan sebagai ”Penilaian” (pemberian skor). Informasi semacam ini penting bagi kita untuk meningkatkan proses pengajaran dan pendekatan dalam pengajaran kita. Namun, penilaian yang digunakan pada pelajaran tersebut tidak dapat memberikan informasi yang diperlukan untuk kita. Sebaliknya, penilaian tersebut hanya memberikan informasi tentang siapa yang memperoleh nilai terbaik dan siapa yang memperoleh nilai terendah. Sebenarnya, informasi mengenai siapa yang memiliki kesulitan dalam memahami pelajaran harus diperoleh selama kelas berlangsung melalui pengamatan secara cermat kepada siswa secara individu, bukan melalui pemberian tes diakhir pelajaran. Guru harus lebih memberikan perhatian terhadap siswa secara individu selama kelas berlangsung untuk memahami situasi yang sebenarnya tentang pembelajaran mereka.

C. Masalah dalam Peninjauan Pelajaran
(1) Evaluasi pelajaran tidak cukup
Kebanyakan dari kita cenderung memahami pelajaran sebagai suatu “pekerjaan”, yang harus dilaksanakan dengan mengikuti petunjuk yang diberikan (Rencana Pembelajaran). Dengan pendapat semacam ini, sebuah pelajaran menjadi suatu proses pekerjaan sederhana dan hanya perlu untuk melaksanakannya dengan tepat tanpa ada kesalahan. Sehingga, fokus kita selalu tentang apakah guru mengikuti Rencana Pembelajaran dan mencakup seluruh materi untuk diajarkan sesuai Rencana Pembelajaran. Jika guru mengikuti Rencana Pembelajaran dan telah mencakup seluruh materi pengajaran, maka kita akan mengevaluasinya dengan “Pelajaran hari ini berjalan dengan baik.” Sebaliknya, jika guru tidak dapat mengikuti Rencana Pembelajaran dan tidak mencakup seluruh materi pengajaran yang direncanakan maka kita akan mengevaluasinya dengan “Pelajaran hari ini berjalan dengan baik pada beberapa poin, namun masih ada masalah yang terjadi.” Dalam sudut pandang semacam ini mengenai pelajaran, maka kita tidak dapat melihat realitas dari pelajaran dan menganalisisnya dengan mendalam.

(2) Analisis terhadap pembelajaran siswa tidak cukup
Sebagaimana yang telah kita ketahui, sangat penting untuk menganalisis suatu pelajaran dari sudut pandang pembelajaran siswa. Dengan kata lain, bagaimana siswa belajar dan apa yang telah mereka peroleh pada akhir pelajaran merupakan hal-hal kunci untuk menganalisis dan mengevaluasi kualitas pelajaran. Kebanyakan dari kita mengobservasi siswa selama kelas berlangsung, namun hal itu hanyalah permukaan dari pelajaran dan aspek yang dapat terlihat, bukanlah realitas dari pembelajaran siswa.

b)   Peranan Guru dalam Belajar dan Pembelajaran
Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu, di mana dalam proses tersebut terkandung multi peran dari guru.
Peranan guru meliputi banyak hal, yaitu guru dapat berperan sebagai pengajar, pemimpin kelas, pembimbing, pengatur lingkungan belajar, perencana pembelajaran, supervisor, motivator, dan sebagai evaluator. Peranan guru berkaitan dengan kompetensi guru, meliputi:

1.        Guru melakukan Diagnosa terhadap Perilaku Awal Siswa
Pada dasarnya guru harus mampu membantu kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswanya dalam proses pembelajaran, untuk itu guru dituntut untuk mengenal lebih dekat kepribadian siswanya. Proses asessing atau memperkirakan keadaan siswa adalah langkah awal untuk mengetahui lebih lanjut kondisi siswa untuk kemudian dievaluasi agar lebih kongkrit dan mendekati tepat untuk memahami keadaan siswanya, diharapkan jika guru telah mengetahui betul kondisi siswanya akan mempermudah memberikan meteri pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan, minat, dan bakat siswa.

3.        Guru membuat Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Perencanaan pembelajaran adalah membuat persiapan pembelajaran.
Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa jika tidak mempunyai persiapan pembelajaran yang baik, maka peluang untuk tidak terarah terbuka lebar, bahkan mungkin cenderung untuk melakukan improvisasi sendiri tanpa acuan yang jelas. Mengacu pada hal tersebut, guru diharapkan dapat melakukan persiapan pembelajaran baik menyangkut materi pembelajaran maupun kondisi psikis dan psikologis yang kondusif bagi berlangsungnya proses pembelajaran.

4. Guru Melaksanakan Proses Pembelajaran
Peran guru yang ketiga ini memegang peranan yang sangat penting, karena di sinilah proses interaksi pembelajaran dilaksanakan. Karena itu ada beberapa hal yang harus menjadi perhatian guru:
a.       Mengatur waktu berkenaan dengan berlangsungnya proses pembelajaran yang meliputi pengaturan alokasi waktu seperti pengantar + 10%, materi pokok + 80%, dan untuk penutup + 10%.
b.      Memberikan dorongan kepada siswa agar tumbuh semangat untuk belajar, sehingga minat belajar tumbuh kondusif dalam diri siswa.
c.       Melaksanakan diskusi dalam kelas. Dalam sistem pendidikan yang demokratis, diskusi adalah wahana yang tepat untuk menciptakan dan menumbuhkan siswa yang kreatif dan produktif serta terlatih untuk berargumentasi secara sehat serta terbiasa menghadapi perbedaan. Small group activities memiliki kelebihan untuk menggali potensi siswa, karena siswa akan berperan aktif lebih besar dalam aktivitas pembelajarannya.
d.      Peran guru berikutnya adalah mengamati siswanya dalam berbagai kegiatan baik yang bersifat formal di ruang kelas maupun di dalam kegiatan ekstra kurikuler.
e.       Peran guru dalam kegiatan ini mencakup informasi berupa pemberian ceramah dan juga informasi tertulis yang dibutuhkan siswa dengan bahasa sederhana dan mudah dipahami siswa. Hanya saja peran guru tidak terlalu dominan, sebab bisa dibayangkan kalau para siswa dari waktu ke waktu hanya menjadi pendengar setia mungkin proses pendidikan tidak akan menghasilkan lulusan yang optimal. Dalam konsep Norman Dodl ini jatah waktu ceramah hanya sedikit saja.
f.       Peran jenis ini adalah guru memberikan masalah untuk dicarikan solusi alternatifnya, sehingga siswa dapat menggunakan daya pikir dan daya nalarnya secara maksimal. Baik dengan menggunakan metode berpikir induktif ataupun deduktif.
g.      Melakukan pertanyaan dan memberikan respon terhadap pertanyaan yang diajukan siswa. Langkah ini menunjukkan proses yang sangat manusiawi dalam hal ini manusia selalu ingin tahu terhadap suatu persoalan atau masalah.
h.      Menggunakan alat peraga, sebagai alat bantu komunikasi pendidikan seperti OHP, proyektor, TV dan lainnya yang dapat dirancang sendiri, mengingat alat seperti ini sangat membantu proses belajar mengajar, dengan harapan siswa tidak terlalu jenuh.

5. Guru sebagai Pelaksana Administrasi Sekolah
Konsep Norman Dodl ini berkaitan dengan kewajiban guru untuk mampu menjalankan administrasi sekolah dengan baik, sehingga administrasi sekolah tidak melulu tertumpu pada kepala sekolah dan tata usaha. Peran guru di sini dimaksudkan untuk lebih memahami siswa tidak hanya dari hasil tatap muka saja akan tetapi menyangkut segala hal yang berkaitan dengan siswa.
Lebih jauh Usman (1999: 12) mengungkapkan peran guru sebagai administrator adalah sebagai berikut: (a) pengambil inisistif, pengarah dan penilai kegiatan-kegiatan pendidikan, (b) wakil masyarakat yang berati dalam lingkungan sekolah guru menjadi anggota suatu masyarakat, (c) orang yang ahli dalam suatu mata pelajaran, (d) penegak disiplin, (e) pelaksana administrasi pendidikan, (f) pemimpin generasi muda, karena ditangan gurulah nasib suatu generasi dimasa mendatang, dan (g) penyampai informasi kepada masyarakat tentang perkembangan kemajuan dunia.

6. Guru sebagai Komunikator
Peran guru dalam kegiatan ini menyangkut proses penyampaian informasi baik kepada dirinya sendiri, kepada anak didik, kepada atasan, kepada orang tua murid maupun kepada masyarakat pada umumnya. Komunikasi pada diri sendiri menyangkut upaya introspeksi agar setiap langkah dan geraknya tidak mengalahi kode etik guru baik sebagai pendidik maupun sebagai pengajar. Komunikasi kepada anak didik merupakan peran yang sangat strategis, karena sepandai apapun seseorang manakala dia tidak mampu berkomunikasi dengan baik pada anak didiknya maka proses belajar mengajar akan kurang optimal. Komunikasi yang edukatif pada anak didik akan mampu menciptakan hubungan yang harmonis. Sedangkan komunikasi kepada atasan, orang tua, dan masyarakat adalah sebagai pertanggungjawaban moral.

7. Guru Mampu Mengembangkan Keterampilan Diri
Mengembangkan keterampilan diri merupakan suatu tuntutan bahwa setiap guru harus mengembangkan keterampilan pribadinya dengan terus mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, jika tidak demikian maka guru akan ketinggalan jaman dan mungkin pada akhirnya akan sulit membawa dan mengarahkan anak didik kepada masa di mana dia akan menjalani kehidupan.

8. Guru dapat Mengembangkan Potensi Anak
Dalam melakukan kegiatan jenis ini guru harus mengetahui betul potensi anak didik. Karena berangkat dari potensi itulah guru menyiapkan strategi PBM yang sinerjik dengan potensi anak didik. Faktor „the how memegang peranan penting dalam upaya mengembangkan potensi anak didik, hal ini dimaksudkan untuk mempersiapkan diri menjadi manusia seutuhnya yang akan mampu membangun dirinya dan masyarakat lingkungannya.

4.    HUBUNGAN YANG BERKAITAN DENGAN KONSEP
1)   Diantara masalah-masalah yang ada, kita akan membahas masalah yang paling utama, yang dapat mempengaruhi kualitas pelajaran. Masalah tersebut, yaitu: (1) Tidak ada hubungan antara kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran, (2) Tidak ada penjabaran yang jelas tentang kegiatan pembelajaran, dan (3) Evaluasi (penilaian) yang bermasalah.
2)   Berdasarkan  hasil  observasi, dalam proses  pembelajaran banyak guru-guru masih sering menggunakan model ceramah dan pernah menggunakan diskusi  sederhana  yang kurang bervariasi, sehingga siswa sering  merasa bosan  dan  jenuh  pada  akhirnya hasil belajarnya pun kurang maksimal.  Namun karena  perkembangan zaman, maka metode konvensional dengan  ceramah  dan  tanya  jawab sudah  tidak  relevan digunakan.
3)   Target belajar dapat diukur melalui perubahan sikap dan kemampuan siswa melalui proses belajar. Desain pembelajaran yang baik, ditunjang fasilitas yang memandai, ditambah dengan kreativitas guru akan membuat peserta didik lebih mudah mencapai target belajar.
4)   Dalam konteks pendidikan, guru mengajar agar peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seorang peserta didik, namun proses pengajaran ini memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan pengajar saja.
5)   Guru hendaknya mampu memotivasi siswa untuk senantiasa belajar dalam berbagi kesempatan. Pengajar yang baik bila ia menguasai dan mampu melaksanakan keterampilan-keterampilan mengajar.
6)   Kualitas dan kuanitas belajar siswa dalam kelas bergantung pada banyak faktor, antara lain adalah guru, hubungan pribadi antar siswa dalam kelas, serta kondisi umum dan suasana dalam kelas.

5.        MASALAH DAN SOLUSI
A.      MASALAH
1.    Bagaimana kompleksitas masalah pada kelas konvensional?
2.    Bagaimana masalah dalam pelaksanaan pembelajaran?
3.    Bagaimana kompleksitas pendidikan guru dan kondisi kerja guru?
4.    Bagaimana peran guru yang dianggap dominan dalam belajar dan pembelajaran di Pendidikan Indonesia?

B.       SOLUSI
1.        Masalah pada Kelas Konvensional
Dalam kelas-kelas konvensional, model perkuliahan merupakan model pelajaran yang paling sering digunakan. Seorang guru berdiri di depan kelas dan terus berbicara kepada siswanya sambil memegang buku teks di salah satu tangannya, dan kapur atau spidol di tangan lainnya. Ekspresi wajah guru biasanya tegas, sementara suaranya terdengar keras dan lantang. Siswa terus mendengarkan gurunya dengan diam. Sangat jarang ditemukan siswa yang bertanya atau mengungkapkan pendapat mereka selama kelas berlangsung. Banyak guru percaya bahwa kelas semacam ini, yaitu dimana siswa mengangkat tangan dengan cepat dan menjawab dengan benar tepat setelah guru melontarkan pertanyaan, serta siswa akan menjawab “Ya” secara serempak ketika guru bertanya “Apakah kalian mengerti?” merupakan contoh terbaik. Kelas semacam ini terlihat berjalan dengan lancar dan berdisiplin. Namun, siswa berada dalam ketegangan yang sangat hebat dan kebanyakan dari mereka tertinggal selama pelajaran, khususnya siswa yang lamban pemahamannya. Hanya siswa yang mampu paham dengan cepat saja yang dapat bertahan dalam kelas semacam ini.
Pada kelas sperti ini, fokus utama guru adalah bagaimana mentransfer berbagai macam informasi yang tercantum pada buku teks kepada siswa secara tepat dan efisien. Guru berkonsentrasi pada Rencana Pembelajaran (RPP) dan mencoba mengajarkan apa saja yang tercantum dalam Rencana Pembelajaran tersebut. Guru tidak pernah berpikir tentang minat atau perhatian siswa selama pelajaran berlangsung. Guru juga tidak pernah berpikir pada saat beliau mengajar tentang bagaimana informasi-informasi tersebut berkaitan dengan pengalaman sehari-hari siswa atau bagaimana informasi-informasi tersebut dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari. Tujuan akhir guru hanyalah untuk memberitahu siswanya tentang apa yang seharusnya beliau ajarkan dalam batasan waktu tertentu. Siswa hanya berkonsentrasi untuk menghapal apa yang guru mereka katakan. Karena itu, mereka mulai berpikir bahwa menghapal merupakan cara belajar terbaik dan merupakan hal yang diiginkan oleh guru mereka. Mereka mulai mencoba untuk menghapalkan apapun tanpa pemikiran atau pemahaman yang mendalam. Dalam situasi semacam ini, banyak siswa tidak dapat memahami tujuan dari belajar dan beberapa dari mereka mungkin mulai bertanya pada diri sendiri: “Mengapa kita harus duduk diam dan mendengarkan guru dalam kelas yang tidak menyenangkan setiap hari?” ”Mengapa kita harus mempelajari hal-hal yang membosankan setiap hari?” “Apa manfaat yang kita dapatkan setelah mempelajari hal-hal ini?” dsb. Sayang sekali, siswa tidak pernah diberikan kesempatan untuk mengalami pelajaran yang menyenangkan. Tingkat pemahaman mereka tidak pernah cukup mendalam, melainkan hanya pemahaman yang dangkal saja, karena mereka hanya menyentuh permukaan dari suatu topik saja.
Saya sangat tidak setuju dengan kelas model konvensional seperti yang dijelaskan di atas. Saat ini murid/ mahasiswa harus bisa mendapatkan ilmu dengan pemahaman yang maksimal dengan mereka membangun konsep mereka sendiri. Bukan dibatasi oleh ilmu guru (satu arah) saja.

2.        Masalah pada Pelaksanaan Pelajaran
Selama pelaksanaan pelajaran, kita juga dapat menemukan beberapa masalah penting yang menghalangi siswa untuk dapat memahami dengan lebih baik. Masalah tersebut, yaitu (1) Cara berpikir bahwa guru adalah pusat, (2) Tidak ada perhatian untuk siswa secara individu, serta (3) Tak ada bahan yang dapat siswa bawa pulang. Kita akan membahas masalah-masalah ini secara terperinci.

(1) Cara Berpikir bahwa Guru adalah Pusat
Pada pelajaran ini, dapat dikatakan bahwa guru bertindak dominan terhadap siswa. Guru selalu berusaha menerapkan pelajaran secara tepat dengan mengikuti rencana yang telah ia buat. Nampaknya guru tidak mempertimbangkan siswanya dan bagaimana pembelajaran mereka. Pada saat seorang siswa menuliskan jawabannya di papan tulis, guru sering menunjukkan kesalahan yang dibuat oleh siswa dan segera memberikan koreksi. Sebagai tambahan, pada saat siswanya sedang mengerjakan tugasnya, guru berkeliling kelas untuk memeriksa jawaban mereka. Begitu ia menemukan jawaban yang salah, ia segera menunjukkan kesalahan tersebut dan memberikan koreksi tanpa memberikan penjelasan apapun. Ini berarti bahwa guru memiliki keyakinan yang kuat bahwa siswanya harus mengerti dan harus menjawab dengan tepat. Jika ada siswa yang tidak mengerti, maka ini bukanlah kesalahan guru melainkan ini dikarenakan siswanya yang tidak cukup pintar. Dengan cara berpikir semacam ini, maka sangat tidak mungkin bagi guru untuk meninjau pelajarannya secara sungguh-sungguh dan mengklarifikasi masalah-masalah yang muncul dalam pelajarannya. Maka, tentu saja tidak mungkin bagi guru semacam itu untuk meningkatkan kualitas pelajarannya.

(2) Tidak ada perhatian pada siswa secara individu
Dapat terlihat jelas bahwa guru tidak memperhatikan siswa secara individu selama kelas berlangsung. Meskipun guru melihat pada siswa sepanjang pelajaran, namun matanya selalu berfokus pada siswa-siswa secara keseluruhan, bukan pada siswa secara individu. Pada kenyataannya, banyak siswa yang mengalami kesulitan dari awal hingga akhir. Pada awalnya, ketika guru menjelaskan tiga pola kalimat tersebut, ada beberapa siswa yang menunjukkan ekspresi wajah yang sedang bosan dan dengan cepat mulai kehilangan konsentrasinya. Sebagai tambahan, ketika guru meminta siswa mengerjakan latihan, banyak dari siswa yang mengalami kesulitan dan melihat berkeliling dengan cemas. Namun, guru nampaknya tidak menyadari situasi ini. Meskipun ia berjalan mengelilingi kelas ketika siswa mengerjakan latihannya, ia tidak pernah membantu siswa walau mereka mengalami kesulitan. Sebaliknya ia malah menegur siswa yang tidak menjawab dengan benar. Akhirnya ia menuliskan jawaban yang benar pada lembar kerja siswa.

(3) Tak ada bahan yang dapat siswa bawa pulang
            Dalam kelas, cukup banyak guru akhir-akhir ini yang menyiapkan LKS bagi siswanya. Pada situasi saat ini, banyak siswa yang tidak memiliki buku teks, maka LKS berperan sangat penting bagi siswa untuk memahami pelajaran. Pada pelajaran bahasa Inggris ini, guru juga menyiapkan sebuah LKS dan membagikannya untuk setiap siswa. Pada dasarnya hal ini bagus. Namun, pada akhir pelajaran, guru mengumpulkan seluruh LKS tersebut. Menurut guru tersebut, sangat penting mengumpulkan LKS tersebut karena ia harus memeriksa tingkat pemahaman siswa. Alasan ini mungkin dapat dipahami. Namun masalahnya disini adalah tidak ada bahan apapun yang tersisa ditangan siswa seusai pelajaran ini. Ada banyak siswa yang belum menyelesaikan LKS mereka. Untuk siswa-siswa tersebut, mungkin sangat penting bagi mereka untuk meninjau lagi LKS mereka di rumah.

3.        Kompleksitas Pendidikan Guru dan Kondisi Kerja Guru
Penanganan terhadap kompleksitas pengajaran dan pembelajaran tersebut memerlukan guru yang berkualitas yang dihasilkan dari suatu sistem pendidikan guru, baik prajabatan maupun dalamjabatan. Fokus tulisan ini pada pendidikan guru prajabatan karena memiliki peran yang strategis:mempersiapkan guru masa depan.
DarlingHammond (2006) pernah menyatakan bahwa selama ini pendidikan guru tergadaikan dan cenderung dianggap sebagai pendidikan profesi kelas kedua. Hal ini dikarenakan ketidakjelasan epistemologi disiplin pendidikan guru, kesenjangan teoripraktik dan anggapan pekerjaan guru dapat dilakukan oleh lulusan dari disiplin apapun (teachers are born). Dari segi internal LPTK, keterpaduan dan keutuhan antara visi, program, kurikulum dan pedagogi pendidikan guru merupakan tantangan laten. Dari segi pendidik guru (dosen LPTK), kompleksitasnya tercermin dari dualisme peran mereka: 1) bagaimana memahami disiplin ilmu dan bagaimana mengajarkan bagaimana mengajarkan disiplin ilmu tersebut; dan 2) bagaimana mengajarkan teori terhadap praktik pengajaran dan bagaimana menteorikan praktik pengajaran. Dengan demikian, peran pendidik guru adalah memahami kompleksitas pengajaran dan pembelajaran serta menjadi model guru bagi para calon guru. Hal lainya berkenaan dengan kemitraan antara LPTK dengan sekolah terkait praktik mengajar mahasiswa dimana pelaksanaannya pun tidaklah mudah.
Kondisi kerja guru mencakup lingkungan kerja, beban kerja, pengembangan diri dan kesejahteraan. Prof. Winarno Surakhmad pernah menyatakan di media bahwa sebagian besar sekolahsekolah kita mirip kandang ayam. Kirakira begitulah lingkungan kerja para guru, sangat tidak layak dan mereka harus menghabiskan minimal 24 jam mengajar/minggu di sana. Beban mengajar –tampil di kelas perlu dipertimbangkan kembali mengingat pekerjaan perencanaan dan evaluasi, disamping bimbingan dan pengembangan diri, juga memerlukan waktu. Kesempatan pengembangan diri pun belum merata dimana terdapat guru yang dikenal sebagai guru spesialis pelatihan.
Kondisi pendidikan di Indonesia selama ini mencerminkan apa yang dikemukakan masyarakat pendidikan Amerika di dekade 80an sebagai nation at risk. Dalam hal ini, LPTK kiranya dapat menjadi elemen kunci dalam proses tersebut agar dapat menyediakan knowledge yang mendasari tataran implementasi kebijakan. Dari kebijakan dan implementasinya diharapkan terbentuk budaya belajar di masyarakat pendidikan yang menjadikan pengkajian pengajaran dan pembelajaran sebagai ruh pembaharuan pendidikan berkelanjutan.

4.        Peranan Guru yang Paling Dianggap Dominan
Berkenaan dengan ungkapan di atas, berikut ini adalah peranan yang paling dianggap dominan dan diklasifikasikan sebagai berikut:
a.         Guru sebagai Demonstrator
Melalui peranannya sebagai demonstrator, lecturer, atau pengajar,
guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi belajaran yang akan diajarkannya serta senantiasa mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya, karena hal ini akan sangat menentukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Salah satu hal yang harus diperhatikan oleh guru ialah bahwa ia sendiri adalah pelajar.
Seorang guru hendaknya mampu dan terampil dalam merumuskan tujuan pembelajaran khusus atau indikator, memahami kurikulum, dan ia sendiri sebagai sumber belajar yang terampil dalam memberikan informasi kepada kelas. Sebagai pengajar ia harus membantu perkembangan anak didik untuk dapat menerima, memahami, serta menguasai ilmu pengetahuan. Untuk itu guru hendaknya mampu memotivasi siswa untuk senantiasa belajar dalam berbagi kesempatan. Pengajar yang baik bila ia menguasai dan mampu melaksanakan keterampilan-keterampilan mengajar.

b.        Guru sebagai Pengelola Kelas
Dalam perannya sebagai pengelola kelas (learning managers). Guru hendaknya mampu mengelola kelas, karena kelas merupakan lingkungan belajar serta merupakan suatu aspek dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisasi.
Lingkungan harus diatur dan diawasi agar kegiatan-kegiatan belajar terarah kepada tujuan-tujuan pendidikan. Pengawasan terhadap lingkungan turut menentukan sejauh mana lingkungan tersebut menjadi lingkungan yang baik. Lingkungan yang baik adalah yang bersifat menantang dan merangsang siswa untuk belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan dalam mencapai tujuan.
Kualitas dan kuanitas belajar siswa dalam kelas bergantung pada banyak faktor, antara lain adalah guru, hubungan pribadi antar siswa dalam kelas, serta kondisi umum dan suasana dalam kelas.
Sebagai manajer lingkungan belajar, guru harus mampu mempergunakan pengetahuan tentang teori belajar mengajar dan teori perkembangan sehingga memungkinkan untuk menciptakan situasi belajar mengajar yang menimbulkan kegiatan belajar pada siswa akan mudah dilaksanakan dan sekaligus memudahkan pencapaian tujuan yang diharapkan.

c.         Guru sebagai Mediator dan Fasilitator
Sebagai mediator, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup mengenai media pendidikan, karena media pendidikan merupakan alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajar mengajar.
Dengan demikian jelaslah bahwa media pendidikan merupakan alat yang sangat diperlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan bagian integral demi berhasilnya proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Guru tidak cukup hanya memiliki pengetahuan tentang media pendidikan, tetapi juga harus memiliki keterampilan memilih dan menggunakan, serta mengusahakan media itu dengan baik. Memilih dan menggunakan media pendidikan harus sesuai dengan tujuan, materi, metoda, evaluasi, dan kemampuan guru serta minat dan kemampuan siswa.
Sebagai mediator guru juga menjadi perantara dalam hubungan antar manusia. Untuk itu, guru harus terampil mempergunakan pengetahuan tentang bagaimana orang berinteraksi dan berkomunikasi. Tujuannya adalah agar guru dapat menciptakan secara maksimal kualitas lingkungan yang interaktif. Dalam hal ini ada tiga macam kegiatan yang dapat dilakukan guru, yaitu mendorong berlangsungnya tingkah laku sosial yang baik, mengembangkan gaya interaksi pribadi, dan menambah hubungan positif dengan siswa.
Sebagai fasilitator, guru hendaknya mampu mengusahakan sumber belajar yang kiranya berguna serta dapat menunjang percapaian tujuan dan proses belajar mengajar, baik yang berupa nara sumber, buku teks, majalah, ataupun surat kabar.

d. Guru sebagai Evaluator
Dalam dunia pendidikan, kita ketahui bahwa setiap jenis dan jenjang pendidikan pada waktu-waktu tertentu/periode pendidikan selalu mengadakan evaluasi, artinya penilaian yang telah dicapai, baik oleh pihak terdidik maupun pendidik. Demikian pula setiap kali proses belajar mengajar, guru hendaknya menjadi evaluator yang baik. Penilaian dilakukan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu tercapai atau tidak, apakah materi yang diajarkan sudah dikuasai atau belum oleh siswa, dan apakah metode yang digunakan sudah cukup tepat.
Dalam fungsinya sebagai penilaian hasil belajar siswa, guru hendaknya secara terus menerus mengikuti hasil belajar yang telah dicapai siswa dari waktu ke waktu. Informasi yang diperoleh melalui evaluasi ini merupakan umpan balik terhadap proses belajar mengajar, di mana umpan balik ini akan dijadikan titik tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar selanjutnya. Dengan demikian, proses belajar mengajar akan terus menerus ditingkatkan untuk memperoleh hasil yang optimal.

e.         Guru sebagai Pengembang Kurikulum di Sekolah
Untuk memudahkan pembahasan peran guru dalam mengembangkan kurikulum di sekolah. Terlebih dahulu harus dipahami pengertian kurikulum.
Dalam pandangan klaksik kurikulum diartikan sebagai sekumpulan mata pelajaran yang diberikan anak didik di sekolah (Penix dan Bestor, dalam Ragan dan Shepherd, 1982: 2). Sedangkan dalam pandangan modern kurikulum diartikan sebagai segala pengalaman belajar yang harus dikuasai anak didik di
bawah bimbingan atau tanggungjawab sekolah (Doll, 1974; Tannr & Tanner,
1980; Miller & Saller, 1985).

5.        ELEMEN YANG MENARIK
1)      Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi pelajar dan kreativitas pengajar. Pembelajar yang memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan pengajar yang mampu memfasilitasi motivasi tersebut akan membawa pada keberhasilan pencapaian target belajar.
2)      Guru mempunyai peranan utama dan sangat menentukan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, karena kegiatan belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan.
3)      Istilah guru pada saat ini mengalami penciutan makna. Guru adalah orang yang mengajar di sekolah. Orang yang bertindak seperti guru seandainya dia berada di suatu lembaga kursus atau pelatihan tidak disebut guru, tetapi tutor atau pelatih. Padahal mereka itu tetap saja bertindak seperti guru.
4)      Minat, bakat, kemampuan, dan potensi-potensi yang dimiliki peserta didik tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan guru. Dalam kaitan ini guru perlu memperhatikan peserta didik secara individu, karena antara satu perserta didik dengan yang lain memiliki perbedaan yang sangat mendasar.
5)      Guru juga harus berpacu dalam pembelajaran, dengan memberikan kemudahan belajar bagi seluruh peserta didik, agar dapat mengembangkan potensinya secara optimal.
6)      Informasi yang diperoleh melalui evaluasi merupakan umpan balik terhadap proses belajar mengajar, di mana umpan balik tersebut akan dijadikan titik tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar selanjutnya.

6.        REFLEKSI DIRI
Saya sangat menyukai materi minggu ini terutama mengenai peranan guru. Selain itu, juga ada hubungannya dengan komunikasi yang diterapkan oleh guru terhadap siswanya. Saya harus menguasai bagaimana hakikat dari peranan seorang guru dalam belajar dan pembelajaran. Saebagai seorang guru nantinya saya ingin siswa/mahasiswa (i) saya memahami secara penuh materi yang saya ajarkan. Saya juga ingin menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan saat pembelajaran berlangsung.
Selain itu, saya juga harus mengenali berbagai macam kompleksitas dalam belajar dan pembelajaran. Setelah mengenali kompleksitas apa saja dalam belajar dan pembelajaran, selanjutnya saya harus mengetahui bagaimana mengatasi kompleksitas tersebut dengan cara yang bijak dan bertanggung jawab. Solusi-solusi yang saya pakai haruslah solusi yang pas dengan permasalahan yang ada. Oleh karena itu, perlu bagi seorang guru untuk mengetahui berbagai macam permasalahan yang akan timbul dalam pembelajaran sehingga mudah untuk mencari solusinya.
Bagaimana saya akan menjadi guru yang baik, jika saya belum paham ”akar” dari pembelajaran? Tentunya saya harus semangat dalam menimba ilmu ini agar dapat saya terapkan pada peserta didik saya nanti, sehingga tujuan pembelajaran tercapai dengan hasil yang memuaskan karena siswa siswi saya dapat memahami materi yang saya ajari. Saya harus banyak-banyak membaca mengenai teori belajar dan pembelajaran untuk masa depan saya sebagai guru. Ilmu yang saya dapatkan dalam minggu ini semoga bermanfaat dan berkah. Hal ini sebagai bekal saya kelak saat menjadi guru/ dosen. Amiin.. ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar