Laman

Jumat, 07 Oktober 2011

METODE DISKUSI

Dalam menggunakan model mengajar, sudah barang tentu guru yang tidak mengenal metode mengajar jangan diharap bisa melaksanakan proses belajar mengajar sebaik-baiknya. Untuk mendorong keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar guru membutuhkan suatu metode mengajar. Hal yang penting dalam metode mengajar adalah bahwa setiap metode pembelajaran yang digunakan bertalian dengan tujuan belajar yang akan dicapai serta metode pembelajaran berkaitan dengan strategi belajar mengajar. Oleh karena itu, untuk mendorong keberhasilan guru dalam proses belajar-mengajar, guru seharusnya mengerti akan fungsi, dan langkah-langkah pelaksanaan metode mengajar. Di dalam makalah ini akan membahas lebih khusus mengenai metode diskusi.

A. Pengertian Metode Diskusi
Diskusi sendiri merupakan istilah yang sudah biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Walaupun telah sering kita dengar istilah diskusi ini, belum cukup kiranya untuk memahami metode diskusi dalam kegiatan belajar-mengajar. Dibawah ini akan dijelaskan pengertian diskusi, yaitu
1. Metode diskusi merupakan suatu kegiatan dimana sejumlah orang membicarakan secara bersama-sama melalui tukar pendapat tentang suatu topic atau masalah, atau untuk mencari jawaban dari suatu masalah berdasarkan semua fakta yang memungkinkan untuk itu (Gisltrap dan Martin (1975:15) dalam Moedjiono, 1991/1992)
2. Metode diskusi adalah suatu cara penguasaan isi pelajaran melalui wahana tukar pendapat berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh guna memecahkan suatu masalah (Depdikbud., 1986: 19, dalam Moedjiono, 1991/1992)
3. Metode diskusi adalah suatu kegiatan belajar-mengajar yang membincangkan suatu topic atau masalah yang dilakukan oleh dua orang atau lebih (dapat guru atau siswa atau siswa dengan siswa lain), di mana orang-orang yang berbincang memiliki perhatian yang sama terhadap topic atau masalah yang menjadi pokok pembicaraan, sehingga mendapatkan berbagai alternative jawaban terhadap topic atau masalah yang didiskusikan (Moedjiono, 1991/1992)
4. Metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pembelajaran dimana guru memberi kesempatan kepada para siswa (kelompok-kelompok siswa) untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternative pemecahan atas sesuatu masalah. (Suharjo, 2010)
5. Diskusi ialah percakapan ilmiah yang responsive berisikan pertukaran pendapat yang dijalin dengan pertanyaan-pertanyaan problematic pemunculan ide-ide ataupun pendapat dilakukan oleh beberapa orang yang tergabung dalam kelompok itu yang diarahkan untuk memperoleh pemecahan masalah dan untuk mencari kebenaran. (Sagala, 2003)
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan metode diskusi merupakan upaya membicarakan suatu topic atau permasalahan dengan cara tukar pendapat serta informasi yang dijalankan oleh dua orang atau lebih.

B. Tujuan Metode Diskusi
Adapun beberapa tujuan dari metode diskusi, yaitu:
1. Mengembangkan keterampilan bertanya, berkomunikasi, menafsirkan dan menyimpulkan pada diri siswa.
2. Mengembangkan sikap positif terhadap sekolah, para guru dan bidang studi yang dipelajari.
3. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah dan konsep diri yang positif.
4. Meningkatkan keberhasilan siswa dalam menemukan pendapat.
5. Mengembangkan sikap terhadap isu-isu controversial (Moedjiono, 1991/1992)

Selain kelima tujuan diatas, menurut Rostiyah (2008) ditambahkan diskusi memiliki tujuan, yaitu:
1. Dengan diskusi siswa didorong untuk menggunakan pengetahuan dan pengalamannya untuk memecahkan masalah, tanpa selalu bergantung pada pendapat orang lain. Pendapat yang diutarakan harus logis dan mendekati kebenaran. Jadi siswa dilatih untuk berpikir dan memecahkan masalah sendiri.
2. Siswa mampu menyatakan pendapatnya secara lisan, karena hal itu perlu untuk melatih kehidupan yang demokratis.
3. Diskusi memberi kemungkinan pada siswa untuk belajar berpartisipasi dalam pembicaraan untuk memecahkan suatu masalah bersama.
Dalam suatu proses diskusi, perlu adanya seorang pemimpin yang mampu mengatur pembicaraan agar diskusi dapat berjalan dengan lancar. Seorang pemimpin diskusi dapat berperan sebagai:
1. Pengatur lalu lintas pembicaraan
• Mengatur duduk siswa, sehingga masing-masing duduk dalam lingkaran atau seperti ladam kuda
• Bertanya kepada anggota diskusi secara berturut-turut
• Menjaga agar peserta tidak berebut dalam berbicara
• Mendorong peserta yang pendiam dan pemalu
2. Benteng penangkis
• Mengembalikan pertanyaan kepada kelompok diskusi bila perlu
• Memberi petunjuk bila mengalamni hambatan
3. Petunjuk jalan
• Memberi petunjuk umum, tentang kemajuan yang telah dicapai oleh kelompok (Roestiyah, 2008).

C. Usaha yang Harus Dilakukan Guru Agar Diskusi Berhasil dengan Baik
Adapun usaha yang harus dilakukan guru supaya diskusi berhasil dengan baik, yaitu:
1. Memberikan masalah yang controversial, artinya mengandung pertanyaan dari peserta didik. Masalah ini menarik perhatian mereka karena bertalian erat dengan pengalaman mereka
2. Guru harus menempatkan dirinya sebagai pemimpin diskusi.
3. Guru hendaknya memperhatikan pembicaraan agar fungsi guru sebagai pemimpin dapat dilaksanakan dengan baik. (Sagala, 2003)
4. Guru harus memahami dan menguasai masalah yang akan dilontarkan pada diskusi
5. Guru harus memberikan garis-garis besar persoalan yang penting agar siswa terpimpin dalam mengetahui dan memilih pokok soal yang harus diselesaikan terlebih dahulu.

Diskusi baik dilaksanakan bila mempermasalahkan:
1. Hal-hal yang menarik minat dan perhatian siswa.
2. Masalah harus mengandung banyak kemungkinan jawaban, dan masing-masing jawaban dapat dijamin kebenarannya.
3. Harus merangsang pertimbangan kemampuan berpikir logis.

D. Jenis-Jenis Diskusi
Menurut Roestiyah (2008), diskusi dibedakan menjadi :
1. Whole-group
Suatu diskusi dimana anggota kelompok yang melaksanakan tidak lebih dari 15 orang.
2. Buzz-group
Satu kelompok besar dibagi menjadi 2-8 kelompok yang lebih kecil jika diperlukan kelompokan kecil ini diminta melaporkan apa hasil diskusi itu pada kelompok besar.
3. Panel
Satu kelompok kecil (antara 3-6 orang) mendiskusikan suatu subyek tertentu, mereka duduk dalam susunan semi melingkar dihadapkan pada satu kelompok besar peserta lainnya. Anggota kelompok besar ini dapat diundang untuk turut berpartisipasi. Yang harus dipersiapkan bila akan melaksanakan diskusi panel agar lancar, adalah :
a. Harus menentukan garis besar pokok persoalan yang akan dibahas.
b. Masalah yang dibahas harus actual, sehingga masih hangat dan menarik minat untuk didengarkan.
c. Moderator harus dipilih dari orang-orang yang cekatan dalam sikap dan perbuatan.
Tujuan instruktur menggunakan teknik ini ialah memberikan rangsangan cara berpikir secara masal dengan memberikan berbagai perspektif dari beberapa sudut pandang. Diharapkan siswa mampu berpikir secara luas dan mampu meninjau setiap persoalan dari beberapa segi agar pendapatnya tidak sempit juga melatih siswa berani mengemukakan pendapat dengan argumen yang logis. Pada diskusi ini, harus ada kelompok panelis/ahli, dan kelompok pendengar/orang yang hanya mendengarkan. Pendengar tidak diperkenankan mengajukan pertanyaan secara langsung. Kemudian moderator bertugas untuk mengemukakan persoalan yang akan dibahas serta menyimpulkan pembicaraan tanpa menunggu sampai mencapai keputusan.

Penggunaan teknik diskusi panel itu tidak wajar bila terjadi :
a. Persoalan yang dibahas tidak aktual lagi.
b. Pembahasan hanya dari satu sudut pandang saja.

Kelemahan diskusi panel, antara lain :
a. Mudah tersesat.
b. Memungkinkan panelis berbicara terlalu banyak.
c. Tidak memungkinkan semua peserta mengambil bagian.
d. Membutuhkan waktu dan persiapan yang cukup.
e. Memerlukan seorang moderator yang trampil.

Keunggulan diskusi panel, antara lain :
a. Pendengar dapat mengikuti dan mengamati proses serta perkembangan berpikir para panelis jadi tidak semata-mata menerima apa saja yang didengar
b. Mengemukakan pandangan yang berbeda-beda
c. Mendapatkan hasil kesimpulannya
d. Mendorong analisa kemungkinan-kemungkinan
e. Memanfaatkan orang yang betul-betul memenuhi syarat
f. Dapat merangsang pemikiran masal dalam waktu singkat
g. Perbedaan pendapat para panelis merangsang pula bagi para pendengar untuk menimbulkan masalah baru.

4. Symposium
Teknik ini menyerupai panel, hanya sifatnya lebih formal. Seorang anggota symposium harus menyiapkan prasarana menurut pandangannya sendiri terlebih dahulu. Namun demikian dapat pula dilakukan dengan menentukan sebuah persoalan dahulu, kemudian dengan perbaikan aspek, dan sebuah aspek ini disoroti tersendiri. Tidak perlu disoroti dari berbagai pandangan. Pendengar biasanya diberikan kesempatan memajukan pandangan umum dan pertanyaan-pertanyaan, sesudah pembicaraan serta penyanggahan selesai. Orang yang diberi kesempatan terakhir ialah pembicara untuk mengadakan sambutan-sambutan balasan. Dalam teknik ini peranan moderator tidaklah seaktif seperti pada panel. Ia lebih banyak mengkoordinir pembicaraan saja.
Tujuan menggunakan diskusi jenis ini adalah untuk merangsang daya pikir manusia dalam kelompok besar agar mau turut berpartisipasi untuk memecahkan atau membahas sesuatu masalah dalam waktu yang relatif singkat.
Untuk melaksanakan metode symposium perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Menentukan persoalan yang akan dibahas bersama
b. Menentukan pemrasaran dan penyanggahnya
c. Masalah yang akan dibahas sebaiknya diumumkan terlebih dahulu, agar dapat melibatkan banyak pendengar
d. Membentuk tim yang akan melaksanakan tindak lanjut hasil symposium
e. Masalah yang sudah ditentukan dalam persiapan dibahas dari titik tolak yang berbeda-beda atau menentukan sejumlah aspek terlebih dahulu, kemudian masing-masing aspek disoroti tersendiri
f. Perlu ada pembahasan atau sanggahan utama
g. Pendengar diberi kesempatan untuk mengajukan pandangan atau pertanyaan setelah pembahas utama selesai
h. Moderator bertugas meneruskan sanggahan, pandangan umum serta pertanyaan seluruh peserta
i. Tim yang dibentuk harus mampu bertugas menampung, mengesahkan dan menyebarluaskan hasil symposium.

Kelemahan dari symposium, antar lain :
a. Sukar menemukan pemrasaran/penyanggah yang mampu mempersiapkan bahan bahasan secara ringkas dan komprehensif.
b. Fungsi atau peranan moderator dalam symposium tidak sama aktifnya seperti dalam panel, sehingga jalannya symposium kurang lancar.
c. Sukar sekali mengendalikan sambutan-sambutan sehingga kerap kali memperpanjang waktu yang sudah ditentukan.

Keunggulan dari symposium, antara lain :
a. Organisasinya sangat sederhana.
b. Adanya persiapan dari pemrasaran sehingga pembahasan dapat terarah.
c. Mampu membahas hal-hal yang aktual.
d. Member kesempatan para pendengarnya untuk berpartisipasi aktif.

5. Caologium
Merupakan cara berdiskusi yang dijalankan oleh satu atau beberapa orang manusia sumber, yang berpendapat, menjawab pertanyaan-pertanyaan, tetapi tidak dalam bentuk pidato. Dapat juga bervariasi lain ialah seorang guru atau siswa menginterview seseorang manusia sumber, tentang pendapatnya mengenai sesuatu masalah kemudian mengundang pertanyaan-pertanyaan tambahan dari para pendengar.

6. Informal-Debate
Diskusi ini dilaksanakan dengan membagi kelompok menjadi dua tim yang sama kuat dan jumlahnya agar seimbang. Kedua tim ini mendiskusikan subyek yang cocok untuk diperdebatkan dengan tidak menggunakan banyak peraturan, sehingga jalannya perdebatan lebih bebas. Isu yang diperdebatkan biasanya adalah masalah nilai, apakah itu nilai dalam masyarakat atau norma, nilai pergaulan, atau nilai yang berlaku di sekolah.

7. Fish Bowl
Dalam diskusi ini terdiri dari seorang moderator dan satu atau tiga manusia sumber pendapat, mereka duduk dalam susunan semi lingkaran berderet dengan tiga kursi kosong menghadap kelompok. Kemudian moderator memberikan pengantar singkat, dan diikuti dengan meminta kepada peserta dengan sukarela dari kelompok besar, untuk menduduki kursi yang kosong yang ada di muka mereka. Peserta ini mengajukan pertanyaan atau mengadakan pembicaraan dengan manusia sumber pendapat. Selanjutnya moderator mengundang peserta yan lainnya dari anggota sidang untuk ikut berpartisipasi.
Sebagai konsekuensinya dalam diskusi kelompok ada tiga persyaratan yang harus dipenuhi oleh setiap peserta, demikian menurut Jaime Bulatao SJ dalam Roestiyah (2008):
1. Menjadi pendengar yang baik, artinya berusaha mendengarkan kawan yang sedang berbicara dengan sepenuh hati
2. Menjadi pembicara yang baik, kita harus berusaha berbicara dengan sepenuh hati. Berbicara untuk menyumbangkan buah pikiran tanpa malu-malu, takut salah atau takut ditertawakan
3. Tidak berbisik pada kawan kiri kanan, perlu diperhatikan karena sering kita jumpai pada masyarakat kita.

E. Kelebihan dan Kekurangan Diskusi
a) Keunggulan Metode Diskusi
Dari beberapa ahli dapat disimpulkan keunggulan metode diskusi menjadi:
1. Metode ini memberikan kesempatan pada para siswa untuk berpartisipasi secara langsung, baik sebagai partisipan, ketua kelompok, atau penyusun pertanyaan diskusi. Adanya partisipasi langsung ini memungkinkan terjadinya keterlibatan intelektual, social-emosional, dan mental para siswa dalam proses belajar.
2. Metode ini dapat digunakan secara mudah sebelum, selama, ataupun sesudah metode-metode yang lain.
3. Metode ini mampu meningkatkan kemungkinan berpikir kritis, partisipasi demokratis, mengembangkan sikap, motivasi, dan kemampuan berbicara yang dilakukan tanpa persiapan.
4. Metode ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk menguji, mengubah, dan mengembangkan pandangan, nilai, dan keputusan yang diperlihatkan kesalahannya melalui pengamatan yang cermat dan pertimbangan kelompok.
5. Metode ini memberikan kesempatan pada para siswa untuk memahami kebutuhan member dan menerima (take and give) , sehingga siswa dapat mengerti dan mempersiapkan dirinya sebagai warga Negara yang demokratis.
6. Metode ini menguntungkan para siswa yang lemah dalam pemecahan masalah. Hal ini dimungkinkan karena peemecahan masalah oleh kelompok, biasanya lebih tepat daripada pemecahan perorangan.

b) Kekurangan Metode Diskusi
Kekurangan-kekurangan metode diskusi seperti dikemukakan oleh para penulis, antara lain:
1. Metode diskusi sulit diramalkan hasilnya, walaupun telah diatur secara hati-hati.
2. Metode ini kurang efisien dalam penggunaan waktu dan membutuhkan perangkat meja dan kursi yang mudah diatur.
3. Metode ini tidak menjamin penyelesaian, sekalipun kelompok setuju atau membuat kesepakatan pada akhir pertemuan, sebab keputusan yang dicapai belum tentu dilaksanakan.
4. Metode ini seringkali didominasi oleh seorang atau beberapa orang anggota diskusi, dan menyebabkan orang yang tidak berminat hanya sebagai penonton.
5. Metode ini membutuhkan kemampuan berdiskusi dari para peserta, agar dapat berpartisipasi secara aktif dalam diskusi. Kemampuan berdiskusi ini hanya akan dimiliki oleh seseorang bila dipelajari dan dilatih.
Keunggulan dan kekurangan dari metode diskusi ini hendaknya menjadi perhatian guru, agar dalam menggunakan metode diskusi dapat berhasil sesuai dengan yang diinginkan.
Pengetahuan tentang jenis-jenis diskusi dan prosedur pemakaian metode diskusi, akan sangat membantu guru dalam menggunakan metode diskusi dengan lebih baik dan berhasil.

DAFTAR RUJUKAN
Moedjiono & Moh. Dimyati. 1991/1992. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.
Roestiyah. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta
Sagala, Syaiful. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta
Suharjo. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Malang : Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar