Senin, 28 November 2011

PENGAJARAN REMEDIAL


Ringkasan
PENGAJARAN REMEDIAL
(Linda Tri Antika)

PRINSIP PENGAJARAN REMEDIAL
Pada dasarnya proses, pelaksaan pengajaran remedial serupa dengan proses belajar-mengajar biasa (reguler). Namun perbedaannya terletak  pada dua prinsip /karakteritik berikut.
  1. Tujuan pembelajaran lebih diarahkan pada peningkatan (improvement) prestasi belajar siswa, baik secara kualitatif maupun kuantitatif, sehingga setidak-tidaknya dapat memenuhi kriteria keberhasilan minimal yang dapat diterima (minimum acceptable performance) atau meningkatkan kemampuan penyesuaian kembali (readjustment), baik terhadap dirinya maupun lingkunganya.
  2. Strategi pendekatan (termasuk di dalamnya metode, teknik, materi, progam, bentuk/jenis tugas, dan lain-lainnya) lebih ditekankan pada pnyensuaian keragaman kondisi obyektif yang dapat dipandang sebagai modifikasi dari proses belajar biasa (konvensional-klasikal). Keragaman obyektif yang dimaksud dalam hal ini, seprerti kapasitas umum/khusus, motivasi, minat, aspirasi, pengetahuan, keterampilan dasar/prasaratan, sikap kebiasaan, kematangan/kesiapan, dan sebagainya. Sedangkan yang termasuk dalam modifikasi dalam hal ini antara lain pengulangan, percepatan, pengayatan, dan penggantian/subtitusi.
TIPE PENGAJARAN REMEDIAL (REMEDIAL TEACHING)
1.      Tipe Bloom
Menurut Bloom, setiap siswa dan guru haruslah mahir dalam setiap bagian materi kegiatan belajar, namun dengan catatan bahwa pemahiran bagian-bagian itu tidak boleh sama dengan pemahiran secara kesuruhan, Menurutnya pemahiran itu ditentukan oleh penguasaan secara oprasional dalam menangani masalah/materi itu sampai pada taraf 80-90%.
2.      Tipe keller
Jika seseorang belum mencapai taraf tertentu yang belum ditargetkan seratus persen (100%), maka keseluruhan belajar ini harus diulang seluruhnya. Dalam hal pemilihan dua tipe remedial yang telah disajikan di atas (tipe Bloom dan tipe Keller) tergantung pada pokok bahasan atau tujuan yang ingin dicapai.
FUNGSI PENGAJARAN REMEDIAL
1. Fungsi Korektif
Korektif berarti membetulkan atau perbaikan terhadap sesuatu yang tidak wajar, yaitu masih rendahnya prestasi yang dicapai siswa. Sasaran korektif baik untuk siswa maupun untuk guru. Perbaikan yang dimaksud meliputi antara lain cara belajar, penggunaan metode mengajar, materi, media yang dipergunakan guru, cara penilaian, dan sebagainya.
2. Fungsi Pemahaman
Baik guru maupun siswa akan memahami tentang langkah yang telah dilakukan perlu diperbaiki dan menyadari akan kekurangannya, sehingga baik guru maupun siswa harus membuka diri untuk melihat kenyataan tersebut. Selanjutnya berusaha untuk merubahnya sehingga akan memperoleh hasil yang lebih baik. Tidak setiap orang mengakui kekurangan dan kelemahan yang dimiliki. Guru juga akan lebih mengenal dan memahami siswa tersebut secara lebih baik, hubungan guru-siswa akan menjadi lebih erat.
3. Fungsi Penyesuaian
Dengan pengajaran remidi siswa dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan sekitarnya, terutama yang berhubungan langsung dengan proses belajar mereka. Mereka dituntut untuk menyesuaikan tuntutan kurikulum, cara mengajar guru, lingkungan teman belajar maupun fasilitas belajar yang tersedia dengan kondisi seperti itu diharapkan dapat mencapai hasil belajar yang lebih baik. Bagi mereka yang terpaksa harus meninggalkan lingkungan orang tuanya untuk belajar di kota hal tersebut merupakan hambatan yang benar.
4. Fungsi Pengayaan
Fungsi pengayaan dimaksudkan bahwa pengajaran remedial dapat memperkaya proses belajar mengajar. Karena materi yang tidak disampaikan dalam pengajaran yang biasa (reguler) akan ditambahkan melalui remidi. Selain itu juga dalam bidang metode guru akan menggunakan metode lain bahkan buku maupun alat pelajaran lain sehingga akan memperjelas konsep yang diberikan.d engan cara tersebut maka hasil yang akan dicapai lebih banyak dari yang diberikan secara reguler. Pelajaran yang diperoleh akan lebih banyak. Dengan demikian akan memperkaya pengalaman.

5. Fungsi Akselerasi
Dengan pengajaran remidi, siswa yang lambat belajar akan dipercepat proses belajarnya. Dengan demikian siswa tersebut memperoleh manfaat dengan percepatan waktu yang dipergunakan dalam belajar. Kalau tidak maka dia akan tertinggal, bahkan mungkin akan tinggal kelas.
6. Fungsi Terapeutik
Baik secara langsung atau tidak langsung pengajaran remidi dapat menyembuhkan atau mengobati kondisi-kondisi kepribadian siswa yang sedikit banyaknya dapat mengalami penyimpangan-penyimpangan (abnormalitas). Perbaikan terhadap kondisi yang demikian akan dapat mempertinggi prestasi belajar. Bahkan dapat mengembalikan kepada kepercayaan pada diri sendiri. Jika tidak akan membohongi diri sendiri dengan menyontak atau bertanya kepada teman duduknya pada waktu mengerjakan ulangan atau tugas pekerjaan rumah misalnya, sikap tersebut merupakan sikap positif terhadap pembentukan pribadinya. Dengan demikian fungsi terapi dapat dicapai.
LANGKAH MENGIDENTIFIKASI SISWA
Program remedial akan berhasil dengan baik jika didahului oleh upaya guru mengidenfikasi kesulitan belajar siswa dengan baik.
1.   Menandai murid dalam satu kelas atau satu kelompok yang diduga mengalami kesulitan belajar, baik secara umum maupun khusus dalam mata pelajaran tertentu.
2.  Cara menentuksn ialah membandingkan siswa dalam kelompoknya (PAN) atau dengan kriteria tingkat keberhasilan yang telah ditetapkan untuk suatu mata pelajaran atau untuk bahan tertentu.
3.  Berbagai teknik dapat ditempuh, antara lain :
·       Meneliti nilai ulangan yang terdapat dalam buku laporan rapot), lalu dibandingkan dengan rata-rata kelasnya.
·       Menganalisis hasil ulangan yang telah dibuatnya dengan melihat tipe kesalahan yang telah dibuatnya.
·       Mengobservasi siswa dalam proses belajar di kelas.
·       Memeriksa buku catatan pribadi yang ada pada petugas BP, guru kelas, dsb.


Prosedur Diagnosis Kesulitan Belajar
Diganosis kesulitan belajar merupakan suatu prosedur dalam memecahkan kesulitan belajar. Sebagai prosedur maka diagnosis kesulitan belajar terdiri dari langkah-langkah yang tersusun secara sistematis. Menurut Rosss dan Stanley (Abin S.M., 2002 : 309), tahapan-tahapan diagnosis kesulitan belajar adalah jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.
a. Who are the pupils having trouble ? (Siapa siswa yang mengalami gangguan ?)
b. Where are the errors located ? (Di manakah kelemahan-kelemahan tersebut dapat dilokalisasikan ?)
c. Why are the errors occur ? (Mengapa kelemahan-kelemahan itu terjadi ?)
d. What are remedies are suggested? (Penyembuhan apa saja yang disarankan?)
e. How can errors be prevented ? (Bagaimana kelemahan-kelemahan itu dapat dicegah ?)
Pendapat Roos dan Stanley tersebut dapat dioperasionalisasikan dalam memecahkan masalah atau kesulitan belajar mahasiswa dengan tahapan kegiatan sebagai berikut.
a. Mengidentifikasi mahasiswa yang diduga mengalami kesulitan belajar
1) Menganalisis prestasi belajar
Dari segi prestasi belajar, individu dapat dinyatakan mengalami kesulitan bila : pertama, indeks prestasi (IP) yang bersangkutan lebih rendah dibanding IP rata-rata klasnya; kedua, prestasi yang dicapai sekarang lebih rendah dari sebelumnya; dan ketiga, prestasi yang dicapai berada di bawah kemampuan sebenarnya.
2) Menganalisis periaku yang berhubungan dengan proses belajar.
Analisis perilaku terhadap mahasiswa yang diduga mengalami kesulitan belajar dilakukan dengan : pertama, membandingkan perilaku yang bersangkutan dengan perilaku mahasiswa lainnya yang berasal dari tingkat atau kelas yang sama; kedua, membandingkan perilaku yang bersangkutan dengan perilaku yang diharapkan oleh lembaga pendidikan.
3) Menganalisis hubungan sosial
Intensitas interaksi sosial individu dengan kelompoknya dapat diketahui dengan sosiometri. Dengan sosiometri dapat diketahui individu-individu yang terisolasi dari kelompoknya. Gejala tersebut merupakan salah satu indikator kesulitan belajar.
b. Melokalisasi letak kesulitan belajar
Setelah mahasiswa-mahasiswa yang mengalami kesulitan belajar diidentifikasi, langkah berikutnya adalah menelaah :
1) pada mata kuliah apa yang bersangkutan mengalami kesulitan;
2) pada aspek tujuan pembelajaran yang mana kesulitan terjadi;
3) pada bagian (ruang lingkup) materi yang mana kesulitan terjadi;
4) pada segi-segi proses pembelajaran yang mana kesulitan terjadi.
c. Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab kesulitan belajar
Pada tahap ini semua faktor yang diduga sebagai penyebab kesulitan belajar diusahakan untuk dapat diungkap. Tahap ini oleh para ahli dipandang sebagai tahap yang paling sulit, mengingat penyebab kesulitan belajar itu sangat kompleks, sehingga hal tidak dapat dipahami secara sempurna, meskipun oleh seorang ahli sekalipun (Koestoer dan A. Hadisuparto, 1998 : 21).
Teknik pengungkapan faktor penyebab kesulita belajar dapat dilakukan dengan : 1) observasi; 2) wawancara; 3) kuesioner; 4) skala sikap, 5) tes; dan 6) pemeriksaan secara medis.
d. Memperkirakan alternatif pertolongan
1) Apakah mahasiswa yang mengalami kesulitan belajar tersebut masih mungkin untuk ditolong ?
2) Teknik apa yang tepat untuk pertolongan tersebut ?
3) Kapan dan di mana proses pemberian bantuan tersebut dilaksanakan ?
4) Siapa saja yang terlibat dalam proses pemberian bantuan tersebut ?
5) Berapa lama waktu yang diperlukan untuk kegiatan tersebut ?
e. Menetapkan kemungkinan teknik mengatasi kesulitan belajar
Tahap ini merupakan kegiatan penyusunan rencana yang meliputi : pertama, teknik-teknik yang dipilih untuk mengatasi kesulitan belajar dan kedua, teknik-teknik yang dipilih untuk mencegah agar kesulitan belajar tidak terjadi lagi.
f. Pelaksanaan pemberian pertolongan
Tahap keenam ini merupakan tahap terakhir dari diagnosis kesulitan belajar mahasiswa. Pada tahap apa saja yang telah ditetapkan pada tahap kelima dilaksanakan.