Nama : Linda Tri Antika
NIM/ Kelas : 130341816943 / A
Resume untuk Hari, Tanggal : Kamis, 14 November 2013
MATERI
I
STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)
1. Pengertian STAD
Pembelajaran
model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang
diterapkan untuk menghadapi kemampuan siswa yang heterogen. Dimana model ini
dipandang sebagai metode yang paling sederhana dan langsung dari pendekatan
pembelajaran kooperatif. Metode ini paling awal ditemukan dan dikembangkan oleh
para peneliti pendidikan di John Hopkins Universitas Amerika Serikat dengan
menyediakan suatu bentuk belajar kooperatif. Di dalamnya siswa diberi
kesempatan untuk melakukan kolaborasi dan elaborasi dengan teman sebaya dalam
bentuk diskusi kelompok untuk memecahkan suatu permasalahan” (Arindawati, 2004:
83 - 84).
Dalam
model pembelajaran ini, masing-masing kelompok beranggotakan 4–5 orang yang dibentuk
dari anggota yang heterogen terdiri dari laki-laki dan perempuan yang berasal
dari berbagai suku, yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jadi,
model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah salah satu model pembelajaran
yang berguna untuk menumbuhkan kemampuan kerjasama, kreatif, berpikir kritis
dan ada kemampuan untuk membantu teman serta merupakan pembelajaran kooperatif
yang sangat sederhana.
2. Komponen Utama STAD
Pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari
lima komponen utama, yaitu : pengajaran kelas, belajar time tes atau kuis, skor
peningkatan individu dan pengakuan kelompok (Slavin, 2005).
a. Pengajaran
Pengajaran yang diberikan di depan kelas adalah
secara klasikal dengan menggunakan pendekatan
kontekstual.
b. Belajar dalam Tim
Dalam metode STAD siswa dibagi dalam kelompok
secara heterogen sebanyak 4-5 orang. Ini berarti untuk saling menyakinkan bahwa
semua anggota kelompok dapat bekerjasama dalam belajar untuk mencapai tujuan
akademik yang diharapkan.
c. Tes
Setelah siswa menerima pengajaran dari guru dan
bekerjasama dalam kelompoknya, selanjutnya siswa diberikan tes perseorangan.
Dalam hal ini masing-masing siswa berusaha dan bertanggungjawab secara individu
untuk melakukan yang terbaik sebagai kesuksesan kelompoknya.
d. Skor Peningkatan Individu
Peningkatan skor individu dapat berupa skor awal
dan skor tes individu. Skor awal dapat berupa nilai pretes yang dibentuk pada
saat sebelum pelaksanaan pengajaran diberikan. Setelah pemberian tes atau kuis
skor tersebut juga akan menjadi skor awal dan selanjutnya bagi perhitungan
individu. Skor peningkatan individu merupakan suatu kesepakatan antara guru dan
siswa sebelumnya. Skor kelompok merupakan jumlah dari masing-masing anggota
kelompok, sehingga setiap siswa bertanggungjawab terhadap skor anggota kelompoknya.
Dari skor kelompok inilah dapat ditentukan kelompok-kelompok yang memperoleh
nilai terbaik dan berhak atas hadiah atau penghargaan yang dijanjikan.
e. Penghargaan Kelompok
Nilai kelompok dihitung berdasarkan jumlah total
nilai perkembangan semua anggota kelompok yang ada. Berdasarkan nilai perkembangan
yang diperoleh terdapat 3 tingkat penghargaan yang diberikan untuk penghargaan
kelompok yaitu:
1) Kelompok dengan skor rata-rata 15-19sebagai
kelompok baik.
2) Kelompok yang memperoleh skor rata-rata 20-24
sebagai kelompok hebat.
3) Kelompok yang memperoleh skor rata-rata 25-30
sebagai kelompok super.
3. Langkah-langkah Proses Pembelajaran Model Kooperatif Tipe STAD
No.
|
Tahap
|
Peran Guru
|
Pendahuluan
|
1) Guru memberikan informasi kepada siswa tentang materi yang akan mereka
pelajari, tujuan pembelajaran dan pemberian motivasi agar siswa
tertarik pada materi.
2) Guru membentuk siswa kedalam kelompok yang sudah direncanakan.
3) Mensosialiasakan kepada siswa tentang modell pembelajaran yang
digunakan dengan tujuan agar siswa mengenal dan memahamimya.
4) Guru memberikan apersepsi yang berkaitan dengan materi yang akan
dipelajari.
|
|
Pengembangan
|
1) Guru mendemonstrasikan konsep atau keterampilan
secara aktif dengan menggunakan alat bantu atau manipulatif lain.
2) Guru membagikan lembar kerja siswa (LKS) sebagai bahan diskusi kepada
masing-masing kelompok.
3) Siswa diberikan kesempatan untuk mendiskusikan LKS bersama
kelompoknya.
4) Guru memantau kerja dari tiap kelompok dan membimbing siswa yang
mengalami kesulitan.
|
|
Penerapan
|
1) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan soal-soal
yang ada dalam LKS dengan waktu yang ditentukan, siswa diharapkan bekerja
secara individu tetapi tidak menutup kemungkinan mereka saling bertukar
pikiran dengan anggota yang lainnya.
2) Setelah siswa selesai mengerjakan soal lembar jawaban, kemudian
dikumpulkan untuk dinilai.
|
4. Kelebihan dan Kekurangan STAD
Keuntungan
dan kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Roestiyah (2001:
17), yaitu :
a) Kelebihan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
§ Dapat
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya dan
membahas suatu masalah.
§ Dapat
memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan
mengenai suatu masalah.
§ Dapat
mengembangkan bakat kepemimpinan dan
mengajarkan keterampilan berdiskusi.
§ Dapat
memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai individu dan
kebutuhan belajarnya.
§ Para siswa
lebih aktif bergabung dalam pelajaran mereka dan mereka lebih aktif dalam
diskusi.
§ Dapat
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa menghargai, menghormati
pribadi temannya, dan menghargai pendapat orang lain.
b) Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
Kerja
kelompok hanya melibatkan mereka yang mampu memimpin dan mengarahkan mereka
yang kurang pandai dan kadang-kadang menuntut tempat yang berbeda dan gaya-gaya
mengajar berbeda.
MATERI
II
JIGSAW
1. Pengertian Jigsaw
Strategi pembelajaran kooperatif Jigsaw dikembangkan
oleh Elliot Aronson dan teman-temannya di Universitas Texas dan kemudian
diadaptasi oleh Slavin dan teman-temannya di Universitas Hopkins (Nurhadi, dkk,
2004). Strategi ini bertujuan melatih keterampilan sosial siswa yaitu
keterampilan untuk bekerja sama dalam kelompok, diantaranya adalah belajar
saling memberi giliran kepada teman, saling memberikan teman untuk berbicara,
belajar mendengarkan, belajar membantu sesama teman, menjelaskan atau meminta
penjelasan, mengecek pemahaman satu sama lain (Susanto, 1999). Pada strategi
ini, guru memperhatikan skema atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu
siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna.
Selain itu, siswa bekerja sama dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong
dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan
keterampilan berkomunikasi.
Strategi Jigsaw adalah salah satu strategi
pembelajaran yang merupakan bagian dari metode kooperatif. Menurut Stepen,
Sikes, and Snapp (1978 ) yang dikutip Rusman (2008), langkah-langkah kooperatif
strategi Jigsaw sebagai berikut.
1. Siswa dikelompokan sebanyak 1 sampai dengan 5 orang sisiwa.
2. Tiap orang dalam team diberi bagian materi berbeda
3. Tiap orang dalam team diberi bagian materi yang ditugaskan
4. Anggota dari team yang berbeda yang telah mempelajari bagian sub
bagian yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk
mendiskusiksn sub bab mereka.
5. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali kedalam
kelompok asli dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang subbab yang
mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan seksama,
6. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi
7. Guru memberi evaluasi
8. Penutup
Pembelajaran kooperatif strategi Jigsaw ini
didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab terhadap pembelajaran sendiri
dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang
diberikan tetapi juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut
pada anggota kelompoknya. Dengan demikian, siswa saling tergantung dan memiliki
rasa tanggung jawab 42 antara siswa yang
satu dengan siswa yang lainnya dan harus bekerja sama secara koperatif untuk
mempelajari materi yang ditugaskan.
Dalam penerapan strategi Jigsaw, siswa dibagi
menjadi beberapa ke-lompok dengan jumlah anggota lima atau enam siswa secara
heterogen. Materi pem-belajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks dan
setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk mempelajari bagian tertentu
yang diberikan. Kemudian berkumpul dan berdiskusi dengan anggota dari kelompok
lain yang mendapat tugas topik yang sama. Kelompok ini disebut kelompok ahli.
Selanjutnya tim ahli kembali ke kelompok asal dan menyampaikan apa yang telah
dipelajari dan didiskusikan kelompok ahlinya.
2. Sintaks Pembelajaran Strategi Jigsaw
Adapun sintaks dalam strategi pembelajaran Jigsaw menurut
Aronson adalah sebagai berikut.
1. Guru membagi bahan pelajaran yang akan diberikan menjadi empat
bagian;
2. Sebelum bahan pelajaran diberikan, guru memberikan pengenalan
mengenai topik yang akan dibahas dalam bahan pelajaran saat itu;
3. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, satu kelompok terdiri dari
empat orang;
4. Bagian pertama, bahan diberikan kepada siswa yang pertama, sedangkan
siswa kedua menerima bagian yang kedua dan seterusnya;
5. Siswa mengerjakan bagian mereka masing-masing;
6. Setelah selesai, siswa saling berbagi mengenai bagian yang dikerjakan
masing-masing,
7. Kegiatan diakhiri dengan diskusi mengenai topik dalam bahan pelajaran
hari itu.
43
Menurut Slavin (2005), strategi Jigsaw memiliki
jadwal kegiatan berupa:
1. Membaca : Para siswa menerima topik ahli dan membaca materi yang
diminta untuk menemukan informasi;
2. Diskusi kelompok ahli: Para siswa dengan keahlian yang sama bertemu
untuk mendiskusikannya dalam kelompok-kelompok ahli;
3. Laporan tim : Para ahli kembali lagi ke dalam kelompok mereka
masing-masing untuk mengajari topik-topik mereka pada teman satu timnya;
4. Tes : para siswa mengerjakan kuis-kuis individual yang mencakup semua
topik;
5. Rekognisi tim : Nilai tim di hitung.
Proses monitoring dan evaluasi dapat dilakukan pada
setiap tahapan sintaks pembelajaran strategi Jigsaw. Pada kegiatan awal
ketika siswa mempelajari secara individu subtopik yang menjadi tugasnya, siswa
dapat merancang materi apasaja yang perlu untuk didiskusikan dengan teman
kelompok ahli. Pada kegiatan diskusi kelompok ahli siswa dapat merancang
konsep-konsep yang perlu diinformasikan kepada kelompok asalnya. Pada kegiatan
menyampaikan konsep kepada kelompok asal, siswa dapat memonitor sejauh mana
dirinya mampu me-nyampaikan konsep materi.
3. Tujuan Strategi Jigsaw
Tujuan strategi Jigsaw adalah (1) menyajikan
metode alternatif selain ceramah dan membaca; (2) mengkreasikan ketergantungan
positif dalam me-nyampaikan dan memberi informasi di antara anggota kelompok
untuk men-dorong kedewasaan berpikir; (3) menyediakan kesempatan berlatih
berbicara dan mendengarkan untuk melatih kognitif siswa dalam menerima dan
menyampaikan informasi.
Menurut Ibrahim dkk (2000), beberapa keuntungan
menggunakan pem-belajaran kooperatif Jigsaw yaitu (1) dapat memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan siswa lain, (2) siswa dapat
menguasai pelajaran yang disampaikan, (3) setiap anggota siswa berhak menjadi
ahli dalam kelompoknya, (4) dalam proses belajar mengajar siswa saling
ketergantungan positif, (5) setiap siswa dapat saling mengisi satu sama lain.
Hal ini menyebabkan anggota kelompok menghargai kontribusi dari setiap anggota
kelompok.
Selama proses penerapan strategi Jigsaw, siswa
diupayakan agar dapat berperan aktif dan berinteraksi dengan baik terutama
dalam berdiskusi. Dengan berdiskusi, siswa dapat menemukan berbagai macam
pendapat serta berbagai sudut pandang. Selain itu, diskusi pun dapat membuat
siswa berpartisipasi sangat dominan sehingga untuk menghindari dominasi dari
seseorang dalam berbicara. Proses memfungsikan keterampilan berkomunikasi dan
berargumen tidak terlepas dari prinsip-prinsip yang terdapat dalam komponen
keterampilan metakognitif yaitu merencanakan, manajemen informasi, memantau,
merevisi dan mengevaluasi.