Kamis, 07 November 2013

STRATEGI PEMBELAJARAN STAD DAN JIGSAW



Nama                                                  : Linda Tri Antika
NIM/ Kelas                                         : 130341816943 / A
Resume untuk Hari, Tanggal       : Kamis, 14 November 2013

MATERI I
STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

1. Pengertian STAD
Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang diterapkan untuk menghadapi kemampuan siswa yang heterogen. Dimana model ini dipandang sebagai metode yang paling sederhana dan langsung dari pendekatan pembelajaran kooperatif. Metode ini paling awal ditemukan dan dikembangkan oleh para peneliti pendidikan di John Hopkins Universitas Amerika Serikat dengan menyediakan suatu bentuk belajar kooperatif. Di dalamnya siswa diberi kesempatan untuk melakukan kolaborasi dan elaborasi dengan teman sebaya dalam bentuk diskusi kelompok untuk memecahkan suatu permasalahan” (Arindawati, 2004: 83 - 84).
Dalam model pembelajaran ini, masing-masing kelompok beranggotakan 4–5 orang yang dibentuk dari anggota yang heterogen terdiri dari laki-laki dan perempuan yang berasal dari berbagai suku, yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jadi, model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah salah satu model pembelajaran yang berguna untuk menumbuhkan kemampuan kerjasama, kreatif, berpikir kritis dan ada kemampuan untuk membantu teman serta merupakan pembelajaran kooperatif yang sangat sederhana.

2. Komponen Utama STAD
Pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari lima komponen utama, yaitu : pengajaran kelas, belajar time tes atau kuis, skor peningkatan individu dan pengakuan kelompok (Slavin, 2005).
a. Pengajaran
Pengajaran yang diberikan di depan kelas adalah secara klasikal dengan menggunakan pendekatan kontekstual.
b. Belajar dalam Tim
Dalam metode STAD siswa dibagi dalam kelompok secara heterogen sebanyak 4-5 orang. Ini berarti untuk saling menyakinkan bahwa semua anggota kelompok dapat bekerjasama dalam belajar untuk mencapai tujuan akademik yang diharapkan.
c. Tes
Setelah siswa menerima pengajaran dari guru dan bekerjasama dalam kelompoknya, selanjutnya siswa diberikan tes perseorangan. Dalam hal ini masing-masing siswa berusaha dan bertanggungjawab secara individu untuk melakukan yang terbaik sebagai kesuksesan kelompoknya.
d. Skor Peningkatan Individu
Peningkatan skor individu dapat berupa skor awal dan skor tes individu. Skor awal dapat berupa nilai pretes yang dibentuk pada saat sebelum pelaksanaan pengajaran diberikan. Setelah pemberian tes atau kuis skor tersebut juga akan menjadi skor awal dan selanjutnya bagi perhitungan individu. Skor peningkatan individu merupakan suatu kesepakatan antara guru dan siswa sebelumnya. Skor kelompok merupakan jumlah dari masing-masing anggota kelompok, sehingga setiap siswa bertanggungjawab terhadap skor anggota kelompoknya. Dari skor kelompok inilah dapat ditentukan kelompok-kelompok yang memperoleh nilai terbaik dan berhak atas hadiah atau penghargaan yang dijanjikan.
e. Penghargaan Kelompok
Nilai kelompok dihitung berdasarkan jumlah total nilai perkembangan semua anggota kelompok yang ada. Berdasarkan nilai perkembangan yang diperoleh terdapat 3 tingkat penghargaan yang diberikan untuk penghargaan kelompok yaitu:
1) Kelompok dengan skor rata-rata 15-19sebagai kelompok baik.
2) Kelompok yang memperoleh skor rata-rata 20-24 sebagai kelompok hebat.
3) Kelompok yang memperoleh skor rata-rata 25-30 sebagai kelompok super.
 
3.  Langkah-langkah Proses Pembelajaran Model Kooperatif Tipe STAD
No.
Tahap
Peran Guru

Pendahuluan
1)       Guru memberikan informasi kepada siswa tentang materi yang akan mereka pelajari, tujuan pembelajaran dan  pemberian motivasi agar siswa tertarik pada materi.
2)       Guru membentuk siswa kedalam kelompok yang sudah direncanakan.
3)       Mensosialiasakan kepada siswa tentang modell pembelajaran yang digunakan dengan tujuan agar siswa mengenal dan memahamimya.
4)       Guru memberikan apersepsi yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari.


Pengembangan
1)       Guru mendemonstrasikan konsep atau keterampilan   secara  aktif dengan menggunakan alat bantu atau manipulatif lain.
2)       Guru membagikan lembar kerja siswa (LKS) sebagai bahan diskusi kepada masing-masing kelompok.
3)       Siswa diberikan kesempatan untuk mendiskusikan LKS bersama kelompoknya.
4)       Guru memantau kerja dari tiap kelompok dan membimbing siswa yang mengalami kesulitan.


Penerapan
1)       Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan soal-soal yang ada dalam LKS dengan waktu yang ditentukan, siswa diharapkan bekerja secara individu tetapi tidak menutup kemungkinan mereka saling bertukar pikiran dengan anggota yang lainnya.
2)       Setelah siswa selesai mengerjakan soal lembar jawaban, kemudian dikumpulkan untuk dinilai.


4. Kelebihan dan Kekurangan STAD
Keuntungan dan kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Roestiyah (2001: 17), yaitu :
a) Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
§  Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah.
§  Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai suatu masalah.
§  Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan berdiskusi.
§  Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai individu dan kebutuhan belajarnya.
§  Para siswa lebih aktif bergabung dalam pelajaran mereka dan mereka lebih aktif dalam diskusi.
§  Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa menghargai, menghormati pribadi temannya, dan menghargai pendapat orang lain.

b)  Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
Kerja kelompok hanya melibatkan mereka yang mampu memimpin dan mengarahkan mereka yang kurang pandai dan kadang-kadang menuntut tempat yang berbeda dan gaya-gaya mengajar berbeda.


MATERI II
JIGSAW
1.  Pengertian Jigsaw
Strategi pembelajaran kooperatif Jigsaw dikembangkan oleh Elliot Aronson dan teman-temannya di Universitas Texas dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-temannya di Universitas Hopkins (Nurhadi, dkk, 2004). Strategi ini bertujuan melatih keterampilan sosial siswa yaitu keterampilan untuk bekerja sama dalam kelompok, diantaranya adalah belajar saling memberi giliran kepada teman, saling memberikan teman untuk berbicara, belajar mendengarkan, belajar membantu sesama teman, menjelaskan atau meminta penjelasan, mengecek pemahaman satu sama lain (Susanto, 1999). Pada strategi ini, guru memperhatikan skema atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja sama dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
Strategi Jigsaw adalah salah satu strategi pembelajaran yang merupakan bagian dari metode kooperatif. Menurut Stepen, Sikes, and Snapp (1978 ) yang dikutip Rusman (2008), langkah-langkah kooperatif strategi Jigsaw sebagai berikut.
1. Siswa dikelompokan sebanyak 1 sampai dengan 5 orang sisiwa.
2. Tiap orang dalam team diberi bagian materi berbeda
3. Tiap orang dalam team diberi bagian materi yang ditugaskan
4. Anggota dari team yang berbeda yang telah mempelajari bagian sub bagian yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusiksn sub bab mereka.
5. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali kedalam kelompok asli dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang subbab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan seksama,
6. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi
7. Guru memberi evaluasi
8. Penutup
Pembelajaran kooperatif strategi Jigsaw ini didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab terhadap pembelajaran sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan tetapi juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya. Dengan demikian, siswa saling tergantung dan memiliki rasa tanggung jawab 42  antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya dan harus bekerja sama secara koperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan.
Dalam penerapan strategi Jigsaw, siswa dibagi menjadi beberapa ke-lompok dengan jumlah anggota lima atau enam siswa secara heterogen. Materi pem-belajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks dan setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk mempelajari bagian tertentu yang diberikan. Kemudian berkumpul dan berdiskusi dengan anggota dari kelompok lain yang mendapat tugas topik yang sama. Kelompok ini disebut kelompok ahli. Selanjutnya tim ahli kembali ke kelompok asal dan menyampaikan apa yang telah dipelajari dan didiskusikan kelompok ahlinya.

2. Sintaks Pembelajaran Strategi Jigsaw
Adapun sintaks dalam strategi pembelajaran Jigsaw menurut Aronson adalah sebagai berikut.
1. Guru membagi bahan pelajaran yang akan diberikan menjadi empat bagian;
2. Sebelum bahan pelajaran diberikan, guru memberikan pengenalan mengenai topik yang akan dibahas dalam bahan pelajaran saat itu;
3. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, satu kelompok terdiri dari empat orang;
4. Bagian pertama, bahan diberikan kepada siswa yang pertama, sedangkan siswa kedua menerima bagian yang kedua dan seterusnya;
5. Siswa mengerjakan bagian mereka masing-masing;
6. Setelah selesai, siswa saling berbagi mengenai bagian yang dikerjakan masing-masing,
7. Kegiatan diakhiri dengan diskusi mengenai topik dalam bahan pelajaran hari itu.
43
Menurut Slavin (2005), strategi Jigsaw memiliki jadwal kegiatan berupa:
1. Membaca : Para siswa menerima topik ahli dan membaca materi yang diminta untuk menemukan informasi;
2. Diskusi kelompok ahli: Para siswa dengan keahlian yang sama bertemu untuk mendiskusikannya dalam kelompok-kelompok ahli;
3. Laporan tim : Para ahli kembali lagi ke dalam kelompok mereka masing-masing untuk mengajari topik-topik mereka pada teman satu timnya;
4. Tes : para siswa mengerjakan kuis-kuis individual yang mencakup semua topik;
5. Rekognisi tim : Nilai tim di hitung.
Proses monitoring dan evaluasi dapat dilakukan pada setiap tahapan sintaks pembelajaran strategi Jigsaw. Pada kegiatan awal ketika siswa mempelajari secara individu subtopik yang menjadi tugasnya, siswa dapat merancang materi apasaja yang perlu untuk didiskusikan dengan teman kelompok ahli. Pada kegiatan diskusi kelompok ahli siswa dapat merancang konsep-konsep yang perlu diinformasikan kepada kelompok asalnya. Pada kegiatan menyampaikan konsep kepada kelompok asal, siswa dapat memonitor sejauh mana dirinya mampu me-nyampaikan konsep materi.

3.  Tujuan Strategi Jigsaw
Tujuan strategi Jigsaw adalah (1) menyajikan metode alternatif selain ceramah dan membaca; (2) mengkreasikan ketergantungan positif dalam me-nyampaikan dan memberi informasi di antara anggota kelompok untuk men-dorong kedewasaan berpikir; (3) menyediakan kesempatan berlatih berbicara dan mendengarkan untuk melatih kognitif siswa dalam menerima dan menyampaikan informasi.
Menurut Ibrahim dkk (2000), beberapa keuntungan menggunakan pem-belajaran kooperatif Jigsaw yaitu (1) dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan siswa lain, (2) siswa dapat menguasai pelajaran yang disampaikan, (3) setiap anggota siswa berhak menjadi ahli dalam kelompoknya, (4) dalam proses belajar mengajar siswa saling ketergantungan positif, (5) setiap siswa dapat saling mengisi satu sama lain. Hal ini menyebabkan anggota kelompok menghargai kontribusi dari setiap anggota kelompok.
Selama proses penerapan strategi Jigsaw, siswa diupayakan agar dapat berperan aktif dan berinteraksi dengan baik terutama dalam berdiskusi. Dengan berdiskusi, siswa dapat menemukan berbagai macam pendapat serta berbagai sudut pandang. Selain itu, diskusi pun dapat membuat siswa berpartisipasi sangat dominan sehingga untuk menghindari dominasi dari seseorang dalam berbicara. Proses memfungsikan keterampilan berkomunikasi dan berargumen tidak terlepas dari prinsip-prinsip yang terdapat dalam komponen keterampilan metakognitif yaitu merencanakan, manajemen informasi, memantau, merevisi dan mengevaluasi.