JURNAL BELAJAR
Nama :
Linda Tri Antika
NIM :
209341417443
Kelas :
AA
Matakuliah :
Belajar dan Pembelajaran
Dosen :
Dr. Hj. Sri Endah Indriwati, M.Pd
Jam/ Ruang : 03
– 04 dan 07 – 08 SPA 307
Hari, Tanggal : Senin-Selasa 28 - 29 Nopember 2011
Jurnal ke- :
15
Konsep : -
Kompleksitas dalam Belajar dan Pembelajaran
-
Peran Guru dalam Belajar dan Pembelajaran
1.
EKSPLORASI KONSEP YANG DIPELAJARI DAN INFORMASI/ KONSEP
YANG DITERIMA DARI DOSEN/ HASIL PRESENTASI
a)
Senin, 28 November 2011
v Kompleksitas dalam Belajar dan Pembelajaran
Hari
ini, Pak Supratman menjelaskan tentang Kompleksitas dalam belajar dan
pembelajaran. Dalam hal ini, beliau menggunakan metode ceramah-diskusi, yang
diawali dengan presentasi PPT beliau. Hal-hal yang disampaikan antara lain
adalah:
ü Belajar
dan Pembelajaran adalah proses yang Komplek karena dipengaruhi Oleh berbagai
faktor. Antara Lain: Faktor Budaya, Sejarah, Hambatan Praktis, Karakteristik
guru sebagai Guru, Karakteristik Siswa dan sifat alamia proses belajar dan
pembelajaran.
ü Pengaruh
Sejarah
· Pendidikan
adalah hasil dari suatu perkembagan sejarah. Perkembangan ini biasanya berasal
dari suatu “setting” budaya sehingga mengandung bias budaya.
· Sejarah
pendidikan di Indonesia juga dipengaruhi oleh refroduksi budaya. Sejarah pendidikan
Di Indonesia dipengaruhi oleh sejarah panjang kehidupan bangsa Indonesia itu
sendiri. Ketika kedatangan Kerajaan Hindu dan Budha. Inti pendidikan yang
diberikan kepada masyarakat Adalah pendidikan tentang ajaran kedua agama yang disertai dengan literasi atau baca
tulis.
· Kemudian
hubungan dengan dagang dengan bangsa yang beragama islam diantaranya bangsa
Gujarat telah menghadirkan agama islam di Nusantara bersama aspek-aspek
pendidikannya.
ü Terdapat
banyak hambatan praktis yang ditemui dalam proses belajar pembelajaran , yaitu:
guru dibatasi oleh waktu, sumber dan fasilitas. Guru juga dibatasi oleh
undang-undang dan aturan yang harus di indahkan. Tidak jarang guru dibatasi
idealismenya dalam belajarDan pembelajaran oleh kekuatan birokrasi dan
managemen.
ü Karakteristik
Guru. Banyak hal yang mempengaruhi guru sehingga memiliki keperibadian tertentu
yang unik .Lingkup budaya dimana guru berkembang, masyarakat, dimana guru
hidup, pengaruh keluarga, pengaruh agama yang dianut.
ü Disadari
atau tidak disadari, salah satu kegiatan pra belajar dan pembelajaran adalah
mengidentifikasi karakteristik awal siswa. Karakteristik awal siswa meliputi
berbagai aspek Bahasa latar belakang akademik, usia dan tingkat kedewasaan,
latar belakang budaya, tigkat Pengetahuan, serta keterampilan yang mungkin
merupakan syarat awal atau “prerequiset”Bagi pelajaran yang akan disajikan.
ü Proses
Belajar. Aspek ini berkaitan dengan proses kognitif aktual yang harus dilalui
oleh siswa dalam rangka Mencapai keberhasilan belajar. Ini berlangsung melalui
proses penyerapan gagasan dan keterangan Baru melalui kegiatan belajar dan
pembelajaran berupa pengingatan waktu yang singkat (shortTime memori”) kemudian
menyimpan informasi agar kelak diterima kembali.
ü Ada
empat pertanyaan mendasar yang harus diajukan kepada guru dan dijawab oleh guru
sendiri: 1. Apa yang akan diajarkan?, 2) Siapa yang akan belajar?, 3) Bagaimana
mereka Belajar 4) Bagaimana saya harus menyelenggarkan pembelajaran?
Setelah itu, pak Supratman memberikan
kami soal, dan hasilnya dikumpulkan secara individu, yaitu:
Soal Tes
Pemahaman
1)
Jelaskan menurut bahasa saudara jika anda pada
posisi sebagai guru bagaimana menyikapi karakteristik siswa dan karakteristik
guru yang beranekaragam?
2)
Menurut pendapat saudara jelaskanlah hubungan
budaya dengan sejarah dalam kompleksitas sebuah pembelajaran?
3)
Jelaskan hambatan praktis yang sering dihadapi
oleh guru dalam belajar?
b)
Selasa, 29
November 2011
v Peranan Guru dalam Belajar dan Pembelajaran
Hari ini, yang mengajar kami adalah Ibu Ida
tentang Peran Guru dalam Belajar dan Pembelajaran. Jam 1 siang adalah jam yang
memberatkan mata, alias ngantuk. Hhehehe..Tapi saya harus tetap semangat demi
mendapatkan ilmu. Hal penting yang Bu Ida sampaikan antara lain:
ü
Dalam UU No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen
ditegaskan bahwa untuk mampu melaksanakan tugas profesinya dengan baik, seorang
guru harus memiliki 4 kompetensi inti yaitu:
·
Kompetensi paedagogik
·
Kompetensi Kepribadian
·
Kompetensi Sosial
·
Kompetensi Profesional
ü
Kompetensi paedagogik ( Mulyasa, 2007) adalah kemampuan
guru dalam pengelolaan pembelajaran siswa sekurang-kurangnya meliputi:
·
Pemahaman wawasan atau landasan pendidikan
·
Pemahaman terhadap siswa
·
Pengembangan kurikulum
·
Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik atau dialogis
·
Pemanfaatan teknologi pembelajaran
·
Evaluasi hasil belajar
·
Pengembangan siswa untuk mengaktualisasi berbagai potensi
yang dimilikinya.
ü
Kompetensi kepribadian yang harus dimiliki oleh guru adalah arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik,
dan berakhlak mulia. Kepribadian guru ini
sangat penting mengingat dalam masyarakat indonesia dianut budaya yang
menempatkan guru sebagai tokoh sentral dalam kehidupan masyarakat. Mulyasa (2007) “ Pribadi guru memiliki andil yang sangat
besar terhadap keberhasilan pendidikan karena sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan
kepribadian peserta didik”.
ü
Kompetensi sosial yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah kemampuan
sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif
dengan siswa, sesama pendidik, dan masyarakat sekitar. Mulyasa, 2007,
kompetensi sosial sekurangnya meliputi :
·
Berkomunikasi secara lisan, tulisan, dan isyarat.
·
Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara
fungsional.
·
Bergaul secara efektif dengan siswa, sesama pendidik, dan
·
Bergaul secara santun dengan masyarak sekitar
ü
Kompetensi profesional: kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam
yang memungkinkan membimbing siswa memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan
dalam standar nasional pendidikan. Ruang lingkup meliputi :
·
Landasan2 pendidikan meliputi filosofis, psikologis,
fisiologis, ideologis, metodologis, dan sosiologis yang diperlukan untuk
memahami pribadi siswa guna memberikan layanan pendidikan terbaik kepadanya.
·
Teori dan aplikasi praktis dari materi ajar sesuai dengan
tuntutan perkembangan IPTEK.
·
Teori dan aplikasi praktis manajemen dan teknologi
pendidikan modern dan relevan yang diperlukan untuk menciptakan kegiatan
belajar dan pembelajaran yang kondusif.
ü
Peran Guru dalam Belajar dan Pembelajaran:
·
Merencanakan kegiatan belajar dan pembelajaran, contoh
penyusunan RPP.
·
Menyiapkan kegiatan belajar dan pembelajaran
·
Menyenggarakan kegiatan belajar dan pembelajaran
·
Mengevaluasi hasil belajar dan pembelajaran
2.
HASIL EKSPLORASI
a)
Kompleksitas dalam Belajar dan Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam konteks pendidikan, guru
mengajar agar peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga
mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat
mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek
psikomotor) seorang peserta didik, namun proses pengajaran ini memberi kesan
hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan pengajar saja. Sedangkan
pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik.
Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi pelajar dan
kreativitas pengajar. Pembelajar yang memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan
pengajar yang mampu memfasilitasi motivasi tersebut akan membawa pada
keberhasilan pencapaian target belajar. Target belajar dapat diukur melalui
perubahan sikap dan kemampuan siswa melalui proses belajar. Desain pembelajaran
yang baik, ditunjang fasilitas yang memandai, ditambah dengan kreativitas guru
akan membuat peserta didik lebih mudah mencapai target belajar. Namun tidak
semua kegiatan pembelajaran berjalan dengan lancer sesuai dengan yang
dikehendakai. Pasti banyak masalah dengan segala macam kekompleksitasannya yang
akan kita temukan.
A. Masalah
pada Kelas Konvensional
Salah satu masalah pembelajaran pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah adalah masih adanya pola pembelajaran teoritis dan
kurang bervariasi. Selain itu, kegiatan pembelajaran di kelas sering textbook
oriented dan kurang mengaitkan dengan lingkungan dan
situasi dimana siswa berada. Berdasarkan hasil observasi, dalam proses
pembelajaran banyak guru-guru masih sering menggunakan model
ceramah dan pernah menggunakan diskusi sederhana yang kurang
bervariasi, sehingga siswa sering merasa bosan dan jenuh
pada akhirnya hasil belajarnya pun kurang maksimal.
Namun karena perkembangan zaman, maka metode konvensional dengan
ceramah dan Tanya jawab sudah tidak relevan digunakan.
B.
Masalah pada Persiapan Pelajaran
Mula-mula, masalah apa yang terjadi selama persiapan
pelajaran? Untuk menemukan masalah tersebut, kita akan meninjau Rencana
Pembelajarannya secara seksama. Diantara masalah-masalah yang ada, kita akan membahas
masalah yang paling utama, yang dapat mempengaruhi kualitas pelajaran. Masalah
tersebut, yaitu: (1) Tidak ada hubungan antara kompetensi dasar dan tujuan
pembelajaran, (2) Tidak ada penjabaran yang jelas tentang kegiatan
pembelajaran, dan (3) Evaluasi (penilaian) yang bermasalah.
(1) Kompetensi Dasar dan Tujuan Pembelajaran Tidak
Berkaitan
Dalam sebuah Rencana Pembelajaran, biasanya ada dua
kompetensi yang harusnya dicapai siswa; Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar. Kompetensi menjadi kunci mengajarkan serangkaian pelajaran pada satu
topik. Tujuan pembelajaran yang disusun harus berkaitan langsung dengan
kompetensi tersebut. Namun, pada Rencana Pembelajaran tadi, nampaknya antara
kompetensi dan tujuan pembelajaran tidak saling berkaitan.
(2) Tidak Ada Penjabaran yang Jelas mengenai
Kegiatan Pembelajaran
Jika Rencana Pembelajaran tersebut dikembangkan dengan hanya
berfokus pada proses pengajaran saja (atau kita sebut sebagai tahapan
pengajaran), yaitu apa yang guru lakukan selama pelajaran berlangsung. Hal itu
dibuat tanpa pertimbangan yang cermat tentang apa yang harus dilakukan,
bagaimana melakukannya, kesulitan apa yang mungkin terjadi pada pembelajaran
siswa, dan dukungan macam apa yang diperlukan, dll. Di dalam kelas, jika
pertimbangan-pertimbangan tadi kurang dilakukan, dapat menimbulkan banyak
masalah, yaitu banyak siswa yang dengan cepat kehilangan minat mereka pada
pelajaran, sehingga, pada akhir pelajaran mereka tidak dapat memahami dengan
baik.
(3) Evaluasi (Penilaian) yang Bermasalah
Pada Rencana Pembelajaran, cara mengevaluasi tingkat
pemahaman siswa selalu dijabarkan sebagai ”Penilaian” (pemberian skor).
Informasi semacam ini penting bagi kita untuk meningkatkan proses pengajaran
dan pendekatan dalam pengajaran kita. Namun, penilaian yang digunakan pada
pelajaran tersebut tidak dapat memberikan informasi yang diperlukan untuk kita.
Sebaliknya, penilaian tersebut hanya memberikan informasi tentang siapa yang
memperoleh nilai terbaik dan siapa yang memperoleh nilai terendah. Sebenarnya,
informasi mengenai siapa yang memiliki kesulitan dalam memahami pelajaran harus
diperoleh selama kelas berlangsung melalui pengamatan secara cermat kepada
siswa secara individu, bukan melalui pemberian tes diakhir pelajaran. Guru
harus lebih memberikan perhatian terhadap siswa secara individu selama kelas
berlangsung untuk memahami situasi yang sebenarnya tentang pembelajaran mereka.
C.
Masalah dalam Peninjauan Pelajaran
(1) Evaluasi pelajaran tidak cukup
Kebanyakan dari kita cenderung memahami pelajaran sebagai
suatu “pekerjaan”, yang harus dilaksanakan dengan mengikuti petunjuk yang
diberikan (Rencana Pembelajaran). Dengan pendapat semacam ini, sebuah pelajaran
menjadi suatu proses pekerjaan sederhana dan hanya perlu untuk melaksanakannya
dengan tepat tanpa ada kesalahan. Sehingga, fokus kita selalu tentang apakah
guru mengikuti Rencana Pembelajaran dan mencakup seluruh materi untuk diajarkan
sesuai Rencana Pembelajaran. Jika guru mengikuti Rencana Pembelajaran dan telah
mencakup seluruh materi pengajaran, maka kita akan mengevaluasinya dengan
“Pelajaran hari ini berjalan dengan baik.” Sebaliknya, jika guru tidak dapat
mengikuti Rencana Pembelajaran dan tidak mencakup seluruh materi pengajaran
yang direncanakan maka kita akan mengevaluasinya dengan “Pelajaran hari ini
berjalan dengan baik pada beberapa poin, namun masih ada masalah yang terjadi.”
Dalam sudut pandang semacam ini mengenai pelajaran, maka kita tidak dapat
melihat realitas dari pelajaran dan menganalisisnya dengan mendalam.
(2) Analisis terhadap pembelajaran siswa tidak cukup
Sebagaimana yang telah kita ketahui, sangat penting untuk
menganalisis suatu pelajaran dari sudut pandang pembelajaran siswa. Dengan kata
lain, bagaimana siswa belajar dan apa yang telah mereka peroleh pada akhir
pelajaran merupakan hal-hal kunci untuk menganalisis dan mengevaluasi kualitas
pelajaran. Kebanyakan dari kita mengobservasi siswa selama kelas berlangsung, namun
hal itu hanyalah permukaan dari pelajaran dan aspek yang dapat terlihat,
bukanlah realitas dari pembelajaran siswa.
b)
Peranan Guru dalam Belajar dan Pembelajaran
Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian
perbuatan guru dan siswa atas hubungan timbal balik yang berlangsung dalam
situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu, di mana dalam proses tersebut
terkandung multi peran dari guru.
Peranan guru meliputi banyak hal, yaitu guru dapat berperan sebagai
pengajar, pemimpin kelas, pembimbing, pengatur lingkungan belajar, perencana
pembelajaran, supervisor, motivator, dan sebagai evaluator. Peranan guru
berkaitan dengan kompetensi guru, meliputi:
1.
Guru melakukan Diagnosa terhadap
Perilaku Awal Siswa
Pada dasarnya guru harus mampu membantu kesulitan-kesulitan yang dihadapi
siswanya dalam proses pembelajaran, untuk itu guru dituntut untuk mengenal
lebih dekat kepribadian siswanya. Proses asessing atau memperkirakan
keadaan siswa adalah langkah awal untuk mengetahui lebih lanjut kondisi siswa
untuk kemudian dievaluasi agar lebih kongkrit dan mendekati tepat untuk
memahami keadaan siswanya, diharapkan jika guru telah mengetahui betul kondisi
siswanya akan mempermudah memberikan meteri pelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan, minat, dan bakat siswa.
3.
Guru membuat Perencanaan
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Perencanaan pembelajaran adalah membuat persiapan pembelajaran.
Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa jika tidak mempunyai persiapan pembelajaran yang baik, maka peluang untuk tidak terarah terbuka lebar, bahkan mungkin cenderung untuk melakukan improvisasi sendiri tanpa acuan yang jelas. Mengacu pada hal tersebut, guru diharapkan dapat melakukan persiapan pembelajaran baik menyangkut materi pembelajaran maupun kondisi psikis dan psikologis yang kondusif bagi berlangsungnya proses pembelajaran.
Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa jika tidak mempunyai persiapan pembelajaran yang baik, maka peluang untuk tidak terarah terbuka lebar, bahkan mungkin cenderung untuk melakukan improvisasi sendiri tanpa acuan yang jelas. Mengacu pada hal tersebut, guru diharapkan dapat melakukan persiapan pembelajaran baik menyangkut materi pembelajaran maupun kondisi psikis dan psikologis yang kondusif bagi berlangsungnya proses pembelajaran.
4. Guru
Melaksanakan Proses Pembelajaran
Peran guru yang ketiga ini memegang peranan yang sangat penting, karena
di sinilah proses interaksi pembelajaran dilaksanakan. Karena itu ada beberapa
hal yang harus menjadi perhatian guru:
a.
Mengatur waktu berkenaan dengan
berlangsungnya proses pembelajaran yang meliputi pengaturan alokasi waktu
seperti pengantar + 10%, materi pokok + 80%, dan untuk penutup + 10%.
b.
Memberikan dorongan kepada siswa
agar tumbuh semangat untuk belajar, sehingga minat belajar tumbuh kondusif
dalam diri siswa.
c.
Melaksanakan diskusi dalam kelas.
Dalam sistem pendidikan yang demokratis, diskusi adalah wahana yang tepat untuk
menciptakan dan menumbuhkan siswa yang kreatif dan produktif serta terlatih
untuk berargumentasi secara sehat serta terbiasa menghadapi perbedaan. Small
group activities memiliki kelebihan untuk menggali potensi siswa, karena
siswa akan berperan aktif lebih besar dalam aktivitas pembelajarannya.
d.
Peran guru berikutnya adalah
mengamati siswanya dalam berbagai kegiatan baik yang bersifat formal di ruang
kelas maupun di dalam kegiatan ekstra kurikuler.
e.
Peran guru dalam kegiatan ini
mencakup informasi berupa pemberian ceramah dan juga informasi tertulis yang
dibutuhkan siswa dengan bahasa sederhana dan mudah dipahami siswa. Hanya saja
peran guru tidak terlalu dominan, sebab bisa dibayangkan kalau para siswa dari
waktu ke waktu hanya menjadi pendengar setia mungkin proses pendidikan tidak
akan menghasilkan lulusan yang optimal. Dalam konsep Norman Dodl ini jatah
waktu ceramah hanya sedikit saja.
f.
Peran jenis ini adalah guru
memberikan masalah untuk dicarikan solusi alternatifnya, sehingga siswa dapat
menggunakan daya pikir dan daya nalarnya secara maksimal. Baik dengan
menggunakan metode berpikir induktif ataupun deduktif.
g.
Melakukan pertanyaan dan
memberikan respon terhadap pertanyaan yang diajukan siswa. Langkah ini
menunjukkan proses yang sangat manusiawi dalam hal ini manusia selalu ingin
tahu terhadap suatu persoalan atau masalah.
h.
Menggunakan alat peraga, sebagai
alat bantu komunikasi pendidikan seperti OHP, proyektor, TV dan lainnya yang
dapat dirancang sendiri, mengingat alat seperti ini sangat membantu proses
belajar mengajar, dengan harapan siswa tidak terlalu jenuh.
5. Guru sebagai Pelaksana Administrasi Sekolah
Konsep Norman Dodl ini berkaitan dengan kewajiban guru untuk mampu
menjalankan administrasi sekolah dengan baik, sehingga administrasi sekolah
tidak melulu tertumpu pada kepala sekolah dan tata usaha. Peran guru di sini
dimaksudkan untuk lebih memahami siswa tidak hanya dari hasil tatap muka saja
akan tetapi menyangkut segala hal yang berkaitan dengan siswa.
Lebih jauh Usman (1999: 12) mengungkapkan peran guru sebagai administrator adalah sebagai berikut: (a) pengambil inisistif, pengarah dan penilai kegiatan-kegiatan pendidikan, (b) wakil masyarakat yang berati dalam lingkungan sekolah guru menjadi anggota suatu masyarakat, (c) orang yang ahli dalam suatu mata pelajaran, (d) penegak disiplin, (e) pelaksana administrasi pendidikan, (f) pemimpin generasi muda, karena ditangan gurulah nasib suatu generasi dimasa mendatang, dan (g) penyampai informasi kepada masyarakat tentang perkembangan kemajuan dunia.
Lebih jauh Usman (1999: 12) mengungkapkan peran guru sebagai administrator adalah sebagai berikut: (a) pengambil inisistif, pengarah dan penilai kegiatan-kegiatan pendidikan, (b) wakil masyarakat yang berati dalam lingkungan sekolah guru menjadi anggota suatu masyarakat, (c) orang yang ahli dalam suatu mata pelajaran, (d) penegak disiplin, (e) pelaksana administrasi pendidikan, (f) pemimpin generasi muda, karena ditangan gurulah nasib suatu generasi dimasa mendatang, dan (g) penyampai informasi kepada masyarakat tentang perkembangan kemajuan dunia.
6. Guru sebagai Komunikator
Peran guru dalam kegiatan ini menyangkut proses penyampaian informasi
baik kepada dirinya sendiri, kepada anak didik, kepada atasan, kepada orang tua
murid maupun kepada masyarakat pada umumnya. Komunikasi pada diri sendiri
menyangkut upaya introspeksi agar setiap langkah dan geraknya tidak mengalahi
kode etik guru baik sebagai pendidik maupun sebagai pengajar. Komunikasi kepada
anak didik merupakan peran yang sangat strategis, karena sepandai apapun
seseorang manakala dia tidak mampu berkomunikasi dengan baik pada anak didiknya
maka proses belajar mengajar akan kurang optimal. Komunikasi yang edukatif pada
anak didik akan mampu menciptakan hubungan yang harmonis. Sedangkan komunikasi
kepada atasan, orang tua, dan masyarakat adalah sebagai pertanggungjawaban
moral.
7. Guru Mampu Mengembangkan Keterampilan Diri
Mengembangkan keterampilan diri merupakan suatu tuntutan bahwa setiap
guru harus mengembangkan keterampilan pribadinya dengan terus mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, jika tidak demikian maka guru akan
ketinggalan jaman dan mungkin pada akhirnya akan sulit membawa dan mengarahkan
anak didik kepada masa di mana dia akan menjalani kehidupan.
8. Guru dapat Mengembangkan Potensi Anak
8. Guru dapat Mengembangkan Potensi Anak
Dalam melakukan kegiatan jenis ini guru harus mengetahui betul potensi
anak didik. Karena berangkat dari potensi itulah guru menyiapkan strategi PBM
yang sinerjik dengan potensi anak didik. Faktor „the how‟ memegang peranan
penting dalam upaya mengembangkan potensi anak didik, hal ini dimaksudkan untuk
mempersiapkan diri menjadi manusia seutuhnya yang akan mampu membangun dirinya
dan masyarakat lingkungannya.
4.
HUBUNGAN YANG BERKAITAN DENGAN KONSEP
1)
Diantara masalah-masalah
yang ada, kita akan membahas masalah yang paling utama, yang dapat mempengaruhi
kualitas pelajaran. Masalah tersebut, yaitu: (1) Tidak ada hubungan antara
kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran, (2) Tidak ada penjabaran yang jelas
tentang kegiatan pembelajaran, dan (3) Evaluasi (penilaian) yang bermasalah.
2)
Berdasarkan hasil
observasi, dalam proses pembelajaran banyak guru-guru masih sering
menggunakan model ceramah dan pernah menggunakan diskusi
sederhana yang kurang bervariasi, sehingga siswa sering
merasa bosan dan jenuh pada akhirnya
hasil belajarnya pun kurang maksimal. Namun karena
perkembangan zaman, maka metode konvensional dengan
ceramah dan tanya jawab sudah tidak relevan
digunakan.
3)
Target belajar dapat diukur
melalui perubahan sikap dan kemampuan siswa melalui proses belajar. Desain
pembelajaran yang baik, ditunjang fasilitas yang memandai, ditambah dengan
kreativitas guru akan membuat peserta didik lebih mudah mencapai target
belajar.
4)
Dalam konteks pendidikan,
guru mengajar agar peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran
hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat
mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek
psikomotor) seorang peserta didik, namun proses pengajaran ini memberi kesan
hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan pengajar saja.
5)
Guru hendaknya mampu
memotivasi siswa untuk senantiasa belajar dalam berbagi kesempatan. Pengajar
yang baik bila ia menguasai dan mampu melaksanakan keterampilan-keterampilan
mengajar.
6)
Kualitas dan kuanitas
belajar siswa dalam kelas bergantung pada banyak faktor, antara lain adalah
guru, hubungan pribadi antar siswa dalam kelas, serta kondisi umum dan suasana
dalam kelas.
5.
MASALAH DAN SOLUSI
A.
MASALAH
1.
Bagaimana kompleksitas masalah pada kelas konvensional?
2.
Bagaimana masalah dalam pelaksanaan pembelajaran?
3.
Bagaimana kompleksitas pendidikan guru dan kondisi kerja
guru?
4.
Bagaimana peran guru yang dianggap dominan dalam belajar
dan pembelajaran di Pendidikan Indonesia?
B.
SOLUSI
1.
Masalah pada Kelas Konvensional
Dalam kelas-kelas konvensional, model perkuliahan
merupakan model pelajaran yang paling sering digunakan. Seorang guru berdiri di
depan kelas dan terus berbicara kepada siswanya sambil memegang buku teks di
salah satu tangannya, dan kapur atau spidol di tangan lainnya. Ekspresi wajah
guru biasanya tegas, sementara suaranya terdengar keras dan lantang. Siswa
terus mendengarkan gurunya dengan diam. Sangat jarang ditemukan siswa yang
bertanya atau mengungkapkan pendapat mereka selama kelas berlangsung. Banyak
guru percaya bahwa kelas semacam ini, yaitu dimana siswa mengangkat tangan
dengan cepat dan menjawab dengan benar tepat setelah guru melontarkan
pertanyaan, serta siswa akan menjawab “Ya” secara serempak ketika guru bertanya
“Apakah kalian mengerti?” merupakan contoh terbaik. Kelas semacam ini terlihat
berjalan dengan lancar dan berdisiplin. Namun, siswa berada dalam ketegangan
yang sangat hebat dan kebanyakan dari mereka tertinggal selama pelajaran,
khususnya siswa yang lamban pemahamannya. Hanya siswa yang mampu paham dengan
cepat saja yang dapat bertahan dalam kelas semacam ini.
Pada kelas sperti ini, fokus utama guru adalah
bagaimana mentransfer berbagai macam informasi yang tercantum pada buku teks
kepada siswa secara tepat dan efisien. Guru berkonsentrasi pada Rencana
Pembelajaran (RPP) dan mencoba mengajarkan apa saja yang tercantum dalam
Rencana Pembelajaran tersebut. Guru tidak pernah berpikir tentang minat atau
perhatian siswa selama pelajaran berlangsung. Guru juga tidak pernah berpikir
pada saat beliau mengajar tentang bagaimana informasi-informasi tersebut
berkaitan dengan pengalaman sehari-hari siswa atau bagaimana
informasi-informasi tersebut dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari.
Tujuan akhir guru hanyalah untuk memberitahu siswanya tentang apa yang
seharusnya beliau ajarkan dalam batasan waktu tertentu. Siswa hanya
berkonsentrasi untuk menghapal apa yang guru mereka katakan. Karena itu, mereka
mulai berpikir bahwa menghapal merupakan cara belajar terbaik dan merupakan hal
yang diiginkan oleh guru mereka. Mereka mulai mencoba untuk menghapalkan apapun
tanpa pemikiran atau pemahaman yang mendalam. Dalam situasi semacam ini, banyak
siswa tidak dapat memahami tujuan dari belajar dan beberapa dari mereka mungkin
mulai bertanya pada diri sendiri: “Mengapa kita harus duduk diam dan mendengarkan
guru dalam kelas yang tidak menyenangkan setiap hari?” ”Mengapa kita harus
mempelajari hal-hal yang membosankan setiap hari?” “Apa manfaat yang kita
dapatkan setelah mempelajari hal-hal ini?” dsb. Sayang sekali, siswa tidak
pernah diberikan kesempatan untuk mengalami pelajaran yang menyenangkan.
Tingkat pemahaman mereka tidak pernah cukup mendalam, melainkan hanya pemahaman
yang dangkal saja, karena mereka hanya menyentuh permukaan dari suatu topik
saja.
Saya sangat tidak setuju dengan kelas model
konvensional seperti yang dijelaskan di atas. Saat ini murid/ mahasiswa harus
bisa mendapatkan ilmu dengan pemahaman yang maksimal dengan mereka membangun
konsep mereka sendiri. Bukan dibatasi oleh ilmu guru (satu arah) saja.
2.
Masalah
pada Pelaksanaan Pelajaran
Selama pelaksanaan pelajaran, kita juga dapat
menemukan beberapa masalah penting yang menghalangi siswa untuk dapat memahami
dengan lebih baik. Masalah tersebut, yaitu (1) Cara berpikir bahwa guru adalah
pusat, (2) Tidak ada perhatian untuk siswa secara individu, serta (3) Tak ada
bahan yang dapat siswa bawa pulang. Kita akan membahas masalah-masalah ini
secara terperinci.
(1) Cara Berpikir bahwa Guru adalah Pusat
Pada pelajaran ini, dapat dikatakan bahwa guru bertindak
dominan terhadap siswa. Guru selalu berusaha menerapkan pelajaran secara tepat
dengan mengikuti rencana yang telah ia buat. Nampaknya guru tidak
mempertimbangkan siswanya dan bagaimana pembelajaran mereka. Pada saat seorang
siswa menuliskan jawabannya di papan tulis, guru sering menunjukkan kesalahan
yang dibuat oleh siswa dan segera memberikan koreksi. Sebagai tambahan, pada
saat siswanya sedang mengerjakan tugasnya, guru berkeliling kelas untuk
memeriksa jawaban mereka. Begitu ia menemukan jawaban yang salah, ia segera
menunjukkan kesalahan tersebut dan memberikan koreksi tanpa memberikan
penjelasan apapun. Ini berarti bahwa guru memiliki keyakinan yang kuat bahwa
siswanya harus mengerti dan harus menjawab dengan tepat. Jika ada siswa yang
tidak mengerti, maka ini bukanlah kesalahan guru melainkan ini dikarenakan
siswanya yang tidak cukup pintar. Dengan cara berpikir semacam ini, maka sangat
tidak mungkin bagi guru untuk meninjau pelajarannya secara sungguh-sungguh dan
mengklarifikasi masalah-masalah yang muncul dalam pelajarannya. Maka, tentu
saja tidak mungkin bagi guru semacam itu untuk meningkatkan kualitas
pelajarannya.
(2) Tidak ada perhatian pada siswa secara individu
Dapat terlihat jelas bahwa guru tidak memperhatikan siswa
secara individu selama kelas berlangsung. Meskipun guru melihat pada siswa
sepanjang pelajaran, namun matanya selalu berfokus pada siswa-siswa secara
keseluruhan, bukan pada siswa secara individu. Pada kenyataannya, banyak siswa
yang mengalami kesulitan dari awal hingga akhir. Pada awalnya, ketika guru menjelaskan
tiga pola kalimat tersebut, ada beberapa siswa yang menunjukkan ekspresi wajah
yang sedang bosan dan dengan cepat mulai kehilangan konsentrasinya. Sebagai
tambahan, ketika guru meminta siswa mengerjakan latihan, banyak dari siswa yang
mengalami kesulitan dan melihat berkeliling dengan cemas. Namun, guru nampaknya
tidak menyadari situasi ini. Meskipun ia berjalan mengelilingi kelas ketika
siswa mengerjakan latihannya, ia tidak pernah membantu siswa walau mereka
mengalami kesulitan. Sebaliknya ia malah menegur siswa yang tidak menjawab
dengan benar. Akhirnya ia menuliskan jawaban yang benar pada lembar kerja
siswa.
(3) Tak ada bahan yang dapat siswa bawa pulang
Dalam kelas, cukup banyak guru
akhir-akhir ini yang menyiapkan LKS bagi siswanya. Pada situasi saat ini,
banyak siswa yang tidak memiliki buku teks, maka LKS berperan sangat penting
bagi siswa untuk memahami pelajaran. Pada pelajaran bahasa Inggris ini, guru
juga menyiapkan sebuah LKS dan membagikannya untuk setiap siswa. Pada dasarnya
hal ini bagus. Namun, pada akhir pelajaran, guru mengumpulkan seluruh LKS
tersebut. Menurut guru tersebut, sangat penting mengumpulkan LKS tersebut
karena ia harus memeriksa tingkat pemahaman siswa. Alasan ini mungkin dapat
dipahami. Namun masalahnya disini adalah tidak ada bahan apapun yang tersisa
ditangan siswa seusai pelajaran ini. Ada banyak siswa yang belum menyelesaikan
LKS mereka. Untuk siswa-siswa tersebut, mungkin sangat penting bagi mereka
untuk meninjau lagi LKS mereka di rumah.
3.
Kompleksitas Pendidikan Guru dan Kondisi Kerja
Guru
Penanganan terhadap kompleksitas pengajaran dan
pembelajaran tersebut memerlukan guru yang berkualitas
yang dihasilkan dari suatu sistem pendidikan guru, baik pra‐jabatan maupun dalam‐jabatan. Fokus
tulisan ini pada pendidikan guru pra‐jabatan
karena memiliki peran yang strategis:mempersiapkan guru masa depan.
Darling‐Hammond
(2006) pernah menyatakan bahwa selama ini pendidikan guru tergadaikan dan cenderung dianggap sebagai pendidikan profesi
kelas kedua. Hal ini dikarenakan ketidakjelasan epistemologi
disiplin pendidikan guru, kesenjangan teori‐praktik dan anggapan pekerjaan guru dapat dilakukan oleh lulusan dari disiplin apapun (teachers are born). Dari segi internal LPTK, keterpaduan dan keutuhan antara visi, program, kurikulum dan
pedagogi pendidikan guru merupakan tantangan laten. Dari segi pendidik guru (dosen LPTK),
kompleksitasnya tercermin dari dualisme peran mereka: 1) bagaimana memahami disiplin ilmu dan bagaimana
mengajarkan bagaimana mengajarkan disiplin ilmu tersebut; dan 2) bagaimana mengajarkan teori terhadap praktik pengajaran
dan bagaimana menteorikan
praktik pengajaran. Dengan demikian, peran pendidik guru adalah memahami
kompleksitas pengajaran dan pembelajaran
serta menjadi model guru bagi para calon guru. Hal lainya berkenaan dengan kemitraan antara LPTK dengan
sekolah terkait praktik mengajar mahasiswa dimana pelaksanaannya
pun tidaklah mudah.
Kondisi kerja guru mencakup lingkungan kerja,
beban kerja, pengembangan diri dan kesejahteraan. Prof.
Winarno Surakhmad pernah menyatakan di media bahwa sebagian besar sekolah‐sekolah kita mirip
kandang ayam. Kira‐kira
begitulah lingkungan kerja para guru, sangat tidak layak dan mereka harus menghabiskan minimal 24 jam mengajar/minggu di
sana. Beban mengajar –tampil di kelas‐ perlu dipertimbangkan kembali mengingat pekerjaan
perencanaan dan evaluasi, disamping bimbingan dan pengembangan
diri, juga memerlukan waktu. Kesempatan pengembangan diri pun belum merata dimana terdapat guru yang dikenal sebagai guru
spesialis pelatihan.
Kondisi pendidikan di Indonesia selama ini
mencerminkan apa yang dikemukakan masyarakat pendidikan
Amerika di dekade 80an sebagai nation
at risk. Dalam
hal ini, LPTK kiranya dapat menjadi elemen
kunci dalam proses tersebut agar dapat menyediakan knowledge yang
mendasari tataran implementasi
kebijakan. Dari kebijakan dan implementasinya diharapkan terbentuk budaya
belajar di masyarakat
pendidikan yang menjadikan pengkajian pengajaran dan pembelajaran sebagai ruh pembaharuan pendidikan berkelanjutan.
4.
Peranan
Guru yang Paling Dianggap Dominan
Berkenaan dengan ungkapan di atas, berikut ini adalah peranan yang paling
dianggap dominan dan diklasifikasikan sebagai berikut:
a.
Guru sebagai Demonstrator
Melalui peranannya sebagai demonstrator, lecturer, atau pengajar,
guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi belajaran yang akan diajarkannya serta senantiasa mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya, karena hal ini akan sangat menentukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Salah satu hal yang harus diperhatikan oleh guru ialah bahwa ia sendiri adalah pelajar.
guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi belajaran yang akan diajarkannya serta senantiasa mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya, karena hal ini akan sangat menentukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Salah satu hal yang harus diperhatikan oleh guru ialah bahwa ia sendiri adalah pelajar.
Seorang guru hendaknya mampu dan terampil dalam merumuskan tujuan
pembelajaran khusus atau indikator, memahami kurikulum, dan ia sendiri sebagai
sumber belajar yang terampil dalam memberikan informasi kepada kelas. Sebagai
pengajar ia harus membantu perkembangan anak didik untuk dapat menerima,
memahami, serta menguasai ilmu pengetahuan. Untuk itu guru hendaknya mampu
memotivasi siswa untuk senantiasa belajar dalam berbagi kesempatan. Pengajar
yang baik bila ia menguasai dan mampu melaksanakan keterampilan-keterampilan
mengajar.
b.
Guru sebagai Pengelola Kelas
Dalam perannya sebagai pengelola kelas (learning managers). Guru
hendaknya mampu mengelola kelas, karena kelas merupakan lingkungan belajar
serta merupakan suatu aspek dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisasi.
Lingkungan harus diatur dan diawasi agar kegiatan-kegiatan belajar terarah kepada tujuan-tujuan pendidikan. Pengawasan terhadap lingkungan turut menentukan sejauh mana lingkungan tersebut menjadi lingkungan yang baik. Lingkungan yang baik adalah yang bersifat menantang dan merangsang siswa untuk belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan dalam mencapai tujuan.
Kualitas dan kuanitas belajar siswa dalam kelas bergantung pada banyak faktor, antara lain adalah guru, hubungan pribadi antar siswa dalam kelas, serta kondisi umum dan suasana dalam kelas.
Lingkungan harus diatur dan diawasi agar kegiatan-kegiatan belajar terarah kepada tujuan-tujuan pendidikan. Pengawasan terhadap lingkungan turut menentukan sejauh mana lingkungan tersebut menjadi lingkungan yang baik. Lingkungan yang baik adalah yang bersifat menantang dan merangsang siswa untuk belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan dalam mencapai tujuan.
Kualitas dan kuanitas belajar siswa dalam kelas bergantung pada banyak faktor, antara lain adalah guru, hubungan pribadi antar siswa dalam kelas, serta kondisi umum dan suasana dalam kelas.
Sebagai manajer lingkungan belajar, guru harus mampu mempergunakan
pengetahuan tentang teori belajar mengajar dan teori perkembangan sehingga
memungkinkan untuk menciptakan situasi belajar mengajar yang menimbulkan
kegiatan belajar pada siswa akan mudah dilaksanakan dan sekaligus memudahkan
pencapaian tujuan yang diharapkan.
c.
Guru sebagai Mediator dan
Fasilitator
Sebagai mediator, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan
pemahaman yang cukup mengenai media pendidikan, karena media pendidikan
merupakan alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajar mengajar.
Dengan demikian jelaslah bahwa media pendidikan merupakan alat yang sangat diperlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan bagian integral demi berhasilnya proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Guru tidak cukup hanya memiliki pengetahuan tentang media pendidikan, tetapi juga harus memiliki keterampilan memilih dan menggunakan, serta mengusahakan media itu dengan baik. Memilih dan menggunakan media pendidikan harus sesuai dengan tujuan, materi, metoda, evaluasi, dan kemampuan guru serta minat dan kemampuan siswa.
Dengan demikian jelaslah bahwa media pendidikan merupakan alat yang sangat diperlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan bagian integral demi berhasilnya proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Guru tidak cukup hanya memiliki pengetahuan tentang media pendidikan, tetapi juga harus memiliki keterampilan memilih dan menggunakan, serta mengusahakan media itu dengan baik. Memilih dan menggunakan media pendidikan harus sesuai dengan tujuan, materi, metoda, evaluasi, dan kemampuan guru serta minat dan kemampuan siswa.
Sebagai mediator guru juga menjadi perantara dalam hubungan antar
manusia. Untuk itu, guru harus terampil mempergunakan pengetahuan tentang
bagaimana orang berinteraksi dan berkomunikasi. Tujuannya adalah agar guru
dapat menciptakan secara maksimal kualitas lingkungan yang interaktif. Dalam
hal ini ada tiga macam kegiatan yang dapat dilakukan guru, yaitu mendorong
berlangsungnya tingkah laku sosial yang baik, mengembangkan gaya interaksi
pribadi, dan menambah hubungan positif dengan siswa.
Sebagai fasilitator, guru hendaknya mampu mengusahakan sumber
belajar yang kiranya berguna serta dapat menunjang percapaian tujuan dan proses
belajar mengajar, baik yang berupa nara sumber, buku teks, majalah, ataupun
surat kabar.
d. Guru sebagai Evaluator
Dalam dunia pendidikan, kita ketahui bahwa setiap jenis dan jenjang
pendidikan pada waktu-waktu tertentu/periode pendidikan selalu mengadakan
evaluasi, artinya penilaian yang telah dicapai, baik oleh pihak terdidik maupun
pendidik. Demikian pula setiap kali proses belajar mengajar, guru hendaknya
menjadi evaluator yang baik. Penilaian dilakukan untuk mengetahui apakah tujuan
yang telah dirumuskan itu tercapai atau tidak, apakah materi yang diajarkan
sudah dikuasai atau belum oleh siswa, dan apakah metode yang digunakan sudah
cukup tepat.
Dalam fungsinya sebagai penilaian hasil belajar siswa, guru hendaknya
secara terus menerus mengikuti hasil belajar yang telah dicapai siswa dari
waktu ke waktu. Informasi yang diperoleh melalui evaluasi ini merupakan umpan
balik terhadap proses belajar mengajar, di mana umpan balik ini akan dijadikan
titik tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar
selanjutnya. Dengan demikian, proses belajar mengajar akan terus menerus
ditingkatkan untuk memperoleh hasil yang optimal.
e.
Guru sebagai Pengembang Kurikulum
di Sekolah
Untuk memudahkan pembahasan peran guru dalam mengembangkan kurikulum di
sekolah. Terlebih dahulu harus dipahami pengertian kurikulum.
Dalam pandangan klaksik kurikulum diartikan sebagai sekumpulan mata pelajaran yang diberikan anak didik di sekolah (Penix dan Bestor, dalam Ragan dan Shepherd, 1982: 2). Sedangkan dalam pandangan modern kurikulum diartikan sebagai segala pengalaman belajar yang harus dikuasai anak didik di
bawah bimbingan atau tanggungjawab sekolah (Doll, 1974; Tannr & Tanner,
1980; Miller & Saller, 1985).
Dalam pandangan klaksik kurikulum diartikan sebagai sekumpulan mata pelajaran yang diberikan anak didik di sekolah (Penix dan Bestor, dalam Ragan dan Shepherd, 1982: 2). Sedangkan dalam pandangan modern kurikulum diartikan sebagai segala pengalaman belajar yang harus dikuasai anak didik di
bawah bimbingan atau tanggungjawab sekolah (Doll, 1974; Tannr & Tanner,
1980; Miller & Saller, 1985).
5.
ELEMEN YANG MENARIK
1)
Pembelajaran yang berkualitas
sangat tergantung dari motivasi pelajar dan kreativitas pengajar. Pembelajar
yang memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan pengajar yang mampu
memfasilitasi motivasi tersebut akan membawa pada keberhasilan pencapaian
target belajar.
2)
Guru mempunyai peranan utama dan
sangat menentukan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, karena kegiatan
belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan.
3)
Istilah guru pada saat ini
mengalami penciutan makna. Guru adalah orang yang mengajar di sekolah. Orang
yang bertindak seperti guru seandainya dia berada di suatu lembaga kursus atau
pelatihan tidak disebut guru, tetapi tutor atau pelatih. Padahal mereka itu
tetap saja bertindak seperti guru.
4)
Minat, bakat, kemampuan, dan
potensi-potensi yang dimiliki peserta didik tidak akan berkembang secara
optimal tanpa bantuan guru. Dalam kaitan ini guru perlu memperhatikan peserta
didik secara individu, karena antara satu perserta didik dengan yang lain
memiliki perbedaan yang sangat mendasar.
5)
Guru juga harus berpacu dalam
pembelajaran, dengan memberikan kemudahan belajar bagi seluruh peserta didik,
agar dapat mengembangkan potensinya secara optimal.
6)
Informasi yang diperoleh melalui
evaluasi merupakan umpan balik terhadap proses belajar mengajar, di mana umpan
balik tersebut akan dijadikan titik tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan
proses belajar mengajar selanjutnya.
6.
REFLEKSI DIRI
Saya sangat menyukai materi minggu ini terutama mengenai
peranan guru. Selain itu, juga ada hubungannya dengan komunikasi yang
diterapkan oleh guru terhadap siswanya. Saya harus menguasai bagaimana hakikat
dari peranan seorang guru dalam belajar dan pembelajaran. Saebagai seorang guru
nantinya saya ingin siswa/mahasiswa (i) saya memahami secara penuh materi yang
saya ajarkan. Saya juga ingin menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan
saat pembelajaran berlangsung.
Selain itu, saya juga harus mengenali berbagai macam
kompleksitas dalam belajar dan pembelajaran. Setelah mengenali kompleksitas apa
saja dalam belajar dan pembelajaran, selanjutnya saya harus mengetahui
bagaimana mengatasi kompleksitas tersebut dengan cara yang bijak dan
bertanggung jawab. Solusi-solusi yang saya pakai haruslah solusi yang pas
dengan permasalahan yang ada. Oleh karena itu, perlu bagi seorang guru untuk
mengetahui berbagai macam permasalahan yang akan timbul dalam pembelajaran
sehingga mudah untuk mencari solusinya.
Bagaimana saya akan menjadi guru yang baik, jika saya
belum paham ”akar” dari pembelajaran? Tentunya saya harus semangat dalam
menimba ilmu ini agar dapat saya terapkan pada peserta didik saya nanti,
sehingga tujuan pembelajaran tercapai dengan hasil yang memuaskan karena siswa
siswi saya dapat memahami materi yang saya ajari. Saya harus banyak-banyak membaca
mengenai teori belajar dan pembelajaran untuk masa depan saya sebagai guru.
Ilmu yang saya dapatkan dalam minggu ini semoga bermanfaat dan berkah. Hal ini
sebagai bekal saya kelak saat menjadi guru/ dosen. Amiin.. ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar