Rabu, 26 Oktober 2011

TRANSFORMASI BAKTERI


Transformasi adalah suatu proses transfer informasi genetik dengan bantuan potongan DNA ekstraseluler (Russel, 1992). Dalam hal ini, fragmen DNA yang berasal dari bakteri donor diambil oleh bakteri lain dalam kedudukan sebagai akteri resipien. Jika bakteri donor da bakteri resipien berbeda secara genetic, maka akan dihasilkan rekombinan yang terbentuk melalui peristiwa pindah silang yang melibatkan fragmen DNA dari donor dan DNA atau kromosom resipien. Sel-sel yang telah mengalami transformasi disebut sebagai transforman.

Transformasi Alami dan Transformasi Buatan
Atas dasar sifat kejadiannya dikenal adanya transformasi alami dan transformasi buatan atau transformasi yang direkayasa (Russel, 1992). Pada transformasi alami, bakteri mampu mengambil fragmen DNA secara alami sehingga mengalami transformasi secara genetik. Di lain pihak pada transformasi yang direkayasa, secara genetik bakteri telah diubah terlebih dahulu agar memungkinkannya mengalami transformasi; dalam hal ini memungkinkannya mampu mengambil fragmen DNA sehingga akhirnya secara genetik mengalami transformasi. Bakteri yang biasanya mengalami transformasi secara alami adalah Bacilus subtilis; sedangkan contoh bakteri yang mengalami transformasi setelah terlebih dahulu direkayasa antara lain E.coli.
Pengambilan molekul DNA oleh bakteri resipien adalah suatu proses aktif yang membutuhkan energy (Gardner,dkk, 1991). Pada kenyataannya memang tidak seluruh spesies bakteri mengalami transformasi secara alami (Gardner,dkk, 1991). Spesies yang dapat mengalami transformasi adalah yang memiliki mekanisme enzimatik yang terlibat pada peristiwa pengambilan fragmen DNA maupun pada proses rekombinasi.



Proses Transformasi
Proses transformasi berlangsung dalam beberapa tahap yang akan dikemukakan lebih lanjut.
Tahap 1: molekul DNA unting ganda berikatan pada tapak reseptor yang terdapat dipermukaan sel. Perikatan ini bersifat reversible.
Tahap 2: pengambilan DNA donor yang bersifat irreversible. Pada saat ini DNA donor menjadi resisten terhadap enzim DNAase di dalam medium.
Tahap 3: konnversi molekul DNA donor yang berupa unting ganda menjadi molekul unting tunggal melalui degradasi nukleotida terhadap salah satu unting.
Tahap 4: integrasi (insersi kovalen) seluruh atau sebagian unting tunggal DNA donor tersebut kedalam kromosom resipien.
Tahap 5: segregasi dan ekspresi fenotipik gen donor yang telah terintegrasi.


Pemetaan Kromosom Bakteri Melalui Kejadian Transformasi
            Seperti halnya pada makhluk hidup eukariotik, rekombinasi transformasi pada bakteri dapat dimanfaatkan untuk pemetaan kromosom bakteri. Secara operasional transformasi dapat digunakan untuk mengungkap pautan gen, urutan gen, serta jarak peta. Penanda-penanda genetik pada kromosom donor yang digunakan berdekatan satu sama lain. Dalam hal ini jika letak penanda-penanda tersebut pada kromosom donor berjauhan, maka penanda-penanda itu tidak akan pernah terbawa molekul DNA pentransformasi yang sama; penanda-penanda itu selalu terletak pada fragmen DNA yang berlainan.
            Urutan gen pada kromosom bakteri, sebagaimana yang telah dikemukakan, dapat juga ditetapkan atas dasar data transformasi. Sebagai contoh, jika gen p dan q sering mengalami kotransformasi, demikian pula gen p dan o juga sering mengalami kotransformasi, tetapi gen o dan p jarang mengalami kotransformasi, maka tentu saja urutan gen pada kromosom bakteri itu adalah p – q - o.
            Berkenaan dengan pemetaan gen pada kromosom bakteri, pada saat ini orang dapat memperoleh atau mendapatkan peta suatu fisik gen-gen, dalam arti suatu peta lokasi fisik relatif gen-gen sepanjang molekul DNA. Seperti diketahui para ahli genetika memang dapat mengontrol ukuran fragmen-fragmen DNA yang digunakan pada sesuatu percobaan transformasi. Oleh karena itu peluang kotransformasi dari dua gen dapat dihubungkan dengan ukuran molekuler DNA pentransformasi. Secara operasional dengan menghubungkan frekuensi kotransformasi dengan ukuran rata-rata DNA pentransformasi, memang akhirnya seseorang dapat mengungkap suatu peta fisik gen.

Sabtu, 08 Oktober 2011

Pemrosesan Informasi Gagne dan Hakikat Hasil Belajar


JURNAL BELAJAR 7

Nama               : Linda Tri Antika
NIM                : 209341417443
Kelas               : AA
Matakuliah      : Belajar dan Pembelajaran
Dosen              : Dr. Hj. Sri Endah Indriwati, M.Pd
Jam/ Ruang     : 03 – 04 dan 07 – 08 SPA 307
Hari,  Tanggal : Senin-Selasa, 3-4 September 2011
Jurnal ke-         : 7
Konsep            : Pemrosesan Informasi Gagne dan Hakikat Hasil Belajar

1.        EKSPLORASI KONSEP YANG DIPELAJARI DAN INFORMASI/ KONSEP YANG DITERIMA DARI DOSEN/ HASIL PRESENTASI

a)        3 Oktober 2011
Hari ini yang mengajar bukan Ibu Endah, tetapi Pak Supratman, PPL dari Pasca Sarjana UM. Hari senin ini sesuai dengan RPS, kami mempelajari tentang teori pemrosesan informasi (Gagne).

v Teori Pemrosesan Informasi (Information Processing Theory) Gagne
Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran. Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar.
Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.
v  Delapan fase tahapan proses pembelajaran menurut Gagne
1. Motivasi
2. Pemahaman
3. Pemerolehan
4. Penyimpanan
5. Ingatan kembali
6. Generalisasi
7. Perlakuan
8. Umpan balik.
           
Berdasarkan sumber yang saya persiapkan sebelum kuliah, Mohammad Surya, Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran, (Jakarta: Pusataka Bani Quraisy, 2004), 17. Gagne berpendapat bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil pembelajaran. Dalam pemrosesan itu informasi itu terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu.
v  Kondisi internal adalah:
1.      Keadaan di dalam dari individu yang diperlukan untuk mencapai hasil pembelajaran.
2.      Proses kognitif yang terjadi dari dalam individu selama proses pembelajaran berlangsung.
v Sedangkan kondisi eksternal adalah berbagai rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran. Interaksi antara kondisi internal dan kondisi eksternal menghasilkan hasil pembelajaran.

Menurut teori Gagne, hasil pembelajaran merupakan keluaran dari pemrosesan yang berupa kecakapan manusia (Human Capabilities) yang terdiri atas:
1. Informasi Verbal
Informasi verbal adalah hasil pembelajaran yang berupa informasi yang dinyatakan dalam bentuk verbal (kata-kata atau kalimat) baik secara tertulis atau lisan. Informasi verbal adalah berupa pemberian nama atau label terhadap suatu benda atau fakta, pemberian definisi atau pengertian, atau perumusan mengenai berbagai hal dalam bentuk verbal.

2. Kecakapan Intelektual
Kecakapan intelektual adalah kecakapan individu dalam melakukan interaksi dengan lingkungan yang menggunakan simbol-simbol. Misalnya simbol-simbol dalam bentuk matematik, seperti penambahan, pengurangan, pembagian, perkalian dan sebagainya. Kecakapan intelektual ini mencakup kecakapan dalam membedakan (diskriminasi). Konsep intelektual sangat diperlukan dalam menghadapi pemecahan masalah.

3. Strategi Kognitif
Strategi kognitif ialah kecakapan individu untuk melakukan pengendalian dan mengelola (management) keseluruhan aktifitasnya. Dalam proses pembelajaran, strategi kognitif ini kemampuan mengendalikan ingatan dan cara-cara berfikir agar terjadi aktifitas yang efektif. Kalau kecakapan intelektual lebih banyak terarah kepada proses pemikiran pelajar. Strategi kognitif ini memberikan kemudahan bagi para pelajar untuk memilih informasi verbal dan kecakapan intelektual yang sesuai untuk diterapkan selama proses pembelajaran dan berfikir.

4. Sikap
Sikap ialah hasil pembelajaran yang berupa kecakapan individu untuk memilih berbagai tindakan yang akan dilakukan. Dengan kata lain, sikap dapat diartikan sebagai keadaan didalam diri individu yang akan member arah kecenderungan bertindak dalam menghadapi suatu objek atau rangsangan. Dalam sikap terdapat pemikiran, peradaan yang menyertai pemikiran, dan kesiapan untuk bertindak.

5. Kecakapan Motorik
Kecakapan motorik ialah hasil pembelajaran yang berupa kecakapan pergerakan yang dikontrol oleh otot dan fisik.
            Selain memberikan teori mengenai pemrosesan data, Pak Supratman juga memberikan LKS untuk tiap kelompok. Kelompok saya mendapatkan LKS mengenai teori Kognitif dari Piaget. Saya menjelaskan di depan kelas bersumber buku Perkembangan Peserta Didik dari Desmita mengenai perkembangan kognitif seseorang berdasarkan umurnya, yaitu: sensori motor, pra-operasional, operasional konkret, dan operasional formal. Selanjutnya kelompok lain menjelaskan topik yang lainnya.

b)       27 September 2011
v Hakikat Hasil Belajar
Hari ini kleas kami diajar oleh Bapak Efendi yang juga dari PPL Pascasarjana UM. Pak Effendy menggunakan pembelajaran diskusi kelompok, yang pembagiannya diselingi dengan hiburan lagu kartun yang lucu. Diskusi dimulai dengan pemberian pertanyaan dalam bentuk slide mengenai pengertian hasil belajar dan materi ajar, fungsi dan tujuan hasil belajar dan materi ajar, faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar, langkah dalam menentukan materi ajar, dan sebagainya.
Setelah diberi kesempatan untuk berdiskusi, maka tiap kelompok menyampaikan jawaban masing-masing (kerja kelompok berdasarkan nomor, contoh: kelompok 1 mengerjakan soal 1, dan seterusnya). Setelah selesai diskusi dan penyampaian hasil diskusi, saya kurang faham karena tidak ada review dari pengajar. Padahal saya sangat berharap ada review dari pengajar.
Yang saya dapatkan hari ini adalah:
ü  Belajar adalah proses penerimaan informasi.
ü  Mengajar adalah proses pemberian informasi dari satu orang pada orang lainnya. Misal: Dari guru ke murid.
ü  Pembelajaran adalah proses belajar dan mengajar, di mana ada kegiatan pemberian informasi dan penerimaan informasi.
ü  Hasil belajar adalah sesuatu yang didapat setelah mengalami atau melakukan proses pembelajaran, biasanya terjadi perubahan tingkah laku.
ü  Faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri atas aspek fisiologi dan aspek psikologi. Sedangkan faktor eksternal terkait dengan kondisi lingkungan luar.
ü  Sedangkan teori yang saya siapkan dari sumber http://www.vilila.com/2010/10/teori-belajar-robert-gagne-1916-2002.html sebelum kuliah mengenai hasil belajar adalah:

Lima Macam Hasil Belajar Gagne
Gagne mengemukakan 5 macam hasil belajar atau kapabilitas tiga bersifat kognitif, satu bersifat afektif dan satu bersifat psikomotor.Hasil belajar menjadi lima kategori kapabilitas sebagai berikut :
1.Informasi Verbal
Kapabilitas informasi verbal merupakan kemampuan untuk mengkomunikasikan secara lisan pengetahuannya tentang fakta-fakta.

2. Ketrampilan Intelektual
Kapabilitas ketrampilan intelektual merupakan kemampuan untuk dapat membedakan, menguasai konsep aturan, dan memecahkan masalah. Kapabilitas Ketrampilan Intelektual oleh Gagne dikelompokkan dalam 8 tipe belajar yaitu :
a. Belajar Isyarat
b. Belajar stimulus Respon
c. Belajar Rangkaian Gerak
d. Belajar Rangkaian Verbal
e. Belajar membedakan
f. Belajar Pembentukan konsep
g. Belajar Pembentukan Aturan
h. Belajar Memecahkan Masalah

3. Strategi Kognitif
Kapabilitas Strategi Kognitif adalah Kemampuan untuk mengkoordinasikan serta mengembangkan proses berfikir dengan cara merekam, membuat analisis dan sintesis.
4. Sikap
Kapabilitas Sikap adalah kecenderungan untuk merespon secara tepat terhadap stimulus atas dasar penilaian terhadap stimulus tersebut.

5. Ketrampilan Motorik
Untuk dapat mengetahui seseorang memiliki kapabilitas ketrampilan motorik dapat dilihat dari segi kecepatan, ketepatan, dan kelancaran gerakan otot-otot serta anggota badan yang diperlihatkan orang tersebut.

2.        HASIL EKSPLORASI
a)   Pemrosesan informasi
Pada sumber (bk2009.files.wordpress.com/2011/01/makalah.docx),bahwa
Robert Gagne adalah penggagas teori Pemrosesan Informasi,  Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu.
Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yangdiperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadidalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan darilingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.
Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembanganmerupakan hasil kumulatif dari pembelajaran.

Proses belajar
Gagne membagi proses belajar berlangsung dalam empat fase utama, yaitu: (1) receiving the stimulus situation (apprehending), (2) stage of acquisition, (3) storage, (4) retrieval.
a.         Fase Receiving the stimulus situation (apprehending)
Merupakan fase seseorang memperhatikan stimulus tertentu kemudian menangkap artinya dan memahami stimulus tersebut untuk kemudian ditafsirkan sendiri dengan berbagai cara. Misalnya “golden eye” bisa ditafsirkan sebagai jembatan di amerika atau sebuah judul film. Stimulus itu dapat spontan diterima atau seorang Guru dapat memberikan stimulus agar siswa memperhatikan apa yang akan diucapkan.
b.        Fase Stage of Acquition
Pada fase ini seseorang akan dapat memperoleh suatu kesanggupan yang belum diperoleh sebelumnya dengan menghubung-hubungkan informasi yang diterima dengan pengetahuan sebelumnya. Atau boleh dikatakan pada fase ini siswa membentuk asosiasi-asosiasi antara informasi baru dan informasi lama.
c.         Fase storage /retensi 
Fase penyimpanan informasi, ada informasi yang disimpan dalam jangka pendek ada yang dalam jangka panjang, melalui pengulangan informasi dalam memori jangka pendek dapat dipindahkan ke memori jangka panjang.
d.        Fase Retrieval/Recall
Fase mengingat kembali atau memanggil kembali informasi yang ada dalam memori. Kadang-kadang dapat saja informasi itu hilang dalam memori atau kehilangan hubungan dengan memori jangka panjang. Untuk lebih daya ingat maka perlu informasi yang baru dan yang lama disusun secara terorganisasi, diatur dengan baik atas pengelompokan-pengelompokan menjadi katagori, konsep sehingga lebih mudah dipanggil.

Kemudian ada fase-fase lain yang dianggap tidak utama, yaitu :
e.         Fase motivasi
Sebelum pelajaran dimulai guru memberikan motivasi kepada siswa untuk belajar.
f.          Fase generalisasi
                 Fase transfer informasi, pada situasi-situasi baru, agar lebih meningkatkan daya ingat, siswa dapat diminta mengaplikasikan sesuatu dengan informasi baru tersebut.

g.         Fase penampilan
Fase dimana siswa harus memperlihatkan sesuatu penampilan yang nampak setelah mempelajari sesuatu, seperti mempelajari struktur kalimat dalam bahasa mereka dapat membuat kalimat yang benar.
h.        Fase umpan balik,
Siswa harus diberikan umpan balik dari apa yang telah ditampilkan (reinforcement).

b)   Hakikat Hasil Belajar
Pada sumber (bk2009.files.wordpress.com/2011/01/makalah.docx) bahwa setelah selesai belajar, penampilan yang dapat diamati sebagai hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan (capabilities). Kemampuan-kemampuan tersebut dibedakan berdasarkan atas kondisi mencapai kemampuan tersebut berbeda-beda.
Ada lima kemampuan (kapabilitas) sebagai hasil belajar yang diberikan Gagne yaitu :
1.    Verbal Information (informasi verbal),
adalah kemampuan siswa untuk memiliki keterampilan mengingat informasi verbal, ini dapat dicontohkan kemampuan siswa mengetahui benda-benda, huruf alphabet dan yang lainnya yang bersifat verbal.

2.    Intellectual Skills (keterampilan intelektual)
Merupakan penampilan yang ditunjukkan siswa tentang operasi-operasi intelektual yang dapat dilakukannya. Keterampilan intelektual memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungannya melalui pengunaan simbol-simbol atau gagasan-gagasan. Yang membedakan keterampilan intelektual pada bidang tertentu adalah terletak pada tingkat kompleksitasnya.
Untuk memecahkan masalah siswa memerlukan aturan-aturan tingkat tinggi yaitu aturan-aturan yang kompleks yang berisi aturan-aturan dan konsep terdefinisi, untuk memperloleh aturan – aturan ini siswa sudah harus belajar beberapa konsep konkret, dan untuk belajar konsep konkret ini siswa harus menguasai diskriminasi-diskriminasi.

3.    Cognitive strategies (strategi kognitif)
Merupakan suatu macam keterampilan intelektual khusus yang mempunyai kepentingan tertentu bagi belajar dan berpikir. Proses kontrol yang digunakan siswa untuk memilih dan mengubah cara-cara memberikan perhatian, belajar, mengingat dan berpikir. Beberapa strategi kognitif adalah : (1) strategi menghafal, (2) strategi elaborasi, (3) strategi pengaturan, (4) strategi metakognitif, (5) strategi afektif.

4.    Attitudes (sikap-sikap)
Merupakan pembawaan yang dapat dipelajari dan dapat mempengaruhi perilaku seseorang terhadap benda, kejadian atau mahluk hidup lainnya. Sekelompok sikap yang penting ialah sikap-sikap kita terhadap orang lain. Bagaimana sikap-sikap sosial itu diperoleh setelah mendapat pembelajaran itu yang menjadi hal penting dalam menerapkan metode dan materi pembelajaran.

5.    Motor Skills (keterampilan motorik)
Merupakan keterampilan kegiatan fisik dan penggabungan kegiatan motorik dengan intelektual sebagai hasil belajar. Keterampilan motorik bukan hanya mencakup kegiatan fisik saja tapi juga kegiatan motorik dengan intelektual seperti membaca, menulis, dllnya.
Ahmadi (dalam Samier, 2008:1) menyatakan “setiap aktivitas yang dilakukan oleh seseorang tentu ada faktor – faktor yang mempengaruhinya, baik yang cenderung mendorong maupun yang menghambat”. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa itu adalah sebagai berikut:
1)      Faktor Internal.
Faktor internal ada1ah faktor yang berasal dari dalam diri siswa. Faktor ini dapat dibagi dalam beberapa bagian, yaitu:
(a)   Faktor lntelegensi
Intelegensi ini memegang peranan yang sangat penting bagi prestasi belajar siswa. Karena tingginya peranan intelegensi dalam mencapai prestasi belajar maka guru harus memberikan perhatian yang sangat besar terhadap bidang studi yang banyak membutuhkan berpikir rasiologi untuk mata pelajaran matematika.
(b)   Faktor Minat
Minat adalah kecenderungan yang mantap dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang tertentu. Siswa yang kurang beminat dalam pelajaran tertentu akan menghambat dalam belajar.
(c)   Faktor Keadaan Fisik dan Psikis
Keadaan fisik menunjukkan pada tahap pertumbuhan, kesehatan jasmani, keadaan alat-alat indera dan lain sebagainya. Keadaan psikis menunjuk pada keadaan stabilitas/labilitas mental siswa, karena fisik dan psikis yang sehat sangat berpengaruh positif terhadap kegiatan pembelajaran dan sebaliknya.

2)      Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor dari luar diri siswa yang mempengaruhi prestasi belajar. Faktor eksternal dapat dibagi rnenjadi beberapa bagian, yaitu:
(a)  Faktor  Guru
Guru sebagai tenaga berpendidikan memiliki tugas menyelenggarakan kegiatan pembelajaran, membimbing, melatih, mengolah, meneliti dan mengembangkan serta memberikan penalaran teknik karena itu setiap guru harus memiliki wewenang dan kemampuan profesional, kepribadian dan kemasyarakatan.
Guru juga menunjukkan fleksibilitas yang tinggi yaitu pendekatan deduktif dan gaya memimpin kelas yang selalu disesuaikan dengan keadaan, situasi kelas yang diberi pelajaran, sehingga dapat menunjang tingkat prestasi siswa semaksimal mungkin.

(b)   Faktor Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga turut mempengaruhi kemajuan hasil kerja, bahkan mungkin dapat dikatakan menjadi faktor yang sangat penting, karena sebagian besar waktu belajar dilaksanakan di rumah, keluarga kurang mendukung situasi belajar. Seperti kericuhan keluarga, kurang perhatian orang tua, kurang perlengkapan belajar akan mempengaruhi berhasil tidaknya siswa belajar.

(c)   Faktor Sumber-sumber Belajar
Sumber belajar itu dapat berupa media/alat bantu belajar serta bahan baku penunjang. Alat bantu belajar merupakan semua alat yang dapat digunakan untuk membantu siswa dalam melakukan perbuatan belajar. Maka pelajaran akan lebih menarik, menjadi konkret, mudah dipahami, hemat waktu dan tenaga serta hasil yang lebih bermakna.

1.        HUBUNGAN YANG BERKAITAN DENGAN KONSEP
1)   Perubahan prilaku pada siswa dalam konteks pengajaran jelas merupakan produk dan usaha guru melalui kegiatan mengajar. Hal ini dapat dipahami karena mengajar merupakan suatu aktivitas khusus yang dilakukan guru untuk menolong dan membimbing anak didik memperoleh perubahan dan pengembangan skill (keterampilan), attitude (sikap), appreciation (penghargaan) dan knowledge (pengetahuan).
2)   Faktor-faktor psikologis yang berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar.jumlahnya banyak sekali, dan masing-masingnya tidak dapat dibahas secara terpisah.Perilaku individu, termasuk perilaku belajar, merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas yang lahir sebagai hasil akhir saling pengaruh antara berbagai gejala, seperti perhatian, pengamatan, ingatan, pikiran dan motif.
3)   Dalam pembelajaran hasil belajar dapat dilihat langsung, oleh karena itu agar kemampuan siswa dapat dikontrol dan berkembang semaksimal mungkin dalam proses belajar di kelas maka program pembelajaran tersebut harus dirancang terlebih dahulu oleh para guru dengan memperhatikan berbagai prinsip-prinsip pembelajaran yang telah diuji keunggulannya.
4)   Fungsi sistem pembelajaran ada tiga yaitu fungsi belajar, fungsi pembelajaran dan fungsi penilaian. Fungsi belajar dilakukan oleh komponen siswa, fungsi pembelajaran dan penilaian ( yang terbagi dalam pengelolaan belajar dan sumber-sumber belajar) dilakukan oleh sesuatu di luar diri siswa.
5)   Komponen pertama dari sistem memori yang dijumpai oleh informasi yang masuk adalah registrasi penginderaan.
6)   Struktur kognitif berisi sejumlah coding  yang mengadung segi-segi intelek yang mengatur atau memerintah perilaku individu; perubahan perilaku mendasari penetapan tahap-tahap perkembangan kognitif.

1.     MASALAH DAN SOLUSI
A.      MASALAH
1.    Bagaimana implikasi register pengindraan dalam pendidikan?
2.    Bagaimana hubungan teori kognisi dengan pemrosesan informasi?
3.    Bagaimana gambaran pemrosesan informasi dalam pendidikan?
4.    Bagaimana kaitan antara usaha pemrosesan informasi terhadap hasil belajar yang diperoleh?
5.    Bagaimana manfaat teori pemrosesan informasi?
6.    Apa ssaja yang menjadi hambatan dalam pemrosesan informasi?
7.    Bagaimana peristiwa pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar?

B.       SOLUSI
1.        Implikasi Register Pengindraan dalam Pendidikan
            Berdasarkan Slavin (2000: 176), komponen pertama dari sistem memori yang dijumpai oleh informasi yang masuk adalah registrasi penginderaan. Registrasi penginderaan menerima sejumlah besar informasi dari indera dan menyimpannya dalam waktu yang sangat singkat, tidak lebih dari dua detik. Bila tidak terjadi suatu proses terhadap informasi yang disimpan dalam register penginderaan, maka dengan cepat informasi itu akan hilang. Keberadaan register penginderaan mempunyai dua implikasi penting dalam pendidikan. Pertama, orang harus menaruh perhatian pada suatu informasi bila informasi itu harus diingat. Kedua, seseorang memerlukan waktu untuk membawa semua informasi yang dilihat dalam waktu singkat masuk ke dalam kesadaran.

2.        Hubungan Teori Kognisi dengan Pemrosesan Informasi
Berdasarkan (Miller, 1993) bahwa teori kognisi menjelaskan tentang bagaimana proses mengetahui terjadi pada manusia. Ada beberapa model yang digunakan untuk menjelaskan proses mengetahui pada manusia. Model pemrosesan informasi membahas tentang peran operasi-operasi kognitif dalam pengolahan informasi (Hetherington & Parke, 1986). Dalam model ini manusia dipandang sebagai sistem yang memodifikasi informasi sendiri secara aktif dan terorganisir. Perkembangan seseorang dalam pemrosesan informasi berkaitan dengan perubahan-perubahan kuantitatif dan kualitatif dalam aspek ini serta pengaruh-pengaruh genetis dan lingkungan. Inti dari perkembangan dalam pemrosesan informasi adalah terbentuknya sistem pada diri seseorang yang semakin efisien untuk mengontrol aliran informasi.
Saya sangat setuju dengan Miller bahwa dalam pemrosesan informasi sangat berhubungan erat dengan kondisi kognitif seseorang. Selain kognitif, factor genetis dan lingkungan eksternal juga sangat berpengaruh terhadap pemrosesan informasi masing-masing individu.
                                            
3.        Gambaran Pemrosesan Informasi dalam Pendidikan
Saat ini ada dua model yang dapat digunakan untuk menjelaskan teori pemrosesan informasi, yaitu model penyimpanan (store/structure model) dan model tingkat pemrosesan (level of processing). Model penyimpanan dikembangkan oleh Atkinson & Shiffrin (dalam Miller, 1993), sedangkan model tingkat pemrosesan dikembangkan oleh Craik dan Lockhart (dalam Miller, 1993). Dalam model pemrosesan informasi yang dikembangkan oleh Atkinson & Shiffrin, kognisi manusia dikonsepkan sebagai suatu sistem yang terdiri dari tiga bagian, yaitu masukan (input), proses dan keluaran (output). Informasi dari dunia sekitar merupakan masukan bagi sistem. Stimulasi dari dunia sekitar ini memasuki reseptor memori dalam bentuk penglihatan, suara, rasa, dan sebagainya. Selanjutnya, input diproses dalam otak.
Otak mengolah dan mentransformasikan informasi dalam berbagai cara. Proses ini meliputi pengkodean ke dalam bentuk-bentuk simbolis, membandingkan dengan informasi yang telah diketahui sebelumnya, menyimpan dalam memori, dan mengambilnya bila diperlukan. Akhir dari proses ini adalah keluaran, yaitu perilaku manusia, seperti berbicara, menulis, interaksi sosial, dan sebagainya (Vasta, dkk., 1992).
Secara rinci, Pressley, (1990) memaparkan pemrosesan informasi sebagai berikut : Pertama-tama, manusia menangkap informasi dari lingkungan melalui organ-organ sensorisnya (yaitu mata, telinga, hidung, dan sebagainya). Beberapa informasi disaring (diabaikan) pada tingkat sensoris, kemudian sisanya dimasukkan ke dalam ingatan jangka pendek (kesadaran). Ingatan jangka pendek mempunyai kapasitas pemeliharaan informasi yang terbatas sehingga kandungannya harus diproses sedemikian rupa (misalnya dengan pengulangan atau pelatihan), jika tidak akan lenyap dengan cepat. Bila diproses, informasi dari ingatan jangka pendek (short-term memory) dapat ditransfer ke dalam ingatan jangka panjang (long-term memory). Ingatan jangka panjang (Long-Term Memory) merupakan hal penting dalam proses belajar. Menurut Anderson (dalam Pressley, 1990), tempat penyimpanan jangka panjang mengandung informasi faktual (disebut pengetahuan deklaratif) dan informasi mengenai bagaimana cara mengerjakan sesuatu (disebut pengetahuan prosedural).
Menurut pandangan model pemrosesan informasi yang dikembangkan oleh Atkinson & Shiffrin, sejak kecil seorang anak mengembangkan fungsi kontrol dalam mengolah informasi dari lingkungannya. Menurut Hetherington & Parke (1986), pada usia antara 3 hingga 12 tahun, fungsi kontrol seseorang menunjukkan perkembangan yang pesat. Fungsi tersebut mencakup pengaturan informasi yang diperlukan, termasuk memilih strategi yang digunakan dan memonitor keberhasilan penggunaan strategi tersebut. Dalam pandangan model ini, anak merupakan pengatur yang aktif dari fungsi-fungsi kognitifnya sendiri. Oleh karena itu, dalam menghadapi suatu masalah, anak memilih masalah yang akan diselesaikannya, memutuskan besar usaha yang akan dilakukannya, memilih strategi yang akan digunakannya, menghindari hal-hal yang mengganggu usahanya, serta mengevaluasi kualitas hasil usahanya.
Model pemrosesan informasi berasumsi bahwa anak-anak mempunyai kemampuan yang lebih terbatas dan berbeda dibanding orang dewasa. Anak-anak tidak dapat menyerap banyak informasi, kurang sistematis dalam hal informasi apa yang diserap, tidak mempunyai banyak strategi untuk mengatasi masalah, tidak mempunyai banyak pengetahuan mengenai dunia yang diperlukan untuk memahami masalah, dan kurang mampu memonitor kerja proses kognitifnya (Hetherington & Parke, 1986). Mengingat perkembangan anak yang optimal adalah tujuan para psikolog perkembangan, maka sangat relevan jika individu-individu yang berkecimpung di bidang ini melakukan penelitian yang tujuannya bermuara pada meningkatkan kemampuan pemrosesan informasi.
Model kedua yang dapat digunakan untuk menjelaskan teori pemrosesan informasi adalah model tingkat pemrosesan (level of process-ing). Model tingkat pemrosesan yang dikembangkan oleh Craik dan Lockhart ini memiliki prinsip dasar bahwa informasi yang diterima diolah dengan tingkatan yang berbeda. Semakin dalam pengolahan yang dilakukan, semakin baik informasi tersebut diingat. Pada tingkat pengolahan pertama akan diperoleh persepsi, yang merupakan kesadaran seketika akan lingkungan. Pada tingkat pengolahan berikutnya akan diperoleh gambaran struktural dari informasi. Pada tingkat pengolahan terdalam akan diperoleh makna (meaning) dari informasi yang diterima (Craik dan Lockhart, dalam Morgan et al., 1986).
Menurut model tingkat pemrosesan, berbagai stimulus informasi diproses dalam berbagai tingkat kedalaman secara bersamaan bergantung kepada karakternya. Semakin dalam suatu informasi diolah, maka informasi tersebut akan semakin lama diingat. Sebagai contoh, informasi yang mempunyai imaji visual yang kuat atau banyak berasosiasi dengan pengetahuan yang telah ada akan diproses secara lebih dalam. Demikian juga informasi yang sedang diamati akan lebih dalam diproses daripada stimuli atau kejadian lain di luar pengamatan. Dengan kata lain, manusia akan lebih mengingat hal-hal yang mempunyai arti bagi dirinya atau hal-hal yang menjadi perhatiannya karena hal-hal tersebut diproses secara lebih mendalam daripada stimuli yang tidak mempunyai arti atau tidak menjadi perhatiannya (Craik & Lockhart, 2002).

4.        Kaitan antara Usaha yang Dilakukan dalam Pemrosesan Informasi terhadap Hasil Belajar yang Diperoleh
Contoh usaha pemrosesan informasi, misalnya Pengulangan (rehearsal), yang memegang peranan penting dalam pendekatan model penyimpanan - juga dianggap penting dalam pendekatan model tingkat pemrosesan. Namun, menurut pandangan model tingkat pemrosesan, hanya mengulang-ngulang saja tidak cukup untuk mengingat. Untuk memperoleh tingkatan yang lebih dalam, aktivitas pengulangan haruslah bersifat elaboratif. Dalam hal ini, pengulangan harus merupakan sebuah proses pemberian makna (meaning) dari informasi yang masuk. Istilah elaborasi sendiri mengacu kepada sejauh mana informasi yang masuk diolah sehingga dapat diikat atau diintegrasikan dengan informasi yang telah ada dalam ingatan (Craik dan Lockhart, dalam Morgan et al., 1986).
Telah disebutkan bahwa prinsip dasar model tingkat pemrosesan informasi adalah semakin besar upaya pemrosesan informasi selama belajar, semakin dalam informasi tersebut akan disimpan dan diingat. Prinsip ini telah banyak diaplikasikan dalam penyusunan setting pengajaran verbal, seperti mengingat daftar kata, juga pengajaran membaca dan bahasa (Cermak & Craik, dalam Craik & Lockhart, 2002).

5.    Manfaat Teori Pemrosesan Informasi
Berdasarkan (Cermak & Craik, dalam Craik & Lockhart, 2002), manfaat teori pemrosesan informasi antara lain :
a.         membantu terjadinya proses pembelajaran sehingga individu mampu beradaptasi pada lingkungan yang selalu berubah,
b.        menjadikan strategi pembelajaran dengan menggunakan cara berpikir yang berorientasi pada proses lebih menonjol,
c.         kapabilitas belajar dapat disajikan secara lengkap,
d.        prinsip perbedaan individual terlayani.

6.    Hambatan dalam Pemrosesan Informasi
Berdasarkan (Cermak & Craik, dalam Craik & Lockhart, 2002), hambatan teori pemrosesan informasi antara lain :
a.         tidak semua individu mampu melatih memori secara maksimal,
b.        proses internal yang tidak dapat diamati secara langsung,
c.         tingkat kesulitan mengungkap kembali informasi-informasi yang telah disimpan dalam ingatan,
d.        kemampuan otak tiap individu tidak sama.

7.        Peristiwa Pembelajaran yang Meningkatkan Hasil Belajar
Berdasarkan (Panen, Paulina dkk, 1999 dan Anonimous, 2007), ada sembilan peristiwa belajar yang menjadi model pembelajaran untuk meningkatkan kualitas belajar. Dengan penerapan model ini diharapkan hasil belajar dapat ditingkatkan atau dipertahankan. Peritiwa pembelajaran diasumsikan sebagai cara-cara yang perlu diciptakan oleh guru dengan tujuan untuk mendukung proses-proses belajar (internal) di dalam diri siswa. Hakekat suatu peristiwa pembelajaran untuk setiap pembelajaran berbeda-beda, tergantung pada kapabilitas yang diharapkan atau harus dicapai sebagaimana hasil belajar. Kesembilan peristiwa pembelajaran yang ada pada setiap fase belajar dapat diuraikan sebagai berikut:

1)        Membangkitkan Perhatian (Gain Attention)
Kegiatan paling awal dalam pembelajaran adalah menarik perhatian siswa agar siswa mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir pelajaran. Perhatian siswa dapat ditingkatkan dengan memberikan berbagai rangsangan sesuai dengan kognisi yang ada misalnya dengan perubahan gerak badan (berjalan, mendekati siswa, dll),perubahan suara, menggunakan berbagai media belajar yang dapat menarik perhatian siswa atau menyebutkan contoh-contoh yang ada di dalam dan di luar kelas, dan lain-lain.




2)        Memberitahukan Tujuan Pembelajaran pada Siswa (Inform Learners of Objectives)
Agar siswa mempunyai harapan dan tujuan selama belajar, maka pada siswa perlu dijelaskan apa saja yang akan dicapai selama pembelajaran dan jelaskan pula manfaat dari materi yang akan dipelajari dan tugas-tugas yang harus diselesaikan selama pembelajaran. Keuntungan menjelaskan tujuan adalah agar siswa dapat menjawab sendiri pertanyaan “apakah ia telah belajar?”, “apakah materi yang dipelajari telah dikuasai?”. Jawaban atas pertanyaan tersebut dapat membangkitkan harapan dalam diri siswa tentang kemampuan dan upaya yang harus dilakukan agar tujuannya tercapai.

3)        Merangsang Ingatan pada Materi Prasyarat (Stimulate recall of prior learning)
Bila siswa telah memiliki perhatian dan pengharapan yang baik pada pelajara, guru perlu mengingatkan siswa tentang materi apa saja yang telah dikuasai sebelumnya dengan materi yang akan diajarkan. Dengan pengetahuan yang ada pada memori kerjanya, diharapkan siswa siap untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang lama dengan pengetahuan yang baru yang akan dipelajari. Ada banyak cara yang dapat dilakukan guru untuk mengingatkan siswa pada materi yang telah dipelajari misalnya dengan mengingatkan siswa pada topik-topik yang telah dipelajari dan memninta siswa untuk menjelaskannya secara singkat.

4)    Menyajikan Bahan Perangsang (Present the content)
Hal ini dilakukan dengan cara menyajikan bahan kepada siswa berupa pokok-pokok materi yang penting yang bersifat kunci. Sebelum itu, guru harus menentukan bahan apa yang harus disajikan berupa informasi verbal, keterampilan intelektual, atau belajar sikap. Berdasarkan jenis kemampuan atau bahan ini maka dapat dipilih bentuk kegiatan apa saja yang akan disajikan sehingga proses pembelajaran berjalan lancar. Misalnya, bila akan mengajarkan tentang sikap maka pilihlah bahan berupa model-model perilaku manusia. Bila akan mengajarkan keterampilan motorik maka demonstrasikanlah contoh bahan keterampilan tersebut dan tunjukkan caranya secara tepat.

5)    Memberi Bimbingan Belajar (Provide “learning guidance”)
Bimbingan belajar diberikan dengan tujuan untuk membantu siswa agar mudah mencapai tujuan pelajaran atau kemampuan-kemampuan yang harus dicapainya pada akhir pelajaran. Misalnya bila siswa harus mengusai konsep-konsep kunci, maka berilah cara mengingat konsep-konsep tersebut misalnya dengan menjelaskan karakteritik dari setiap konsep. Bila siswa hrus menguasai keterampilan tertentu, maka bimbinglah dengan cara menjelaskan langkah-langkah yang harus ditempuh untuk menguasai keterampilan tersebut.

6)        Memantapkan Apa yang Telah Dipelajari (Elicit Performance/Practice)
Untuk mengetahui apakah siswa telah memiliki kemampuan yang diharapkan, maka mintalah siswa untuk menampilkan kemampuannya dalam bentuk tindakan yang dapat diamati oleh guru. Misalnya apabila ingin mengetahui kemampuan informasi verbal siswa maka berikan siswa pertanyaan-pertanyaan yang dapat diukur tingkat penguasaannya atau bila ingin mengetahui keterampilan siswa maka mintalah siswa untuk melakukan tindakan tertentu. Jawaban yang diberikan siswa hendaklah sesuai dengan kemampuan yang diminta dalam tujuan pembelajaran.

7)        Memberikan Umpan Balik (Provide Feedback)
Memberikan umpan balik merupakan fase yang terpenting. Untuk mendapatkan hasil yang terbaik, umpan balik diberikan secara informative dengan cara memberikan keterangan tentang tingkat unjuk kerja yang telah dicapai siswa. Misalnya jelaskan jawaban siswa yang sudah benar dan yang perlu dilengkapi atau yang perlu dipelajari kembali oleh siswa dengan cara “sudah baik”, “pelajari kembali”, atau “lengkapi”, dll.

8)        Menilai Hasil Belajar (Assess performance).
Merupakan peristiwa pembelajaran yang berfungsi menilai apakah siswa sudah mencapai tujuan atau belum. Untuk itu perlu dibuat alat penilaian yang konsisten dengan tujuan dan diharapkan mampu mengukur tingkat pencapaian belajar siswa.

9)        Meningkatkan Retensi (Enhance Retention and Transfer to The Job)
Guru perlu memberikan latihan-latihan dalam berbagai situasi agar dapat menjamin bahwa siswanya dapat mengulangi dan menggunakan pengetahuan barunya kapan saja diperlukan.

2.        ELEMEN YANG MENARIK
1)      Dalam rangka proses pembelajaran guru dapat menyusun program guru dapat menyusun program pembelajaran yang cocok dengan tahap dan fase pembelajaran.
2)      Teori belajar menurut menurut Gagne, lebih menitikberatkan pada operasionalisasi konsep belajar kumulatif dan memberikan mekanisme untuk merancang pembelajaran dan sederhana ke kompleks.
3)      Kita mengenal tiga macam memori yaitu memori indra (sensory memory), memori jangka pendek (short term memory) dan memori jangka panjang (long term memory). Memori indra menahan informasi asli yang di dapat dari dunia sekitar yang diperoleh dari pancaindera.
4)      Dalam memahami belajar, Gagne tidak memperhatikan apakah prosesn belajar tadi terjadi melalaui penemuan (discovery) atau proses penerimaan (reception) sebagaimana diperkenalkan oleh Bruner dan Ausubel. Menurutnya yang terpenting adalah kualitas, penetapan (daya simpan) dan kegunaan belajar.





3.        REFLEKSI DIRI
Saya sangat menyukai materi minggu ini mengenai pemrosesan informasi dan hakikat hasil belajar. Dari materi tersebut, saya menjadi tahu bapa itu pemrosesan informasi, manfaat, penggunaan atau penerapannya dalam pembelajaran, serta hambata-hambatan apa yang akan didapatkan dalam pemrosesan informasi. Sedangkan hasil belajar sangat membantu sebagai evaluasi terhadap siswa setelah pembelajaran. Dua hal tersebut (pemrosesan informasi dan hasil belajar) tidak berjalan sendiri, namun saling mempengaruhi satu sama lain. Proses pemrosesan informasi sangat mempengaruhi hasil belajar. Jadi, saya sebagai guru harus mampu menciptakan peristiwa atau kondisi belajar yang nyaman dan kondusif sehingga pemrosesan informasi lancar dan hasil belajar aka baik. Saya harus banyak-banyak membaca mengenai teori belajar dan pembelajaran untuk masa depan saya sebagai guru. Ilmu yang saya dapatkan dalam minggu ini semoga bermanfaat dan berkah. Hal ini sebagai bekal saya kelak saat menjadi guru/ dosen. Amiin.. ^^