بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
-------------------------------------------------------------------
وَأَنَّهُ هُوَ أَضْحَكَ وَأَبْكَىٰ
“..dan bahwasanya Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis..”
(AQS. An-Najm: 43)
Menangislah
seperti kincir angin, rumput-rumput hijau mungkin memancar dari taman istana
jiwamu. Jika engkau ingin menangis, kasihanilah orang yang bercucuran air mata,
jika engkau mengharapkan kasih, perlihatkanlah kasihmu pada si lemah [Rumi].
Manusia diberi tangisan dari
semenjak awal kehidupan (lahir) di dunia dan bukan diberi tawa. Seolah hidup
ini akan selalu lebih dekat dengan tangisan dibandingkan dengan tawa [Linda Haffandi].
--------------------------------------------------------------------------
Karunia Allah
di dunia memang sungguh tidak terbatas pun berbatas. Manusia sebagai makhlukNya
yang memiliki akal sehat dan ‘rasa’, dimana dengan rasa tersebut manusia juga
memiliki reaksi terhadap seseorang atau suatu kejadian. Inilah yang kemudian disebut
emosi.. Salah satu luapan emosi manusia adalah menangis.
Menangis bersifat
asasi, muncul sejalan dengan kemanusiaannya, sebagai keaslian fitrahnya. Sebagai
aktivitas fisik, menangis adalah akibat, bukan sebab. Pada umumnya, terdapat stimulus
(rangsangan) atau triger (pencetus) tertentu, seperti kesenangan,
kegembiraan, kebaikan, keburukan, ataupun kemalangan, yang membuat situasi batin
seseorang bisa gembira atau sedih. Dengan kata lain, menangis menjadi 'bahasa'
komunikasi seseorang dalam mengungkapan rasa yang memenuhi suasana batin.
Namun, dalam
hal menghadapi stimulus atau triger, meskipun dengan pemicu yang sama, kepekaan
seseorang bisa berbeda-beda. Oleh karena menangis melekat dengan karakteristik
kemanusiaan, maka banyak manfaat yang lahir dari asasi (menangis) tersebut. Berhati-hatilah
jika termasuk orang yang tidak bisa menangis. Jika seseorang tidak pernah
menangis, bukan saja mata menjadi kering karena tidak ada air yang membasahi
secara alami, tetapi dapat pula menjadi indikasi keringnya jiwa. Didukung oleh
pendapat seorang sufi bahwa jika seseorang tidak pernah menangis, dikhawatirkan
hatinya gersang. Salah satu kebiasaan para sufi ialah menangis. Beberapa sufi
mata dan mukanya menjadi cacat karena air mata yang selalu berderai.
Menangis merupakan reaksi alamiah yang
seharusnya tidak perlu dikontrol/dikendalikan seperti penyakit. Kondisi praktis
terbaiknya adalah tidak menahan tangis. Menangislah, lepaskan apa yang harus
dilepaskan. Dalam dunia Psikologi dikatakan bahwa, "Orang yang mudah
menangis seharusnya merasa bahagia, sebab dia mampu bersentuhan langsung dengan
perasaan-perasaannya”.
Berhubungan
dengan kesehatan, hasil penelitian ilmuan menyimpulkan bahwa air mata yang
keluar karena terpercik bawang atau cabe berbeda dengan air mata yang mengalir
karena kecewa dan sedih. Air mata yang keluar karena tepercik bawang atau cabe
ternyata tidak mengandung zat yang berbahaya. Sedangkan, air mata yang mengalir
karena rasa kecewa atau sedih disimpulkan mengandung toksin atau racun. Peneliti
tersebut merekomendasikan agar orang-orang yang mengalami rasa kecewa dan sedih
lebih baik menumpahkan air matanya. Sebab jika air mata kesedihan atau
kekecewaan itu tidak dikeluarkan, akan berdampak buruk bagi kesehatan lambung (Republika,
2013).
Di sisi lain, Allah bahkan memuji
orang yang menangis.
وَيَخِرُّونَ لِلْأَذْقَانِ يَبْكُونَ وَيَزِيدُهُمْ خُشُوعًا
"Dan
mereka menyungkurkan wajah sambil menangis dan mereka bertambah khusyuk".
(AQS. Al-Isra’:109).
Nabi Muhammad
SAW juga pernah berpesan, "Jika kalian hendak selamat, jagalah lidahmu
dan tangisilah dosa-dosamu”.
Dijelaskan pula
bahwa “Ada dua
mata yang tidak disentuh api neraka: Mata yang menangis karena takut kepada
Allah dan mata semalaman berjaga di jalan Allah” (HR.
Tirmidzi).
اللَّهُمَّ إِنِّي عَبْدُكَ وَابْنُ عَبْدِكَ وَابْنُ أَمَتِكَ
نَاصِيَتِي بِيَدِكَ مَاضٍ فِيَّ حُكْمُكَ عَدْلٌ فِيَّ قَضَاؤُكَ أَسْأَلُكَ
بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِي كِتَابِكَ
أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ أَوْ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِي عِلْمِ الْغَيْبِ
عِنْدَكَ أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيعَ قَلْبِي وَنُورَ صَدْرِي وَجِلَاءَ
حُزْنِي وَذَهَابَ هَمِّي
"Ya Allah, sesungguhnya aku adalah hamba-Mu, anak hamba
laki-laki-Mu, dan anak hamba perempuan-Mu. Ubun-ubunku berada di tangan-Mu.
Hukum-Mu berlaku pada diriku. Ketetapan-Mu adil atas diriku. Aku memohon
kepada-Mu dengan segala nama yang menjadi milik-Mu, yang Engkau namakan diri-Mu
dengannya, atau Engkau turunkan dalam Kitab-Mu, atau yang Engkau ajarkan kepada
seorang dari makhluk-Mu, atau yang Engkau rahasiakan dalam ilmu ghaib yang ada
di sisi-Mu, agar Engkau jadikan Al-Qur'an sebagai penyejuk hatiku, cahaya bagi
dadaku dan pelipur kesedihanku serta pelenyap bagi kegelisahanku."
--------------------------------
Segala
bentuk kesedihan, akan kembali kepada Allah. Segalanya bermuara pada Allah. Saat sedih, kembalikan kepada Allah agar Ia kembali mengambilnya
[Linda Haffandi].
----------------------------------------
Linda Haffandi
Malang, 20 Agustus 2013 [16:16 WIB]
Malang, 20 Agustus 2013 [16:16 WIB]