MENYELIDIKI
HUBUNGAN KALOR DENGAN PERUBAHAN SUHU (∆t), MASSA ZAT (m), DAN KALOR JENIS ZAT
(c)
Hidayatus
S, Linda TA, Amalia RS, Atik P, Aning MS
Jurusan
Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang
Abstrak: Kalor
atau panas merupakan suatu bentuk energi, sedangkan suhu merupakan ukuran atau
tingkat panas suatu benda. Pada umumnya, suhu benda akan naik jika menyerap
kalor dan turun jika melepaskan kalor. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa
hubungan kalor dengan perubahan suhu, massa benda, dan kalor jenis zat adalah
sebanding. Hubungan antara banyaknya kalor
(Q), massa zat (m), kalor jenis (c), dan perubahan suhu (ΔT) dapat dinyatakan dengan persamaan Q= m c ΔT.
Kata Kunci: kalor,
perubahan suhu, massa zat, kalor jenis zat,
Data
Pengamatan
1.
Menyelidiki
hubungan antara Q dan ∆t
Variabel yang dibuat sama:
·
Massa air = 25 gram (0,025 kg)
·
Massa jenis air = 4200 J/kg K
Waktu
(menit)
|
t
awal (°C)
|
t
akhir (°C)
|
∆t
|
2
|
26
|
41
|
15
|
4
|
26
|
55
|
29
|
6
|
27
|
66
|
39
|
8
|
28
|
78
|
50
|
Berdasarkan data di
atas, dapat diketahui bahwa semakin lama air dipanaskan, maka akan diperoleh ∆t
yang nilainya lebih tinggi. Hal ini mengakibatkan nilai Q yang semakin besar
pula. Secara induktif, kita dapat menyatakan bahwa semakin besar kenaikan suhu
suatu zat, semakin besar pula kalor yang diserap oleh benda. Hal ini
dikarenakan ketika suhu suatu benda naik, Enjah & Bahrudin (2009) benda tersebut
sedang menyerap kalor dari luar.
|
Hal di atas didukung
oleh bahwa perubahan suhu
terjadi karena panas dari suhu air yang lebih tinggi berpindah ke air yang
suhunya lebih rendah. Suhu rendah meningkat, karena menerima panas dari suhu
tinggi. Panas yang bergerak dari suhu yang tinggi ke suhu yang rendah itu
disebut kalor. Sewaktu air dipanaskan, air menerima energi panas dari api melalui
cerek yang mewadahinya. Air menerima energi panas, ditandai dengan adanya
kenaikan suhu. Semakin besar energi panas yang diterima air, semakin besar pula
kenaikan suhu pada air. Peristiwa itu menunjukkan semakin besar kalor yang
diterima suatu benda, semakin besar pula kenaikan suhu pada benda tersebut.
Pertambahan kalor sebanding dengan perpindahan panas dari api ke benda yang
menerimanya, dan sebanding pula dengan kenaikan suhunya. Apabila banyaknya
kalor dinyatakan dengan Q, dan perubahan suhu dinyatakan dengan ∆t (perubahan suhu),
maka hubungan kalor dengan perubahan suhu dapat dinyatakan dengan persamaan:
2.
Menyelidiki
Hubungan antara Q dan m
Variabel
yang dibuat sama:
·
Perubahan suhu (∆t) = 5 Co
·
Massa jenis air = 4200 J/kg K
Kondisi
|
Massa Air pada Gelas Kimia (gram)
|
|||
25 ml
|
50 ml
|
75 ml
|
100 ml
|
|
t
awal (°C)
|
27
|
26
|
26
|
26
|
t
akhir (°C)
|
32
|
31
|
31
|
31
|
Waktu (detik)
|
45, 93
|
57,62
|
58, 46
|
59, 98
|
Dari kegiatan yang
sudah kami lakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa waktu yang diperlukan untuk
menaikkan suhu zat cair dipengaruhi oleh jumlah zat cair. Hal ini sesuai dengan
Enjah & Bahrudin (2009)
yang menyatakan bahwa semakin banyak zat cair, maka semakin lama waktu yang diperlukan
untuk menaikkan suhu zat. Dengan demikian, kalor yang diperlukan lebih banyak. Banyaknya
benda yang dipanaskan pada umumnya
dinyatakan dengan massa benda. Massa benda dilambangkan dengan m dengan satuan
kilogram (kg). Maka, banyaknya kalor yang dibutuhkan (Q) sebanding dengan massa
benda atau secara bentuk persamaannya:
3.
Menyelidiki
Hubungan antara Q dan c
Variabel
yang dibuat sama:
·
Perubahan suhu (∆t) = 10 Co
·
Massa air = 50 gram
Kondisi
|
Air biasa
|
Larutan gula
|
Larutan garam
|
t
awal (°C)
|
28,5
|
27,5
|
28
|
t
akhir (°C)
|
38,5
|
37,5
|
38
|
Waktu
(detik)
|
72
|
94,9
|
96,3
|
Data dan grafik di atas menunjukkan
bahwa untuk menaikkan suhu yang sama, jumlah massa zat sama, tetapi jenis zat berbeda
membutuhkan kalor yang berbeda pula. Kalor (Q) yang diperlukan untuk menaikkan
suhu bergantung pada jenis zat (c). Hubungan Q dan c dapat dituliskan:
Dengan demikian, kalor
yang diperlukan untuk menaikkan atau menurunkan suhu zat bergantung kepada
massa (m) dengan satuannya kilogram (kg), kalor jenis (c) dengan satuannya
J/kg.K atau J/kg °C, dan perubahan suhu (ΔT) dengan satuannya Kelvin atau °C.
Hubungan antara banyaknya kalor (Q), massa
zat (m), kalor jenis (c), dan perubahan
suhu (ΔT) dapat dinyatakan dengan
persamaan:
KESIMPULAN
Kalor yang diterima oleh suatu zat akan sebanding dengan
perubahan suhu, massa zat, dan kalor jenis zat. Hubungan antara banyaknya kalor (Q), massa zat (m), kalor jenis (c), dan perubahan suhu (ΔT) dapat dinyatakan dengan persamaan Q= m c ΔT.
DAFTAR RUJUKAN
Enjah & Takari R Bahrudin. 2009. Ilmu
Pengetahuan Alam untuk SMP dan MTS Kelas VII. Jakarta: CV. Epsilon Grup.
Menyelidiki
Titik Didih Larutan
pada
Berbagi Konsentrasi:
ü
Larutan garam:
Massa garam
|
Titik didih (oC)
|
0 gram
|
95
|
2 gram
|
85
|
4 gram
|
89
|
6 gram
|
93
|
8 gram
|
101
|
ü
Larutan gula:
Titik Didih (oc)
|
|
0 gram
|
93
|
2 gram
|
87
|
4 gram
|
90
|
6 gram
|
93
|
8 gram
|
95
|
Berdasarkan data pengamatan yang
kami peroleh, semakin banyak zat terlarut yang ditambahkan akan terjadi
peningkatan titik didih. Hal ini disebabkan oleh adanya zat terlarut yang
dianggap sukar menguap. Dengan adanya zat terlarut tersebut, maka gerakan air
ke atas akan terhalang oleh zat terlarut. Dengan demikian, dibutuhkan waktu
yang lebih lama untuk mendidih. Menurut Anindya (2010) menyatakan bahwa titik
didih suatu larutan tergantung dari konsentrasi zat tersebut. Semakin tinggi
konsentrasi larutan, maka semakin tinggi titik didihnya. Garam (NaCl) memiliki
Mr = 58,43, sedangkan gula memiliki Mr = 180. Jika diasumsikan massa gula atau
garam sama, maka molaritas larutan garam lebih besar daripada larutan gula (M =
n / 1 liter larutan, dimana n = massa/
Mr). Dimana akan mempengaruhi titik didihnya, sehingga titik didih larutan
garam (98°C) lebih tinggi daripada larutan gula (96,5°C).
Hal ini juga didukung oleh Helda (2011) bahwa penambahan konsentrasi
NaCl yang semakin besar akan menyebabkan kenaikan titik didih yang semakin
besar pula. Penambahan konsentrasi larutan NaCl tersebut akan mengganggu
kesetimbangan dari pelarut. Kecenderungan molekul akuades akan meninggalkan
larutan menjadi uap semakin berkurang, sehingga tekanan parsial dari pelarut
akan menurun. Dengan menurunnya tekanan parsial pelarut tersebut menyebabkan
diperlukannya panas yang lebih tinggi agar tekanan parsial sama dengan atmosfer
sehingga larutan dapat mendidih. Semakin besar konsentrasi NaCl maka semakin
besar pula kenaikan titik didihnya. Konsentrasi NaCl yang semakin besar
disebabkan oleh penambahan komposisi solute (NaCl) dalam larutan. Semakin besar
komposisi solute maka mol dari larutan juga semakin tinggi. Akibatnya fraksi
mol pun demakin tinggi sehingga tekanan parsialnya semakin tinggi, seperti
percobaan ini sesuai dengan hukum Roult. Adapun bunyi hukum, ”semakin banyak
zat yang terlarut di dalam larutan, maka semakin besar pula titik didihnya”.
DAFTAR RUJUKAN
Anindya, 2010. Titik
Didih dan Titik Beku Larutan Gula dan Garam. (Online), (http://id.answer.yahoo.com/question/index?qid.html,diakses
1 Desember 2011).
Helda. 2011. Kenaikan
Titik Didih. (Online), (http://heldaluvchemeng.blogspot.com/2011/02/kenaikan-titik-didih.html,
diakses 1 Desember 2011).