BAB
I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi
manusia. Pendidikan sangat berperan dalam
membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif. Menyadari
akan hal tersebut, pemerintah sangat serius menangani bidang pendidikan, sebab
dengan sistem pendidikan yang baik diharapkan muncul generasi penerus bangsa
yang berkualitas dan mampu menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
Pemerintah
mengupayakan berbagai hal untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dengan
perbaikan kurikulum, pengembangan dan penggunaan bahan ajar yang baik, dan
sebagainya. Hal tersebut sesuai dengan Degeng & Miarso (1993) bahwa dalam
rangka untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, perekayasaan metode
pembelajaran yang meliputi strategi pengorganisasian, strategi penyampaian, dan
strategi pengelolaan pembelajaran harus secara terus dan menerus diupayakan.
Upaya ini bertujuan agar pembelajaran dapat berlangsung secara efektif, efisien,
dan memiliki daya tarik yang tinggi (Degeng, 1993).
Keefektifan
pembelajaran dipengaruhi oleh siswa itu sendiri. Setiap siswa memiliki
kemampuan, pengalaman belajar, bakat, dan motivasi yang berbeda-beda dalam
belajar. Oleh karena itu, cara belajar yang dimiliki oleh setiap siswa juga berbeda pula. Menurut
Wilkinson (dalam Aliaasyah, 2010), kondisi pembelajaran yang ideal adalah
apabila si belajar berinteraksi melalui serentetan pengalaman yang dirancang
secara individual, interaktif, sampai pada tujuan pembelajaran berhasil
dicapai.
Salah
satu penerapan pembelajaran secara individual adalah menggunakan modul. Winkel
(1991) mengatakan bahwa modul dapat digunakan untuk belajar secara mandiri atau
individu, karena modul memuat tujuan pembelajaran, lembaran petunjuk tentang
cara belajar dengan modul, bahan bacaan, lembar kunci jawaban sebagai balikan,
dan alat-alat evaluasi. Dengan demikian, hasil belajar siswa dengan menggunakan
modul diharapkan lebih tinggi daripada belajar secara konvensional.
Penggunaan
modul Biologi di sekolah dari tahun ke tahun mulai meningkat, tetapi isi dari
modul tersebut juga belum terarah. Modul hanya berisi komponen-komponen modul
secara lengkap, tanpa melihat susunan sistematis modul yang baik. Isi dalam
modul belum berurutan, kurang menarik, dan contoh-contoh materinya yang selalu berdasarkan
sumber buku yang biasanya siswa tidak mengenal langsung contoh itu, akibatnya
siswa kurang tertarik. Salah satu yang dapat digunakan untuk mengatasi hal ini
adalah penyusunan modul yang berbasis potensi lokal sehingga siswa mendapatkan
contoh atau melakukan kegiatan belajar sesuai dengan potensi lokal daerahnya.
Saat
ini, guru-guru biologi belum banyak berkarya untuk mengembangkan modul
pembelajaran maupun LKS Biologi yang berbasis potensi lokal maupun berbasis
karakterisitk siswa. Guru masih banyak menggunakan sumber belajar maupun LKS
yang tersedia di pasaran yang tidak cocok dengan kondisi/potensi sekolah maupun
karakteristik siswa, sehingga masih harus dilakukan penyesuaian-penyesuaian
(Suratsih, 2010).
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, rumusan masalah dalam makalah ini adalah bagaimana pengembangan
modul Biologi berbasis potensi lokal?
Tujuan
Tujuan dari
penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui pengembangan modul Biologi
berbasis potensi lokal.
BAB
II
PEMBAHASAN
Modul Pembelajaran
Modul
pembelajaran dapat dipandang sebagai suatu paket pengajaran yang mengandung
satu unit konsep dari bahan pelajaran dan disajikan dalam bentuk self
instructional. Pengajaran modul memberi kesempatan kepada siswa untuk
menguasai satu unit bahan pelajaran sebelum beralih ke unit berikutnya.
Setiap siswa dapat menentukan kecepatan dan intensitas belajarnya
sendiri. Modul secara umum memiliki unsur-unsur: rumusan tujuan
pengajaran, petunjuk penggunaan, materi pelajaran, lembar kegiatan siswa,
lembar evaluasi dan kunci lembar evaluasi (Vembriarto, 1975: 49-53).
Menurut Vembrianto (1975) modul harus
memiliki komponen-komponen sebagai berikut:
a. Rumusan
tujuan pengajaran yang eksplisit dan spesifik, masing-masing rumusan tujuan itu
melukiskan tingkah laku siswa, yang diharapkan dari siswa setelah menyelesaikan
tugas dalam mempelajari modul.
b. Petunjuk
penggunaan modul, membuat penjelasan tentang bagaimana penggunaan modul secara
efisien.
c. Lembar
kegiatan siswa, lembaran ini memuat materi pelajaran yang harus dikuasai oleh
siswa. Selain itu lembar kegiatan siswa ini disusun supaya siswa terlibat
secara aktif dalam proses belajar.
d. Lembar
kerja, lembar kerja digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dan
masalah-masalah pada lembar kegiatan siswa, yang harus dijawab oleh siswa.
e. Kunci
lembar kerja, tiap-tiap modul selalu disertai kunci evaluasi agar siswa dapat
mengetahui ketepatan hasil kerjanya.
f. Lembar
evaluasi, tiap-tiap modul disertai lembaran evaluasi yang berupa tercapai atau
tidaknya tujuan yang dirumuskan pada modul siswa dapat ditentukan melalui hasil
tes akhir yang terdapat pada lembaran evaluasi itu.
g. Kunci
lembar evaluasi
Kunci
lembar evaluasi ini menyertai lembaran evaluasi.
Penyusunan Modul
Widodo
(2008) menyebutkan bahwa penyusunan suatu modul harus memperhatikan
karakteristik modul, yaitu self
instructional, self contained, stand alone, adaptif, dan user friendly.
1.
Self
instructional, yaitu modul yang dikembangkan membuat
peserta didik mampu belajar secara mandiri.
2.
Self
Contained, yaitu seluruh materi pembelajaran dari suatu
kompetensi atau subkompetensi yang dipelajari terdapat di dalam satu modul
secara utuh.
3.
Stand
Alone, yaitu modul yang dikembangkan tidak tergantung pada
bahan ajar lain atau tidak harus dilaksanakan bersama-sama dengan bahan ajar
lain.
4.
Adaptif,
modul
hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan
teknologi.
5.
User
Friendly, setiap instruksi dan paparan informasi yang tampil
bersifat membantu dalam bersahabat dengan pemakainya, termasuk kemudahan
pemakai dalam merespon, mengakses sesuai keinginan.
Penyusunan
modul dapat dilakukan menurut langkah-langkah sebagai berikut :
1.
merumuskan
tujuan pembelajaran secara jelas, spesifik dalam bentuk kelakuan siswa yang
dapat diamati dan diukur.
2.
Menyusun
alasan atau rasional pentingnya modul bagi siswa. Siswa harus mengetahui manfaat
yang dapat diambil bila ia mempelajari modul yang disusun sehingga siswa dapat mempelajarinya
secara optimal.
3.
Menentukan
kegiatan-kegiatan belajar yang akan dilakukan siswa untuk membantu dan
membimbing siswa dalam mencapai kompetensi-kompetensi yang telah dirumuskan
dalam tujuan pembelajaran. Kegiatan belajar dapat berupa mendengarkan rekaman,
melihat film, mengadakan percobaan dalam laboratorium, membaca, mengerjakan
soal dan sebagainya.
4.
Menyusun
post-test untuk mengukur hasil belajar siswa.
5.
Menyiapkan
pusat-pusat sumber-sumber bacaan yang terbuka bagi siswa setiap waktu ia
memerlukan (Nasution, 2000 : 217-218).
Langkah-langkah
Pengembangan Modul
Indriyanti (2010) menyebutkan bahwa dalam mengembangkan modul diperlukan prosedur
tertentu yang sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai, struktur isi
pembelajaran yang jelas, dan memenuhi kriteria yang berlaku bagi pengembangan
pembelajaran. Ada lima kriteria dalam pengembangan modul, yaitu :
a. membantu siswa menyiapkan belajar mandiri,
b. memiliki rencana kegiatan pembelajaran yang dapat direspon secara maksimal,
c. memuat isi pembelajaran yang lengkap dan mampu memberikan kesempatan
belajar kepada siswa,
d. dapat memomitor kegiatan belajar siswa, dan
e. dapat memberikan saran dan petunjuk serta infomasi balikan tingkat kemajuan
belajar siswa.
Berdasarkan penjelasan tersebut, pengembangan modul harus mengikuti langkah-langkah yang sistematis. Langkah-langkah
tersebut adalah sebagai
berikut.
(1)
Analisis Tujuan dan Karakteristik Isi Bidang Studi
Langkah ini dilakukan untuk mengetahui sasaran
pembelajaran yang bagaimana yang ingin dicapai. Secara lebih spesifik, langkah ini dimaksudkan untuk mengetahui tujuan orientasi pembelajaran, misalnya orientasi konseptual, prosedural, ataukah teoretik. Di samping itu, juga dimaksudkan
untuk mengetahui tujuan pendukung yang memudahkan pencapaian tujuan orientasi
tersebut. Analisis karakteristik isi bidang studi dilakukan untuk mengetahui
tipe isi bidang studi apa yang akan dipelajari siswa, apakah berupa fakta,
konsep, prosedur, ataukah prinsip. Yang lebih pokok lagi adalah untuk
mengetahui bagaimana struktur isi bidang studinya.
(2)
Analisis Sumber Belajar
Langkah ini dimaksudkan untuk mengetahui sumber-sumber belajar apa yang telah tersedia dan dapat
digunakan untuk menyampaikan isi pembelajaran. Hasil kegiatan ini akan berupa
daftar sumber belajar yang tersedia yang dapat mendukung proses pembelajaran.
(3)
Analisis Karakteristik Pebelajar
Karakteristik pebelajar didefinisikan sebagai
aspek atau kualitas perseorangan berupa bakat, kematangan, kecerdasan, motivasi
belajar, dan kemampuan awal yang telah dimilikinya. Langkah ini dilakukan untuk
mengetahui kualitas perseorangan yang dapat dijadikan petunjuk dalam
mempreskripsikan strategi pengelolaan pembelajaran, yang hasilnya berupa daftar
pengelompokan karakteristik siswa menjadi sasaran pembelajaran.
(4)
Menetapkan Indikator dan Isi Pembelajaran
Ada tiga kriteria dalam merumuskan indikator
pembelajaran, yaitu (1) dijabarkan secara konsisten dan sistematis dari
subordinat yang terdapat pada bagian analisis pembelajaran, (2) menggunakan
satu kalimat atau lebih, dan (3) pernyataan yang digunakan sangat membantu dan
berlaku dalam penyusunan butir-butir tes.
(5)
Menetapkan Strategi Pengorganisasian Isi Pembelajaran
Pemilihan strategi pengorganisasian
pembelajaran sangat dipengaruhi oleh tipe isi bidang studi yang dipelajari dan
bagaimana struktur isi bidang studi tersebut.
(6)
Menetapkan Strategi Penyampaian Isi
Pembelajaran
Hasil langkah ini adalah berupa penetapan
model untuk menyampaikan materi pembelajaran. Penyampaian isi pembelajaran
mengacu kepada cara yang dipakai untuk menyampaikan isi pembelajaran kepada
siswa sekaligus menerima dan merespon masukan-masukan dari siswa. Oleh sebab
itu, penyampaian pembelajaran disebut metode untuk melaksanakan proses
pembelajaran.
(7)
Menetapkan Strategi Pengelolaan Pembelajaran
(8)
Pengembangan Prosedur Pengukuran Hasil Pembelajaran
Langkah-langkah (1), (2), (3), dan (4)
merupakan langkah analisis kondisi pembelajaran, langkah-langkah (5), (6), dan
(7) merupakan langkah pengembangan, dan langkah (8) merupakan langkah
pengukuran hasil pembelajaran (Indriyanti, 2010).
Pengembangan
Modul Biologi Berbasis Potensi Lokal
Langkah-langkah yang akan ditempuh dalam mengembangkan modul
biologi berbasis potensi lokal adalah sebagai berikut.
1)
Analisis
kebutuhan sumber belajar Biologi dalam bentuk modul pembelajaran biologi bagi
guru-guru Biologi di suatu daerah sesuai dengan karakteristik wilayah tersebut,
dalam kerangka implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau Kurikulum
2006. Analisis kebutuhan sumber belajar Biologi ini didasarkan pada
karakteristik Kurikulum 2006 yang menekankan pada layanan individual
siswa/karakteristik siswa dan pengembangan potensi sekolah.
2)
Analisis
potensi sekolah atau wilayah beserta karakteristiknya pada masing-masing wilayah
yang relevan dengan kebutuhan sumber belajar Biologi dalam bentuk modul
pembelajaran biologi sebagai konsekuensi implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan atau Kurikulum 2006.
3)
Menentukan
satu potensi dari sekolah atau wilayah di setiap kabupaten yang paling
representatif sebagai sumber belajar biologi untuk bahan penyusunan modul
pembelajaran biologi berbasis potensi lokal. Penentuan satu potensi lokal di
tiap kabupaten yang dipilih untuk disusun dalam bentuk modul pembelajaran didasarkan
pada fisibilitasnya dalam melakukan eksplorasi agar bisa fokus ke persoalan
yang dipelajari sehingga modul yang dihasilkan bisa menampilkan informasi
secara lengkap dari satu potensi. Potensi yang dipilih adalah khas di kabupaten
tersebut. Cara menentukan/memilih satu potensi yang ada di sekolah atau di
wilayah melalui identifikasi :
a)
tingkat
relevansi potensi dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang
ada pada KTSP SMA.
b)
fisibilitas
potensi dalam implementasinya di lapangan dan dalam pembelajaran (dana, alat
dan bahan yang diperlukan, sumberdaya yang tersedia, keterlaksanaannya, dan
perolehan yang diharapkan).
4)
Menyusun
draft modul pembelajaran biologi berbasis potensi lokal sesuai dengan
potensi dan karakteristik wilayah di masing-masing daerah.
5)
Uji
validasi modul, mencakup validasi muka dan validasi isi.
6)
Uji coba
terbatas modul pembelajaran biologi berbasis potensi lokal yang telah disusun
berdasarkan karakteristik sekolah dan wilayah kepada guru-guru dan siswa.
7)
Revisi
modul sesuai rekomendasi guru dan siswa.
8)
Uji
lapangan modul pembelajaran biologi berbasis potensi lokal yang telah diujicoba
ke komunitas yang lebih luas sesuai dengan karakteristik modul tersebut
(mencakup lebih banyak sekolah, siswa dan guru sesuai persyaratan metodologis).
9)
Revisi
modul sesuai dengan rekomendasi hasil uji lapangan sehingga menghasilkan
prototype modul yang siap digandakan.
10) Perbanyakan prototype modul pembelajaran biologi berbasis potensi
lokal yang telah dihasilkan (Suratsih, 2010).
Berdasarkan langkah-langkah di atas, maka dapat diketahui potensi
lokal (sekolah atau wilayah) dan karakteristiknya di suatu wilayah atau sekolah
yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar dalam menyusun modul
pembelajaran
biologi berbasis potensi lokal sebagai implementasi KTSP atau
Kurikulum
2006 SMA. Selain itu, prototipe
modul pembelajaran biologi berbasis potensi lokal yang telah melalui validasi
dan uji coba baik secara terbatas maupan secara lebih luas ke
sekolah-sekolah SMA di suatu wilayah tertentu dapat dimanfaatkan sebagai bahan
ajar yang sangat menunjang hasil belajar siswa karena isi dalam modul tersebut
sesuai dengan potensi lokal yang tentu sudah dikenal oleh siswa.
Tabel
2.1 Contoh Daftar Potensi Lokal
No.
|
Potensi Sekolah atau Wilayah (Lokal)
|
Karakteristik
|
Topik Pembelajaran
|
1.
|
Waduk
Semo (Yogyakarta)
|
Wilayah
luas, kolam air tawar, memiliki berbagai variasi kedalaman, naungan,
penyinaran, dan masukan air sungai
|
· Ekosistem air tawar
· Plankton
· Ganggang
· Avertebrata
|
2.
|
Peternakan
ayam (misalnya di dekat rumah siswa)
|
Populasi
besar
|
Budidaya
hewan ternak
|
3.
|
Pabrik
tempe (misalnya di dekat daerah sekolah)
|
Jamur
tempe
|
· Fungi
· Bioteknologi (konvensional)
|
4.
|
Hutan
kota Malabar (Malang)
|
· Keanekaragaman tumbuhan
· Pengetahuan lingkungan ruang terbuka hijau
· Ekologi (tumbuhan)
· dll
|
|
5.
|
Sungai
Brantas (Malang)
|
Banyak
sampah, air keruh, sedikit hewan air
|
· Pencemaran lingkungan
· Plankton (Ekologi)
· Bentos (ekologi)
|
Langkah
Skematis Pengembangan Modul Biologi Berbasis Potensi Lokal
BAB
III
PENUTUP
Bahan ajar merupakan
faktor yang penting dalam suatu pembelajaran, khususnya biologi. Modul
merupakan salah satu bahan ajar yang berdiri sendiri dan membimbing siswa untuk
menjadi pebelajar mandiri. Modul biologi yang ada saat ini belum sepenuhnya
membuat siswa antusias dalam belajar karena isi dalam modul tersebut kurang
dikenal oleh siswa. Potensi lokal yang dimiliki wilayah atau sekolah belum
dimanfaatkan secara optimal dalam pembelajaran dan penyusunan modul biologi,
sedangkan pemanfaatan potensi wilayah atau sekolah merupakan salah satu
karakteristik Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau Kurikulum 2006. Untuk
itu, perlu dikembangkan modul biologi berbasis potensi lokal yang mengangkat potensi
sekolah atau wilayah beserta karakteristiknya yang relevan dengan kebutuhan
sumber belajar biologi dalam bentuk modul pembelajaran biologi sebagai
konskuensi implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau Kurikulum
2006. Penentuan satu potensi lokal di tiap wilayah atau sekolah yang
dipilih untuk disusun dalam bentuk modul pembelajaran didasarkan pada
fisibilitasnya dalam melakukan eksplorasi agar bisa fokus ke persoalan yang
dipelajari sehingga modul yang dihasilkan bisa menampilkan informasi secara
lengkap dari satu potensi.