BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keberadaan hewan-hewan di muka bumi sangat beragam. Keberagaman inilah yang hendaknya dipelajari sebagai objek yang diharapkan dapat diambil fungsi dan manfaatnya bagi kelangsungan hidup manusia, salah satunya adalah Echinodermata. Echinodermata berasal dari kata Yunani: Echinos = duri, derma = kulit; berarti hewan yang kulitnya berduri. Kelompok hewan ini meliputi: Bintang Laut (Kelas Asteroidea), Bintang Ular (Kelas Ophiuroidea), Landak Laut (Kelas Echinoidea), Lilia Laut (Kelas Crinoidea), dan Mentimun Laut atau Tripang (Kelas Holothuroidea), di samping beberapa Kelas yang telah punah. Hampir semua bersifat simetri radial ketika dewasa, dan pada umumnya mempunyai kerangka dalam bersifat kapur dengan spina-spina.
Nama Echinodermata dimunculkan pertama kali oleh Jacob Klein pada tahun 1734. Echinodermata merupakan hewan Laut yang hidup di pantai, tetapi kebanyakan di dasar Laut. Hewan-hewan yang termasuk Echinodermata adalah hewan coelomata dengan simetri radial pentamerous, dimana tubuh dapat dibagi menjadi 5 bagian tersusun mengelilingi sumbu pusat, tetapi larvanya simetri bilateral. Tidak mempunyai kepala. Memiliki endoskeleton berupa ossikula kalkareus, terbentuk dari mesodermis; ter¬dapat juga spina eksternal yang dapat digerakkan atau tidak. Ada sebuah coelom besar bersifat enterocoelous bersilia membentuk ruangan perivis¬ceral dan beberapa sistem berbelit-belit, satu diantaranya disebut sistem pembuluh air yang dibangun dari kaki tabung yang halus.
Organ respi¬rasinya berupa insang kecil yang menyembul dari coelom. Tidak ada sistem pembuluh darah yang khusus, hanya diwakili oleh jaringan lacunar; tidak ada organ ekskresi. Sistem saraf berbentuk sebuah cincin di sekeliling mulut dengan saraf-saraf yang menyebar dari bentukan cincin tersebut. Ini adalah sistem saraf utama dan berhubungan dengan ectoderm, terdapat pula sistem saraf yang lebih dalam terletak di dalam mesodermis. Seks (kelaminnya) terpisah, kelenjar kelamin memancarkan sel kelamin ke luar dan fertilisasinya terjadi di luar tubuh, di dalam air laut. Echinodermata tidak mempunyai anggota yang bersifat parasitik. Echinodermata memiliki kemampuan besar untuk regenerasi (Kastawi, 2005).
Echinodermata, penyebarannya sangat luas dan filum ini terdiri atas 5.300 species dan sejumlah besar berupa fosil. Filum Echinodermata dibagi menjadi dua subFilum yaitu Pelmatozoa dan Eleutherozoa. Pelmatozoa memiliki hanya satu kelas yang masih hidup, yaitu Kelas Crinoidea, sedangkan Eleutherozoa beranggotakan 4 kelas yang masih hidup yaitu: Holothuroidea, Echinoidea, Asteroidea, dan Ophiuroidea. Dalam makalah ini, penulis akan menguraikan Echinodermata lebih jelas dan terperinci.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa ciri-ciri umum Echinodermata ?
2. Bagaimana anatomi Echinodermata?
3. Bagaimana fisiologi Echinodermata ?
4. Di manakah habitat Echinodermata ?
5. Bagaimana klasifikasi dari Echinodermata ?
6. Apa peran Echinodermata ?
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui ciri-ciri umum Echinodermata.
2. Mahasiswa dapat mengetahui anatomi Echinodermata.
3. Mahasiswa dapat mengetahui fisiologi Echinodermata.
4. Mahasiswa dapat mengetahui habitat Echinodermata.
5. Mahasiswa dapat mengetahui klasifikasi dari Echinodermata.
6. Mahasiswa dapat mengetahui peran dari Echinodermata.
1.4 Manfaat
1. Menambah wawasan tentang ciri-ciri umum, habitat, ekologi dan klasifikasi Echinodermata.
2. Memberi pengetahuan tentang morfologi dan anatomi serta fisiologi Echinodermata.
3. Memberi pengetahuan tentang peranan Echinodermata.
1.5 Batasan Masalah
Agar pembahasan lebih terfokus pada masalah, maka akan dibatasi ruang lingkup masalahnya, yaitu makalah ini hanya membahas Echinodermata dan lingkungan yang mendukung kehidupannya.
BAB II
PEMBAHASAN
Filum Echinodermata (dari bahasa Yunani untuk kulit berduri) adalah sebuah filum hewan laut yang mencakup bintang laut, Teripang, dan beberapa kerabatnya. Kelompok hewan ini ditemukan di hampir semua kedalaman laut. Filum ini muncul di periode Kambrium awal dan terdiri dari 7.000 spesies yang masih hidup dan 13.000 spesies yang sudah punah (Anonim, 2009).
Gambar 2.1 Contoh Echinodermata
www.emc.maricopa.edu/.../BioBookDiversity_9.html
2.1 CIRI-CIRI UMUM ECHINODERMATA
Echinodermata adalah semata-mata hewan Laut dan berada di antara hewan laut pada umumnya dan distribusinya yang luas, dijumpai di semua laut dari zona intertidal sampai laut yang sangat dalam. Tubuh, umumnya radial simetri, hampir selalu pentamerous.
Gambar 2.2 Bentukan Pentamerous dari Echinodermata
http://www.tyrrellmuseum.com/tour/crinoid.jpg
Tubuhnya triplo¬blastis, coelomata dengan permukaan oral dan aboral yang jelas; tanpa kepala dan tidak bersegmen. Ukuran tubuhnya sedang sampai besar tetapi tidak ada yang mikroskopis. Bentuk tubuh bundar sampai silindris atau bentuk bintang dengan tangan sederhana yang tersebar dari diskus sentral atau tangan-tangan bercabang-cabang seperti bulu muncul dari tubuh sentral. Permukaan tubuh agak halus, tertutup oleh 5 ruangan secara simetri memancar berupa alur berlekuk yang disebut ambulacra diselingi 5 inter-radii atau inter-ambulacra.
Dinding tubuh terdiri atas epidermis di sebelah luar, dermis di tengah dan di sebelah dalam adalah peritoneum. Endoskeleton tersusun dari lempengan-lempengan yang membentuk cangkang, biasanya disebut theca atau test atau mungkin disusun dari ossikula-ossikula kecil yang terpisah.
Gambar 2.3 Endoskeleton
http://www.weblync.com/ccbeach/
Coelom dibatasi oleh peritoneum dan ditempati oleh sistem pencernaan makanan dan sistem reproduksi. Mempunyai pembuluh air atau sistem ambulakral yang merupakan ciri pada umumnya, terbuat dari tabung-tabung berisi cairan. Saluran makanan biasanya berupa tabung melingkar membentang dari mulut di permukaan oral sampai dengan anus pada permukaan aboral atau permukaan oral. Sistem sirkulasi atau sistem haemal atau sistem darah lacunar adalah spesifik. Respirasi terjadi melalui struktur bervariasi, misalnya: dengan papula pada bintang Laut, insang peristomial pada landak Laut, bursa genital pada bintang ular Laut, pohon respirasi kloakal pada mentimun Laut. Sistem ekskresi tidak ada. Sistem saraf adalah primitif, terdiri atas jaringan seperti jala terkonsentrasi di dalam tali-tali saraf ganglion secara radial. Organ-organ sensorik kurang berkembang. Seks biasanya terpisah (dioecious) dengan beberapa perkecualian. Kelenjar kelamin sederhana dengan atau tanpa saluran sederhana. Reproduksi biasanya seksual, beberapa berkembang biak secara aseksual atau regenerasi. Fertilisasinya eksternal, sedangkan beberapa Echinodermata ada yang vivipar. Perkembangan larva khas yang mengalami metamorfosis menjadi dewasa yang bersifat simetri radial (Kastawi, 2005).
2.2 ANATOMI ECHINODERMATA
Permukaan Echinodermata umumnya berduri, baik itu pendek tumpul atau runcing panjang. Duri berpangkal pada suatu lempeng kalsium karbonat yang disebut testa. Sistem saluran air dalam rongga tubuhnya disebut ambulakral. Ambulakral berfungsi untuk mengatur pergerakan bagian yang menjulur keluar tubuh, yaitu kaki ambulakral atau kaki tabung ambulakral. Kaki ambulakral memiliki alat isap.sistem pencernaan terdiri dari mulut, esofagus, lambung, usus, dan anus. Sistem ekskresi tidak ada. Pertukaran gas terjadi melalui insang kecil yang merupakan pemanjangan kulit. Sistem sirkulasi belum berkembang baik. Echinodermata melakukan respirasi dan makan pada selom. Sistem saraf Echinodermata terdiri dari cincin pusat saraf dan cabang saraf. Echinodermata tidak memiliki otak. Untuk reproduksi Echinodermata ada yang bersifat hermafrodit dan dioseus. Untuk mempelajari anatomi hewan echinodermata, diambil contoh bintang Laut (Asterias). Tubuh bintang Laut berbentuk bintang, terdiri atas satu diskus sentralis dan lima radii. Dataran yang biasanya di sebelah bawah di mana terdapat mulut atau actinostoma disebut dataran oral, sedangkan di sebelah atas disebut aboral (Guru, 2008).
Skeleton terdiri atas lamina (ossikula) yang tersusun rapat. Lamina terletak di antara 2 lapisan jaringan pengikat di dalam dinding tubuh. Di antara ossikula terdapat serabut-serabut otot, dan pori-pori yang disebut pori dermal. Pada bagian aboral, pada ossikula berpangkal spina; di antara spina, ada yang dapat digerakkan.
Pada beberapa genus, jumlah lengan mungkin lebih dari lima, sebagai contoh terdapat 7-14 lengan pada Solaster dan lebih dari 40 lengan pada Heliaster. Ukurannya bervariasi dari diameter 10-20 cm; namun beberapa ada yang lebih pendek atau lebih panjang. Warnanya bervariasi: kuning, orange, coklat, dan ungu. Tubuhnya mempunyai dua permukaan, bagian atas convex (cembung) dan lebih gelap disebut permukaan aboral atau permukaan abactinal. Permukaan bawah adalah datar, lebih cerah disebut permukaan oral atau permukaan actinal. Permukaan oral dan aboral bukan permukaan ventral dan dorsal tetapi berhubungan dengan sisi kanan dan kiri dari larva yang simetri bilateral. Sumbu-sumbu diisi oleh lengan¬-lengan yang dikenal sebagai radii dan daerah diskus sentral terletak di antara lengan-lengan inter-radii. Tidak mempunyai kepala (Kastawi, 2005).
2.2.1 Permukaan Oral
Sisi tubuh yang menghadap substrat terdiri atas mulut atau lubang oral, datar dan berwarna orange gelap sampai keunguan, disebut per¬mukaan oral atau actinal. Pada permukaan oral terdapat bentukan¬bentukan berikut:
1. Mulut: pada permukaan oral, di tengah dari diskus central yang pen¬tagonal adalah berupa lubang yang disebut actinosome atau mulut. Dia adalah sebuah Lubang pentagonal dengan lima sudut, masing-masing dihubungkan ke arah lengan. Mulut dikelilingi oleh membran yang lunak atau lembut disebut membran peristomial atau pristome dan dilindungi oleh lima kelompok duri-duri oral atau papilla-papilla mulut.
Gambar 2.4 Mulut Echinodermata
siera104.com/bio/echin.html
2. Celah ambulakral: dari masing-masing sudut mulut memancar sebuah alur sempit disebut celah ambulakral yang berjalan sepanjang tengah-¬tengah dari permukaan oral dari masing-masing lengan.
3. Kaki tabung atau podia: masing-masing celah ambulakral terdiri atas 4 baris kaki tabung atau podia yang berfungsi untuk pergerakan, penang¬kapan makanan, organ-organ respirasi dan sensori. Kaki tabung adalah lunak, berdinding tipis, berbentuk tabung, berstruktur retractile (dapat ditarik masuk), dilengkapi dengan diskus terminal atau batil pengisap. Fungsi batil pengisap sebagai mangkok penghisap melekatkan diri pada permukaan substrat.
4. Duri-duri ambulakral: masing-masing celah ambulakral dilindungi oleh 2 atau 3 baris duri ambulakral (kalkareus) di bagian lateralnya yang dapat digerakkan dan dapat menutup celah. Dekat mulut, duri-duri ini selalu menjadi lebih besar, kuat berkumpul dalam lima kelompok, satu pada masing-masing inter-radius dari diskus dan disebut papilla mulut. Di luar duri ambulakral ada tiga baris duri yang tidak dapat digerakkan.
5. Organ-organ sensoris: organ-organ sensoris termasuk lima tentakel-¬tentakel terminal yang tidak berpasangan dan lima bintik mata yang tidak berpasangan. Ujung dari masing-masing lengan menunjang satu median kecil, non-retractile, disebut tentakel terminal; berfungsi sebagai organ tactile dan olfactori. Di dasar masing-masing tentakel terdapat bintik mata yang sensitif terhadap cahaya merah terang dibentuk dari beberapa ocelli (Kastawi, 2005).
2.2.2 Permukaan Aboral
Sisi tubuh yang menghadap ke atas, adalah cembung dan berwarna orange terang sampai keungu-unguan disebut permukaan aboral atau abactinal. Pada permukaan aboral terdapat bentukan-bentukan berikut:
1. Anus: suatu lubang kecil disebut anus, terletak di dekat pusat diskus sentral dari permukaan aboral.
Gambar 2.5 Anus pada Echinodermata (Bintang Laut)
125.163.204.22/.../biologi/MO_78/bio111_45.htm
2. Madreporit: pada permukaan aboral dari diskus sentral, datar, sub-¬circular, lempengan asimetris dan beralur disebut lempengan madre¬porit atau madreporit terletak diantara dua dari lima lengan. Permu¬kaan madreporit ditandai oleh sejumlah alur menjari, sempit berombak, ramping atau lurus dengan lubang-lubang padanya. Madreporit merupakan lempengan berlubang-lubang seperti ayakan ¬dan menuju saluran batu dari sistem vaskular (sistem pembuluh air).
Jumlah madreporit setiap individu meskipun umumnya satu, tetapi ada yang memiliki lebih dari satu pada beberapa species untuk menambah jumlah lengan melebihi jumlah normal dari lima. Dua lengan mempunyai madreporit di antara dasar-dasarnya secara bersama-sama disebut sebagai bivium dan tiga lengan yang lain sebagai trivium. Posisi asimetris dari madreporit, kemudian, mengubah simetri radial menjadi simetri bilateral pada Asterias
3. Duri-duri: seluruh permukaan aboral ditutup oleh sejumlah duri-duri atau tubercle kalkareus yang pendek, keras, tumpul. Duri-duri bervariasi dalam ukuran dan tersusun dalam barisan yang tidak teratur berjalan paralel sampai sepanjang sumbu dari lengan-lengan. Duri-duri diperkuat oleh lempeng-lempeng kalkareus berbentuk tidak teratur atau ossicle-ossicle yang terpendam di dalam integument dan membentuk endoskeleton.
4. Papulae atau insang: antara ossicle dari integument ada sejumlah besar lubang-lubang dermal yang kecil. Melalui masing-masing lubang der¬mal menyembul suatu sangat kecil, halus, berbentuk tabung atau kerucut, seperti jari atau seperti benang, berdinding tipis, bersifat membran dan bersifat retractile disebut branchia derma atau insang atau papula. Papula merupakan pelekukan dari dinding tubuh, dibatasi oleh epithelium coelomic, berfungsi respiratori dan ekskretori.
5. Pedicellaria: di samping duri-duri dan insang-insang seluruh permukaan aboral ditutupi oleh rahang-rahang atau supit-supit sangat kecil seperti duri berwarna keputihan disebut pedicellaria. Permukaan oral juga terdapat pedicellaria. Masing-masing pedicellaria terdiri atas bentukan panjang atau pendek, kuat, tangkai fleksibel tidak ditunjang oleh kalkareus internal. Tangkai mempunyai tiga ossicle kalkareus atau lempeng-lempeng kalkareus (Kastawi, 2005).
2.3 FISIOLOGI ECHINODERMATA
Pembahasan tentang fisiologi bagi kelompok hewan Echinodermata meliputi berbagai sistem. Berikut ini dijelaskan berturut-turut sistem: ambulakral, respirasi, pencernaan makanan, sirkulasi, ekskresi, saraf, dan reproduksi (Kastawi, 2005).
2.3.1 Sistem Ambulakral
Sistem ambulakral terdiri atas: canalis circumoralis / ring canal, canalis radialis/radial canal, canalis madreporicus/stone canal, ampulla dan podia/tube foot.
Canalis circumoralis ialah suatu pipa yang melingkari mulut, di sebelah permukaan oral dari skeleton. la mempercabangkan lima canalis radialis, yang masing-masing berjalan di dalam sulcus ambulacralis. Tiap canalis radialis pada ujung radius bagian oral berakhir sebagai tentakel. Melalui tiap porus ambulacralis berjalan suatu pipa yang menghubungkan suatu kantong yang disebut ampulla yang terdapat di dalam radius dengan satu pipa yang berakhir buntu. Bentukan yang terdapat di dalam sulcus ambulacralis disebut podium. Tiap pipa penghubung ampulla dengan podium berhubungan dengan satu canalis radialis.
Gambar 2.6 Sistem Ambulakral
www.esu.edu/.../starfish_diagr_water_vasc.html
Di dalam dinding ampulla terdapat serabut-serabut otot melingkar. Bila serabut otot ini berkontraksi, ampulla mengecil, dan air yang ada di dalamnya dialirkan ke dalam podium, sehingga podium memanjang. Di dalam dinding podium terdapat serabut-serabut otot longitudinal. Jika serabut-serabut otot tersebut berkontraksi, podium memendek dan air yang ada di dalamnya dialirkan ke dalam ampulla, sehingga ampulla membesar. Pada ujung podium terdapat batil pengisap.
Kecuali canalis radialis, canalis circumoralis mempercabangkan juga satu canalis madreporicus. Canalis ini dipercabangkan inter-radial dan menuju ke aboral untuk berakhir pada madreporit. Di sini is bermuara ke luar melalui lubang-lubang yang ada di dalam madreporit (Kastawi, 2005).
2.3.2 Sistem Respirasi
Organ respirasi pada Asterias adalah insang, atau papula dan kaki tabung. Papula merupakan organ respirasi yang utama. Mereka adalah sederhana, kontraktil, transparan, hasil pertumbuhan dari dinding tubuh pada permukaan aboral mempunyai epithelium bersilia pada permukaan sebelah luar dan sebelah dalamnya. Itu merupakan derivat atau perubahan lanjut dari coelom dan sisa lumennya berhubungan langsung dengan coelom.
Gambar 2.7 Bagian Dalam Echinodermata
jb004.k12.sd.us/MY%20WEBSITE%20INFO/BIOLOGY%2...
Pertukaran O2 dan CO2 terjadi di antara air laut dan cairan tubuh dari insang-insangnya. Silia pada epithelium mempunyai peranan vital dalam menggerakkan cairan coelom dan dalam menciptakan air untuk pernapasan keluar masuk di dalam air taut. Di samping dindingnya tipis, kaya akan percabangan dan bagian-bagian tubuh lembab, juga bertindak sebagai organ-organ respirasi (Kastawi, 2005).
2.3.3 Sistem Pencernaan Makanan
Tractus digestivus (saluran pencernaan makanan) dimulai dari mulut yang berbentuk pentagonal yang disebut actinostoma. Tract-us digestivus terdiri atas peristoma, esofagus, ventrikulus, intestinum, berakhir pada anus. Esofagus merupakan pipa pendek, sedangkan ventrikulus terbagi dalam pars cardiaca dan pars pylorica. Pars cardiaca terdiri atas 5 lobi, tiap lobus menonjol ke dalam radius. Pars pylorica pendek dan berbentuk pentagonal. Pada tiap sudut ada lanjutan yang kemudian bercabang dua yaitu: sepasang ceca pylorica dan satu caecum pyloricum bercabang-cabang lagi. Mereka mengandung kelenjar pencernaan makanan. Sepasang caeca pylorica menonjol ke dalam satu radius. Intestin juga pendek dan mem¬punyai lima pasang caeca intestinalia yang pendek yang terletak inter¬radial. Anus bermuara pada bagian aboral diskus (Kastawi, 2005).
2.3.4 Sistem Sirkulasi
Pada Asterias tidak ada sistem sirkulasi yang sebenarnya; namun demikian, sistem yang dapat merespon peredaran makanan ke berbagai organ tubuh sering disebut sistem sirkulasi. Sistem sirkulasi terdiri atas (a) sistem perihemalis dan (b) sistem hemalis.
Sistem perihemalis terdiri atas: sinus perihemalis circumoralis, sinus perihemalis radialis, sinus axialis, sinus perihemalis aboralis. Sinus perihe¬malis circumoralis terdapat oral dari canalis circumoralis. Sinus perihe¬malis radialis bejalan oral dari canalis radialis dan dipercabangkan oleh sinus perihemalis circumoralis. Circum axialis berjalan bersama dengan canalis madreporicus ke arah aboral dan dipercabangkan oleh sinus perihemalis circumoralis. Sinus axialis bermuara ke dalam sinus perihe¬malis aboralis yang berjalan melingkar dekat bagian aboral di sebelah dalam dari skeleton. Sebagai lanjutan dari sinus axialis ada pipa yang bermuara ke luar melalui suatu lubang di dalam madreporit. Pada dinding pipa-pipa baik dari sistem ambulakral maupun sistem perihemalis ber¬pangkal cilia.
Sistem hemalis atau sistem lacunar tersusun atas jaringan pengikat gelatinosa yang berongga-rongga (lacuna) dengan banyak leucocyt. la terdiri atas: sistem lacunare circumoralis, funiculus radialis, organ axialis, rachis genitalis serta cabang-cabangnya. Sistem lacunar circumoralis terda¬pat di dalam sinus perihemalis circumoralis dan membaginya dalam pars eksterna dan pars interna. Sinus axialis merupakan lanjutan dari pars interna. Funiculus radialis terdapat di dalam sinus perihemalis radialis dan membaginya dalam dua bagian.
Organ axialis berjalan bersama dengan sinus axialis dan canalis madreporicus ke arah aboral. Di daerah aboral is berhubungan dengan rachis genitalis yang merupakan lingkaran. Rachis genitalis memberi lima pasang cabang, masing-masing cabang berakhir pada gonade (Kastawi, 2005).
2.3.5 Sistem Ekskresi
Asterias tidak memiliki organ-organ ekskretori khusus. Sisa ekskrctori metabolik yang mengandung nitrogen biasanya berisi senyawa amonium. Sampah-sampah tersebut akan diambil oleh amoebocyte (sel-sel amoeboid ) dan dibuang (secara diffusi) melalui dermal branchia. Caecum intestin dan kaki tabung dapat pula berfungsi sebagai tempat pengeluaran sisa-sisa metabolisme. Mereka melalui berbagai jaringan sampai ke cairan coelom dan dari sini kemudian berdiffusi melalui dinding-dinding yang tipis dari caeca rectal, kaki tabung dan insang. Coelomocyte mempunyai peran nyata di dalam pengeluaran sisa-sisa ekskretori dari coelom (Kastawi, 2005).
2.3.6 Sistem Saraf
Sistem saraf pada Asterias adalah sederhana dan tipe primitif. Dia dibentuk dari serabut saraf dan jaring saraf yang berhubungan erat dengan epidermis. Sistem saraf terdiri dari 4 unit yang terdapat pada level berbeda di dalam diskus dan lengan (Kastawi, 2005).
2.3.6.1 Sistem Saraf Oral atau Ectoneural atau Epidermis Sistem saraf oral mempunyai bagian-bagian:
1. Cincin saraf: cincin saraf berbentuk segi lima (pentagonal) dan circum¬oral, yakni terdapat di sekitar mulut di dalam membran peristomial. Cincin ini mensuplai serabut saraf ke membran peristomial dan esofagus, dan pada masing-masing radius mengeluarkan satu saraf radial.
2. Saraf radial: cincin saraf mengeluarkan 5 saraf radial, masing-masing menuju sepanjang lengan di dasar alur ambulakral. Masing-masing saraf radial berakhir sebagai bantalan sensori pada sisi aboral dari tentakel terminal. Penampang melintang dari lengan tampak bahwa saraf radial adalah suatu massa tebal berbentuk -V berlanjut pada sisi sebelah luarnya dengan epidermis, dan berpisah pada sisi sebelah dalamnya dari sinus hyponeural, hanya oleh satu dermis tipis dan epithelium coelomic. Saraf radial terdiri atas fibrillae tersusun dalam lapisan-lapisan dan diselingi dengan sel-sel ganglion multipolar dan bipolar.
3. Saraf subepidermal kompleks: adalah suatu jaringan luas dari sel-saraf dan .serabut-serabut saraf, tertanam di dalam epidermis di atas permukaan tubuh, termasuk insang dan pedikelaria, dan sebagainya. Saraf ini dihubungkan dengan tali saraf radial oleh serabut-serabut saraf. Subepidermal nerve-plexus yang menebal ke satu tali dan membentuk (1) dua saraf marginal, masing-masing mengembang sepanjang lengan pada masing-masing sisi dan mengeluarkan sederetan saraf motor lateral yang mensupali ossicle, otot, epithelium coelomic; dan (2) sebuah cincin saraf di dalam alat pengisap masing¬masing kaki tabung.
Sistem saraf oral (ectoneural) bertindak sebagai Sistem saraf sentral pada Asterias. Sistem ini memiliki neuron-neuron sensor dan motor (Kastawi, 2005).
2.3.6.2 Sistem Saraf Dalam atau Hyponeural
Sistem saraf hyponeural terjadi di dalam bentuk lapisan saraf di lagian lateral dari dinding oral dari sinus hyponeural, berada di dalam epithelium coelomic. Lapisan saraf ini disebut "saraf Lange" (Lange's nerve). Lapisan tersebut dipisahkan dari bagian lateral dari saraf radial hanya oleh satu lapis tipis dari jaringan dermal connective. Saraf Lange melanjutkan ke daerah peristomial, di mana dia membentuk lima inter¬radial yang menebal di bagian dasar dari sinus cincin yang terletak di aboral sampai cincin saraf utama (Kastawi, 2005).
2.3.6.3 Sistem Saraf Aboral atau Coelomic
Sistem saraf ini berada di bagian luar dari peritoneum parietal pada sisi aboral; terdiri atas sebuah cincin saraf di diskus sentral dan sebuah saraf pada masing-masing lengan. Sistem ini dihubungan dengan saraf marginal oleh serabut saraf. Sistem ini menginnervasi otot tubuh dari sisi aboral dan berfungsi motorik (Kastawi, 2005).
2.3.6.4 Sistem Saraf Visceral
Sistem saraf visceral terdapat di dinding usus, sebelah luar epithelium usus. Sistem ini nienginnervasi otot saluran pencernaan makanan dan dihubungkan dengan reseptor visceral (Kastawi, 2005).
10.3.7.1 Organ sensorik
Asterias mempunyai beberapa organ sensorik primitif sebagi berikut:
10.3.7.1.1 Mata
Mata adalah organ sensorik yang paling signifikan pada Asterias. Mata sederhana, berpigmen dan terdapat di dasar tentakel terminal. Pada per¬mukaan oral, pada dasar masing-masing tentakel terminal terdapat bantalan optic, tersusun dari epidermis tebal dengan beberapa fotoreseptor atau mangkok ocelli berpigmen. Masing-masing ocellus berupa kantong ektodermis berbentuk mangkok atau seperti corong. Ditutup secara eksternal oleh kutikula yang ditemukan pada beberapa spesies satu lensa dibentuk oleh epidermis. Dinding dari mangkuk terdiri atas sel-sel epidermis, yang berubah menjadi lebih pendek, kuat dan berisi butir-butir pigmen dan sel-sel retina. Sel-sel retina merupakan sel-sel memanjang dengan bagian distal berbentuk bulat menonjol ke ruang mangkok, dan sebuah serabut saraf proximal melewatinya sampai ke bagian dasar saraf radial. Jumlah ocelli dalam satu optic atau bantalan atau mata berkisar antara 80-200. Ocelli adalah organ penerima cahaya yang dapat mendeteksi perubahan intensitas cahaya (Kastawi, 2005).
10.3.7.2 Tentakel Terminal
Tentakel terminal mempunyai sel-sel sensorik yang tactile dan juga sensitif terhadap makanan dan rangsangan kimiawi yang lain (Kastawi, 2005).
10.3.7.3 Sel-sel Neurosensori
Seluruh perrnukaan tubuh atau epidermis Asterias dilewati oleh bebe¬rapa sel neurosensori yang bertindak sebagai tangoreseptor dan chemo¬reseptor. Sel-sel neurosensori berupa sel-sel ramping, dengan bentuk gelendong berisi nukleus, utamanya terdapat pada batil pengisap dari podia, pada bagian dasar spina, pedikelaria, dan tentakel terminal (Kastawi, 2005).
10.3.8 Sistem Reproduksi
Kebanyakan spesies dari Asterias adalah dioecious, yaitu seks terpisah kecuali beberapa spesies seperti Asterias rubeus yang hermafrodit. Tidak ada tanda dimorfisme seksual, tetapi selama musim perkembangbiakan, mungkin terjadi perbedaan warna antara keduanya. Organ-organ repro¬duksi dari Asterias adalah tipe primitif dan tidak ada organ-organ kopulasi, kelenjar asesori, reseptakel untuk penyediaan ovum dan reservoir untuk penyediaan sperma matang. Hanya ada gonad-gonad yang bertindak sebagai organ-organ reproduktif.
Kelenjar kelamin jantan adalah testis dan kelenjar betina adalah ovarium. Masing-masing individu jantan dan betina masak secara seksual berisi 5 pasang testes atau ovarium, satu pasang terletak bebas secara lateral di bagian proximal dari masing-masing lengan antara pyloric caeaca dan ampula. Testis dan ovarium sama secara morfologis. Masing-masing gonad tampak memanjang seperti bulu atau kumpulan pipa atau pembuluh atau segerombolan buah anggur, di mana ukurannya bervariasi menurut dekatnya waktu bertelur. Pada fase dewasa gonad-gonad menempati seluruh ruangan perivisceral. Ujung proksimal dari masing-masing gonad menempel pada dinding tubuh aboral dekat septum interbranchialis oleh saluran gonad (gonoduct) yang sangat pendek yang bersilia dan terbuka melalui lubang kecil yang disebut gonopore pada permukaan aboral hampir pada sudut dari 2 lengan yang berdekatan.
Masing-masing gonad terlindung di dalam kantong genital dengan dinding otot dan serabut-serabut jaringan penghubung, ditutup dengan peritoneum. Kantong genital ini menjadi lebih besar dibandingkan genital atau sinus coelomic aboral. Sperma dan ovum yang matang disemprotkan oleh Asterias jantan dan betina berturut-turut ke dalam air. Pembebasan sel-sel kelamin dari gonad diatur oleh sekresi neurohormon (Kastawi, 2005).
10.3.8.1 Fertilisasi
Echinodermata bersifat dioseus bersaluran reproduksi sederhana. Fertilisasi berlangsung secara eksternal. Zigot berkembang menjadi larva yang simetris bilateral bersilia.Hewan ini juga dapat beregenerasi (Guru, 2008).
Kebanyakan spesies dari Asterias mengalami hanya satu musim perkembangbiakan dalam satu tahun. Selama musim perkembangbiakan, kedua tipe dari seks matang menumpahkan sel-sel kelamin di laut dan pembuahan antara sel kelamin jantan dan betina atau gamete (sperma dan ovum) terjadi di air Taut. Jadi fertilisasi pada Asterias terjadi secara eksternal (Kastawi, 2005).
2.4 HABITAT ECHINODERMATA
Echinodermata merupakan hewan yang hidup bebas.Makanannya adalah kerang, plankton, dan organisme yang mati.Habitatnya di dasar air laut, di daerah pantai hingga laut dalam (Guru, 2008).
Gambar 2.8 Echinodermata dan Habitatnya (Laut)
http://animaldiversity.ummz.umich.edu/index.html
Asterias adalah hewan laut, tinggal di dasar atau hewan benthonic, mendiami bervariasi tipe dasar, umumnya di zona littoral di mana mereka bergerak merayap atau mungkin diam sekali waktu. Salah satu di tempat terbuka atau kurang tersembunyi, atau lebih tersembunyi. Asterias forbesi ditemukan bersama-sama berlimpah pada permukaan yang keras, berbatu, berpasir atau di dasar yang lunak, sedangkan spesies yang lain ditemukan berada di dasar laut yang berbatu. Kebanyakan spesies dari Asterias umumnya soliter tetapi di bawah kondisi ekologi tertentu, semacam untuk menghindari sinar matahari langsung atau pengeringan yang berlebihan, beberapa individu mengumpul pada tempat yang sama untuk pertahanan. Kebanyakan dari mereka adalah nokturnal, sisanya di siang hari dan menjadi aktif di malam hari. Bergerak dengan merayap di atas dasar substrat, kebanyakan dalam kecepatan agak lambat. Semua bintang laut karnivora dan makan dengan rakus beberapa hewan yang bergerak lambat atau hewan sessile, utamanya Polychaeta, Crustacea, Mollusca dan Echinodermata lain dan bangkai. Beberapa spesies dari Asterias menun¬jukkan variasi tipe hubungan biologi seperti parasitisme dan komensa¬lisme, dan sebagainya. Misalnya dengan menjadi anggota kelompok-¬kelompok zoologi yang berbeda. Bintang laut pada umumnya menun-jukkan kemampuan luar biasa untuk autotomi atau regenerasI (Kastawi, 2005).
2.5 KLASIFIKASI ECHINODERMATA
Klasifikasi berikut ini diadopsi dari Hyman, L.H. (1955). Uraiannya dikhususkan hanya pada kelas-kelas dan ordo-ordo yang masih hidup. Filum Echinodermata dibagi menjadi 2 subFilum yaitu Pelniatozoa dan Eleutherozoa.
2.5.1 SubFilum 1. Pelmatozoa
Sebagian besar anggota subFilum ini sudah punah. Tubuh meng¬ikatkan diri pada substrat dengan permukaan aboral atau dengan sebuah tangkai aboral. Mulut dan anus terdapat pada permukaan oral. Organ-organ dalam terlindung di dalam kerangka/test kalkareus. Kaki tabung atau podia, terutama untuk menarik makanan, tetapi ada yang tidak mempunyai pengisap. Sistem saraf utama di bagian aboral. Pelmatozoa hanya mempunyai satu kelas yang masih hidup yaitu kelas Crinoidea (Kastawi, 2005) .
2.5.1.1 Kelas Crinoidea
Anggota dari kelas ini tidak bertangkai dan bergerak bebas, tubuh terdiri atas mangkuk aboral, disebut calyx dan penutup oral atau atap, disebut tegmen dan struktur kuat bercabang lima atau kelipatannya. T'angan-tangan dapat digerakkan, sederhana, umumnya bercabang-¬cabang, biasanya berjumlah 5 atau 10 dengan atau tanpa pinula. Lekuk ambulakral, terbuka dan memanjang sepanjang tangan dan pinnula-¬pinnula sampai ujung-ujungnya. Mempunyai madreporit, spina-spina dan pedicellaria. Seks terpisah. Larva disebut doliolaria. Kelas ini hanya mempunyai satu ordo yaitu Articulata (Kastawi, 2005).
Gambar 2.9 Crinoidea
jb004.k12.sd.us/MY%20WEBSITE%20INFO/BIOLOGY%2...
Ordo Articulate
Ordo ini meliputi Crinoidea yang sudah punah dan yang masih hidup. Calyx bersifat pentamerous, fleksibel, lentur menyatu pada ossikula tangan-tangan yang lebih bawah. Tegmen kasar berisi partikel kalkareus atau lempeng-lempeng kecil. Mulut dan lekuk ambulakral tampak jelas (Kastawi, 2005).
2.5.2 SubFilum 2. Eleutherozoa
Kebanyakan anggota dari subFilum ini masih hidup. Batang atau tangkai tidak ada, biasanya hidup bebas. Struktur tubuh biasanya pentamerous. Permukaan oral terdapat mulut yang letaknya pada salah satu sisi. Anus, biasanya pada permukaan aboral. Lekuk ambulakral biasanya tidak untuk mengumpulkan makanan, dan kaki tabung dengan pengisap utamanya untuk organ lokomotori. Sistem saraf utama adalah oral. SubFilum ini meliputi 4 kelas yaitu: Holothuroidra, Echinoidea, Asteroidea, dan Ophiuroidea. Masing-masing kelas akan dijelaskan di bawah ini.
2.5.2.1 Kelas Holothuroidea
Tubuhnya simetri bilateral, biasanya memanjang atau dengan mulut terletak pada satu ujung dan anus terletak pada ujung yang lain. Permukaan tubuh kesat. Endoskeleton tereduksi berupa spikula berukuran mikroskopis atau lempeng-lempeng tertanam di dalam dinding tubuh. Mulut dikelilingi oleh sekumpulan tentakel. Podia atau kaki tabung biasanya ada dan berfungsi untuk pergerakan. Saluran pencernaan makanan berbentuk panjang dan berliku-liku dan kloaka biasanya dengan pohon respirasi. Jenis kelamin biasanya terpisah dan kelenjar kelamin berupa berkas tubulus tunggal atau berpasangan (Kastawi, 2005).
Gambar 2.10 Holothuroidea
http://animaldiversity.ummz.umich.edu/index.html
Ordo 1. Aspidochirota: memiliki beberapa podia atau kaki tabung. Mulut diikelilingi oleh 10-30 tentakel, kebanyakan 20 tentakel mulut yang bercabang-cabang. Otot-otot retractor dari pharynx tidak ada.
Terdapat sepasang pohon respirasi yang berkembang dengan baik.
Contoh: Stichopzts, Ivhsothuria, Holotkuria (Kastawi, 2005).
Ordo 2. Flasipoda: Banyak podia atau kaki tabung. Mulut biasanya di bagian ventral dan dikelilingi oleh 10-20 tentakel yang bercabailg-cabang. Tidak ada retractor oral dan tidak ada pohon respirasi.
Contoh: Deinui, Pcmthodytes (Kastawi, 2005).
Ordo 3. Denilrochirofa: Podia atau kaki tabung banyak. Tentakel oral dendritic atau bercabang-cabang seperti cabang-cabang pohon. Terdapat retractor oral. Ada pohon respirasi. Cotoh: Thyone, Phyllophorus, Cuciunnria (Kastawi, 2005).
Ordo 4. Molpadonia: Podia atau kaki tabung tidak ada kecuali sebagai papilla anal. Tentakel oral berbentuk jari. Tidak memiliki retraktor oral. Mempunyai pohon respirasi. Daerah posterior biasanya berbentuk lonjong sampai ke bagian caudal. Contoh: Molpadia, Paracatrdina (Kastawi, 2005).
Ordo 5. Apoda: Tubuh berbentuk cacing mempunyai permukaan hales atau berkutil. Podia atau kaki tabung tidak ada. Tentakel oral 10-20 buah, sederhana, bertipe digitate atau pinnate, mempunyai retractor pharyngeal, clan tidak memiliki pohon-pohon respirasi. Sistem pembuluh air tereduksi. Contoh: Synapta, Chirrdota (Kastawi, 2005).
2.5.2.2 Kelas Echinoidea
Tubuh berbentuk bola, seperti mangkuk, oval atau bentuk jantung. Tubuh tertutup oleh cangkang endoskeleton dari lempeng-lempeng kalkareus yang rapat, tertutup oleh spina-spina yang dapat digerakkan. Lempeng-lempeng kalkareus yang sebelah luar, dibedakan ke dalam 5 daerah ambulakral berseling dengan 5 daerah inter-ambulakral. Podia atau kaki tabung keluar dari lubang-lubang dari lempeng-lempeng ambulakral dan berfungsi untuk pergerakan. Mulut terletak di pusat permukaan oral yang dikelilingi oleh peristomium yang bersifat membran. Anus terletak di kutub aboral dan dikelilingi oleh periproct bersifat membran. Lekuk-lekuk ambulakral tidak ada. Pedicellaria bertangkai dan mempunyai 3 japit. Seks terpisah, kelenjar kelamin pentamerous. Perkembangbiakan meliputi larva echino-pluteus yang berenang bebas (Kastawi, 2005).
2.5.2.2.1 Subkelas I. Regularia
Tubuh membulat, kebanyakan sirkuler dan seringkali berbentuk oval. Simetrinya pentamerous dengan dua baris lempengan inter-ambulakral. Mulut di tengah-tengah berlokasi di permukaan oral dan dikelilingi oleh peristoma. Anus bersifat sentral terdapat di kutub aboral dikelilingi oleh periproct. Lentera Aristotle berkembang baik (Kastawi, 2005).
Ordo 1. Lepidocentroida: Kerangka (test) fleksibel dengan lempeng-lempeng terpisah atau tumpang tindih. Lempeng ambulakral berkelanjutan sampai ke bibir mulut. Contoh: Phormosoma, Sperosoma (Kastawi, 2005).
Ordo 2. Cidaroidea: Kerangka kaku dan membulat. Ada dua baris lempengan-lempengan panjang dan dua baris lempeng inter¬ambulakral. Lempeng ambulakral dan inter-ambulakral melanjutkan ke bibir mulut. Tidak ada insang. Terdapat lima organ Stewart seperti semak¬-semak. Contoh: Cidaris, Notocidaris (Kastawi, 2005).
Ordo 3. Atdndonta: Kerangka adalah simetri dan membulat; tersusun atas dua baris masing-masing di dalam satu lempeng ambulakral dan inter-ambulakral. Lempeng-lempeng ambulakral dan inter-ambulakral mencapai tepi peristoma. Mempunyai insang. Gigi dari lentera Aristotle tanpa lunas (keel). Contoh: Diodema, Astropyga (Kastawi, 2005).
Ordo 4. Camarodonta: Kerangkanya kaku dan agak oval. Epiphyses dari lentera meluas dan bertemu di atas pyramids. Gigi berlunas. Semua 4 tipe pedicellaria dimilikinya. Contoh: Echinus, Strongylocentrotus (Kastawi, 2005).
2.5.2.2.2 Subkelas II. Irregularia
Kerangka (test) kebanyakan datar oval sampai sirkuler. Simetrinya bilateral pada saat larva. Mulut terdapat di tengah-tengah permukaan oral. Anus terletak lebih posterior umumnya marginal pada permukaan oral atau aboral dan terletak di sisi luar sistem apikal dari lempeng-lempeng. Podia atau kaki tabung tidak untuk pergerakan (Kastawi, 2005).
Ordo 1. Clypeastroida: Test adalah berbentuk datar, oval atau membulat ditutup dengan duri-duri kecil. Mulut dan sistem apikal biasanya dalam posisi memusat dan oral. Daerah-daerah ambulakral aboral adalah petaloid. Ada lentera Aristotle. Tidak ada insang. Contoh: Clypeaster, Laganum (Kastawi, 2005).
Ordo 2. Spatangoida: Test adalah oval atau bentuk jantung. Daerah empat ambulakral aboral berbentuk petaloid, yang kelima tidak petaloid. Tidak mempunyai lentera Aristotle dan insang. Contoh: Sparangus, Lovenia, Echinocardium.
2.5.2.3 Kelas Asteroidea
Tubuhnya pipih, pentagonal atau berbentuk bintang. Permukaan oral dan aboral adalah jelas, permukaan oral menghadap ke bawah dan aboral menghadap ke atas. Lima sampai 50 lengan panjang atau pendek menyebar secara simetri dari sebuah diskus sentral. Mulut bertempat di bagian sentral dari permukaan-oral dikelilingi oleh peristoma yang bersifat membran. Anusnya kecil dan berlokasi di permukaan aboral. Ambulakral membentuk lekuk yang mencolok didukung dengan podia atau kaki tabung. Ambulakral membatasi permukaan oral yang membentang dari peristoma ke ujung-ujung lengan. Endoskeleton fleksibel, terbentuk dan ossikula yang terpisah. Pedikelaria-nya kecil, seperti duri yang dapat digerakkan. Respirasi dengan papula. Seks terpisah, gonad tersusun secara radial. Perkembangan larva termasuk larva bipinnaria atau brachiolaria (Kastawi, 2005).
Gambar 2.11 Asteroidea
http://www.tyrrellmuseum.com/tour/crinoid.jpg
Ordo 1. Phanerozonia: Lengan-lengan dilengkapi dengan dua baris lempeng-lempeng marginal yang mencolok. Lempeng oral adalah inframarginal dan lempeng aboral adalah supramarginal. Pedikelaria bertipe gelembung atau sessile. Podia atau kaki tabung tersusun dalam dua baris. Kerangka mulut berkembang baik dan bertipe ad-ambulakral. Contoh: Luidia, Astropecten, Archaster, Pentaceros (Kastawi, 2005).
Ordo 2. Spinulosa: Lengan-lengan umumnya tanpa lempeng marginal yang mencolok. Skeleton aboral adalah imbricated atau reticulated dengan duri tunggal atau kelompok duri. Pedikelaria jarang ada. Podia atau kaki tabung terdapat dalam dua baris dilengkapi dengan pengisap. Kerangka mulut bertipe ad-ambulakral. Ampula tunggal atau bercabang dua Contoh: Aesterina, Echinaster, Hymenaster, Solaster (Kastawi, 2005).
Ordo 3. Forcipulata: Lempeng marginal tidak mencolok atau tidak ada. Skeleton aboral kebanyakan reticulated dengan duri-duri yang mencolok. Pedikelaria bertipe pedunkulata dengan sebuah keping basal. Podia atau kaki tabung tersusun dalam 4 baris dan dilengkapi dengan pengisap. Papula pada kedua permukaan. Kerangka mulut bertipe ambulakral. Contoh: Brisingaster, Heliaster, Zoraster, Asterias (Kastawi, 2005).
2.5.2.4 Kelas Ophiuroidea
Tubuh pipih dengan diskus sentral bersegi lima atau bulat. Permukaan oral dan aboral adalah jelas. Lengan-lengan biasanya lima, ramping, halus atau berduri. Tidak memiliki lekuk ambulakral. Tidak punya anus dan intestine. Madreporit terdapat pada permukaan oral. Seks terpisah, gonade pentamerous. Perkembangan larva termasuk larva pluteus yang berenang bebas (Kastawi, 2005).
Gambar 2.12 Ophiuroidea
siera104.com/bio/echin.html
Ordo 1. Ophiurae: Lengan-lengan sederhana, kebanyakan ber¬jumlah lima. Ossikula lengan bersendi dengan lubang dan tonjolan. Diskus dan lengan biasanya ditutup oleh sisik-sisik atau perisai-perisai yang nyata. Duri-duri pada lengan menuju lateral dan dilanjutkan keluar atau ke atas dari ujung-ujung lengan, tidak ke bawah. Madreporit tunggal. Contoh: Ophioderma, Ophioscolex, Ophiolepie, Ophiothrix (Kastawi, 2005).
Ordo 2. Euryalae: Lengan-lengan sederhana atau bercabang panjang dan fleksibel, mampu membelit sekeliling benda dan menggu¬lungnya. Diskus dan lengan tanpa perisai atau kurang berkembang. Duri diteruskan ke bawah, selalu membentuk kait atau kumpulan berduri. Satu madreporit dalam setiap inter-radius. Contoh: Asteronyx, Astrophyton, Astroporpa (Kastawi, 2005).
2.5 PERANAN ECHINODERMATA
• Laut bisa bersih seperti sekarang ini antara lain merupakan jasa hewan Echinodermata. Hewan ini adalah pemakan bangkai, sisa-sisa hewan, dan kotoran hewan laut lainnya. Oleh karena itu hewan ini sering disebut sebagai hewan pembersih laut/pantai. Jenis hewan ini juga sering dijadikan sebagai barang hiasan/koleksi binatang laut yang indah (Hakiki, 2008).
• Banyak di antara anggotanya (filum echinodermata) yang berperan besar dalam ekosistem laut, terutama ekosistem litoral pantai berbatu, terumbu karang, perairan dangkal, dan palung laut. Spesies bintang laut Pisaster ochraceus misalnya, menjadi predator utama di ekosistem pantai berbatu di pesisir barat Amerika Utara, spesifiknya mengendalikan populasi tiram biru (Mytilus edulis)sehingga spesies yang lain dapat menghuni pantai tersebut dan bivalvia tersebut tidak mendominansi secara berlebihan. Contoh lain adalah Acanthaster planci yang memakan polip karang di perairan Indo-Pasifik. Kendati sering dianggap desktruktif, ada beberapa teori yang mengatakan bahwa A. planci sebenarnya adalah predator yang penting untuk ekosistem terumbu karang, sehingga terjadi rekruitmen karang baru yang menggantikan koloni-koloni tua, juga mengurangi tekanan kompetisi antara satu spesies karang dengan yang lain.
• Echinodermata dimanfaatkan oleh manusia sebagai berikut:
Makanan.Misalnya telur landak laut yang banyak dikonsumsi di Jepang dan keripik timun laut yang banyak dijual di Sidoarjo, Jawa Timur.
• Bahan penelitian mengenai fertilisasi dan perkembangan awal.Para ilmuwan biologi sering mengggunakan gamet dan embrio landak laut.
• Namun, bintang laut sering dianggap merugikan oleh pembudidaya tiram mutiara dan kerang laut karena merupakan predator hewan-hewan budidaya tersebut.
• Bulu babi dan landak laut bisa sangat merugikan bagi para turis yang ingin menikmati olahraga air, karena duri bulu babi dan landak laut yang beracun bisa menyebabkan kematian jika tidak ditangani secara cepat (Guru, 2008) .
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Bentuk tubuh Echinodermata ada yang seperti bintang, bulat, pipih, bulat memanjang, dan seperti tumbuhan. Tubuh terdiri dari bagian oral (yang memiliki mulut) dan Aboral (yang tidak memiliki mulut).
2. Permukaan Echinodermata umumnya berduri, baik itu pendek tumpul atau runcing panjang. Duri berpangkal pada suatu lempeng kalsium karbonat yang disebut testa. Sistem saluran air dalam rongga tubuhnya disebut ambulakral.
3. Duri berpangkal pada suatu lempeng kalsium karbonat yang disebut testa. Sistem saluran air dalam rongga tubuhnya disebut ambulakral. Ambulakral berfungsi untuk mengatur pergerakan bagian yang menjulur keluar tubuh, yaitu kaki ambulakral atau kaki tabung ambulakral. Kaki ambulakral memiliki alat isap.sistem pencernaan terdiri dari mulut, esofagus, lambung, usus, dan anus.Sistem ekskresi tidak ada. Pertukaran gas terjadi melalui insang kecil yang merupakan pemanjangan kulit. Sistem sirkulasi belum berkembang baik. Echinodermata melakukan respirasi dan makan pada selom. Sistem saraf Echinodermata terdiri dari cincin pusat saraf dan cabang saraf. Echinodermata tidak memiliki otak. Untuk reproduksi Echinodermata ada yang bersifat hermafrodit dan dioseus.
4. Echinodermata merupakan hewan yang hidup bebas.Makanannya adalah kerang, plankton, dan organisme yang mati. Habitatnya di dasar air laut, di daerah pantai hingga laut dalam.
5. Echinodermata dikelompokkan menjadi lima kelas, yaitu Asteroidea, Ophiuroidea, Echinoidea, Holothuroidea, dan Crinoidea.
3.2 Saran
1. Disarankan bagi kita agar selalu menjaga kelestarian Echinodermata karena sifatnya pada umumnya menguntungkan, yaitu sebagai bahan makanan, dan pembersih laut.
2. Disarankan agar kita sebagai mahasiswa tidak sembarangan membiakkan hewan yang termasuk dalam filum Echinodermata, seharusnya kita mengembalikan pada habitat aslinya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim a, 2010. Echinodermata. (Online),
http://animaldiversity.ummz.umich.edu/index.html, diakses 20 April 2010.
Gurungeblog. 2009. Echinodermata. (Online),
http://gurungeblog.wordpress.com/, diakses 20 April 2010.
Hakiki, Iman. 2008. Echinodermata. (Online),
http://hakikiblog.files.wordpress.com/2008/11/ Echinodermata, diakses 20 April 2010.
Jordan, E.L. dan Verma, P.S. 1983. Invertebrate Zoology. New Delhi: S.Chand & Company, Ltd.
Kastawi, Yusuf, dkk. 2005. Zoologi Avertebrata. UM Press: Malang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar