Sel
otot berkontraksi menurut prinsip all
or none (ya atau tidak sama sekali), yang berarti bahwa bila suatu sel
otot diberi stimulus, maka ia akan berkontraksi dengan kapasitas penuh, tanpa
tergantung pada kekuatan stimulus, asal kekuatan stimulus lebih besar atau sama
dengan stimulus ambang. Sedangkan stimulus bawah ambang (stimulus
subliminal) tidak akan memberikan respons sama sekali, artinya otot tidak
berkontraksi sama sekali. Begitulah konsep dasar fisiologi gerak.
Tapi ingat, ini masih dalam konteks sel otot saja. Sebab berbeda lagi
konsepnya dengan tingkatan yang lebih tinggi yaitu jaringan otot.
Ada
apa dengan prinsip kontraksi sel otot? Sebenarnya tidak ada masalah apa-apa
dengan prinsip tersebut. Hanya saja dia unik. All or None dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Ya atau tidak sama sekali seringkali
dibutuhkan untuk membangun sikap yang tegas, cerdas, dan lugas. Misalnya saja masalah
cinta. Jika cinta adalah sesuatu yang tidak dapat diukur, maka
benar saja jika kita tidak dapat mengontrolnya. Banyak orang berkata bahwa
cinta melumpuhkan logika. Memang. Tapi kelumpuhan logika bukan berarti logika
tidak dapat berjalan sama sekali. Tentu terdapat zone dimana kita masih bisa
berpikir. Nah, itu mungkin sisa logika yang belum lumpuh. Hehehe. Maka
pergunakan sisa logika tersebut semaksimal mungkin.
Jika
cinta terkesan bertele-tele, rumit, tidak saling terbuka, terlalu banyak alasan,
dan sebagainya, lalu dimana letak cinta tersebut?. Seringkali memang dalam
cinta sangat dibutuhkan ketegasan. “Pergilah menghadap Bapakku jika
benar-benar cinta, dan utarakan perasaanmu pada beliau, lalu utarakan
kelanjutan hubungan yang baik dan halal”. Ini mungkin sepele, tapi ini
adalah bentuk ketegasan dalam cinta. Sejatinya dalam segala hal, kita jangan
terlalu percaya tanpa adanya penyelidikan atau bukti. All or None !
Kita
tidak perlu khawatir dengan cinta. Jika kita selalu memperbaiki diri, maka yakinlah
akan datang seseorang yang datang dengan cinta yang tulus untuk kita. Ada dua
hal yang perlu kita yakini betul-betul dalam hidup ini (dan dua ini selalu saya
pegang), yaitu 1) kematian; dan 2) kebaikan akan selalu berbuah kebaikan. Ini bukan
hipotesis, melainkan janji Tuhan. Allah Azza wa Jalla.
الْخَبِيثَاتُ
لِلْخَبِيثِينَ وَالْخَبِيثُونَ لِلْخَبِيثَاتِ ۖ وَالطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِينَ
وَالطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَاتِ ۚ
Wanita-wanita yang keji adalah untuk
laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang
keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan
laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)…
(AQS.
An-Nur: 26).
Jika
kita membaca tafsir pada ayat tersebut secara lengkap, sebenarnya ayat di atas
merupakan ayat yang terkait dengan isteri Nabi, yaitu Siti Aisyah yang
mendapatkan tuduhan nista. Di dalam ayat ini diberikan pedoman hidup bagi
setiap orang yang beriman. Tuduhan nista adalah perbuatan yang amat kotor hanya
akan timbul daripada orang yang kotor pula. Memang orang-orang yang kotorlah
yang menimbulkan perbuatan kotor. Adapun perkara-perkara yang baik adalah
hasil dari orang-orang yang baik pula, dan memanglah orang baik yang sanggup
menciptakan perkara baik. Orang kotor tidak menghasilkan yang bersih, dan orang
baik tidaklah akan menghasilkan yang kotor.
Dalam
hidup, jika kita sudah berusaha menjalankan segala kehidupan dengan
sebaik-baiknya, sesuai dengan apa yang diperintahkan Allah, maka seyogyanya tidak
akan sulit bagi kita untuk bersikap tegas. Segala kebaikan akan kembali pada pelaku
(sumber) kebaikan.
Allahuma-ihdinasshiraath-al
mustaqiim.. Allahuma-ihdinasshiraath-al mustaqiim.. Allahuma-ihdinasshiraath-al
mustaqiim..
Malang,
23 Maret 2014