Genetika
Populasi
Genetika Populasi adalah cabang dari ilmu genetik yang terfokus pada sifat
turun temurun yang muncul pada populasi (kumpulan dari individu). Populasi
genetik mempelajari tentang populasi konstitusi genetika yang berubah dari
generasi ke generasi berikutnya. Sifat turun-temurun berubah seiring dengan
peristiwa evolusi.
Populasi
dan Gene Pools
Unit yang nyata dari
materi kehidupan adalah organismenya. Pada organisme uniseluler, tiap sel adalah satu individu,
sedangkan pada organisme yang multiseluler terdiri atas banyak sel yang saling
tergantung. Banyak yang mati dan diganti oleh sel lain sepanjang hidup dari
individu tersebut. Pada evolusi, unit yang bersangkut paut adalah populasi.
Populasi adalah kumpulan dari individu-individu yang dihubungkan oleh ikatan
perkawinan dan induk, dengan kata lain populasi adalah kumpulan dari
individu-individu yang sejenis (1 spesies). Ikatan dari induk yang
menghubungkan antar anggota pada populasi yang sama selalu ada, tetapi
perkawinan selalu tidak ada pada organisme yang reproduksinya secara aseksual.
Populasi mendelian adalah kumpulan dari interbreeding, individu yang melakukan
reproduksi secara seksual dimana populasi mendelian adalah reproduksi yang
melibatkan kematangan individu.
Individu
bukan merupakan unit yang relevan pada evolusi karena genotip pada individu
tidak dapat berubah selama hidupnya, bahkan individu bersifat ephemeral (juga
pada beberapa organisme seperti pohon konifer yang mungkin dapat hidup lebih
dari beberapa ribu tahun). Populasi, dengan kata lain, telah terjadi
kesinambungan dari generasi ke generasi, bahkan konstitusi genetik dari
populasi mungkin berubah -berkembang- berakhirnya generasi. Kelangsungan dari
populasi diatur oleh mekanisme hereditas biologi. Populasi mendelian berfokus
pada spesies. Spesies adalah unit evolusi yang bebas. Perubahan genetik
menempati pada populasi lokal dapat dikembangkan ke semua anggota spesies yang
berbeda.
Spesies
tidak selalu didistribusikan secara homogen tetapi mereka dapat lebih bertahan
hidup atau kurang pada
populasi lokal. Populasi lokal adalah suatu grup dari individu-individu yang
memiliki spesies yang sama, bersama pada
wilayah yang sama. Konsep dari
“gen pools” sangat menguntungkan untuk mempelajari evolusi. “Gen pools”’ ini
adalah pengumpulan dari genotip yang semua individual di sebuah populasi untuk
organisme diploid. “Gen pools” pada sebuah populasi dengan N individual terdiri
dari 2N haploid genom.
Variasi Genetik Dan Evolusi
Kehadiran variasi genetik merupakan kondisi penting
yang dibutuhkan untuk evolusi. Diasumsikan bahwa lokus gen tertentu pada semua
individu dari suatu populasi adalah homozygous untuk alela yang sama. Evolusi tidak dapat terjadi pada lokus tersebut, karena
frekuensi alela tidak dapat berubah dari generasi ke generasi. Asumsi saat ini bahwa pada populasi yang berbeda terdapat
2 alela pada lokus tertentu. Perubahan evolusioner dapat terjadi pada populasi
ini, satu alela mungkin meningkat dalam hal frekuensinya pada alela yang
lainnya.
Teori modern tentang evolusi didasarkan pada Charles
Darwin (1809-1882) dan teori klasiknya, On The Virgin of Spesies dipublikasikan
pada tahun 1859. Kehadiran dari variasi hereditas pada populasi alami
merupakan titik awal dari pendapat Darwin tentang evolusi melalui suatu proses
seleksi alam. Darwin berpendapat bahwa beberapa variasi hereditas alami mungkin
dapat lebih menguntungkan daripada yang lainnya dalam hal bertahan hidup dan
reproduksi dalam masa hidupnya. Organisme mempunyai barbagai keuntungan antara lain dapat lebih
bertahan hidup dan bereproduksi daripada organism yang tidak seperti mereka.
Konsekuensinya, berbagai variasi yang berguna akan terjadi dengan lebih sering
melalui generasi, sedangkan variasi yang berbahaya atau kurang/jarang digunakan
akan tereliminasi. Hal ini adalah proses seleksi alam yang memainkan peran
utama dalam evolusi.
Korelasi langsung di antara sejumlah
variasi genetik dalam populasi dan rata-rata perubahan evolusioner oleh seleksi
alam telah didemonstrasikan secara matematis dengan baik oleh Sir Ronald A.
Fisher dalam Teori Fundamental Seleksi Alam (1930) : rata-rata peningkatan
kemapuan populasi pada setiap waktu adalah sebanding dengan kemampuan variasi
genetik pada waktu tersebut.
Teori Fundamental mengaplikasikan variasi alela pada lokus gen tunggal, dan
hanya dibawah kondisi lingkungan tertentu. Akan tetapi korelasi diantara variasi genetik dan kesempatan
evolusi secara intuisi telah jelas. Dengan sejumlah besar lokus variabel
(berubah-ubah) dan lebih banyak alela yang ada pada masing-masing lokus
variabel, maka semakin besar kemungkinan perubahan frekuensi
beberapa alela kepada lainnya.
Hal ini dibutuhkan, karena akan ada seleksi untuk merubah beberapa sifat
dan variasi tersebut akan sesuai dengan perubahan sifat yang terseleksi tersebut.
Gambar
1.
Korelasi antara sejumlah variasi genetik dan rata-rata
evolusi
Korelasi di antara sejumlah variasi genetik dengan rata-rata evolusi dalam
populasi Drosophila serrata di laboratorium yang didedahkan pada kondisi
baru. Grafik menunjukkan bahwa
perubahan jumlah lalat selama kurang lebih 25 generasi. Populasi strain
campuran memiliki variasi genetik yang lebih besar daripaad populasi strain
tunggal. Kedua populasi meningkat jumlahnya selama periode eksperimen, akan
tetapi rata-rata peningkatan lebih besar pada populasi strain campuran daripada
populasi strain tunggal. Peningkatan dalam jumlah lalat dari generasi ke
generaasi mencerminkan peningkatan adaptasi dari populasi terhadap lingkungan
percobaan yang mana didorong oleh
evolusi.
Tabel di bawah ini
menggambarkan korelasi di antara sejumlah variasi genetic dan rata-rata evolusi
pada populasi Drosophila serrata dari Popondetta,
Papua Nugini, dan Sydney, Australia. Jumlah evolusi meningkat dengan jumlah
lalat yang meningkat pada populasi lebih dari 25 generasi.
Populasi
|
Jumlah rata-rata lalat dalam populasi
|
Peningkatan
rata-rata pada sejumlah lalat per generasi
|
Percobaan
pada suhu 25o C
Strain
tunggal (popendetta)
Strain
campuran (popendetta x Sydney)
Percobaan
pada suhu 19o C
Strain
tunggal (popendetta)
Strain
campuran (popendetta x Sydney)
|
1863
= 79
2750
= 112
1724
= 58
2677
= 102
|
31,5
= 13,6
58,5
= 17,4
25,2
= 9,9
61,2
= 13,8
|
Frekuensi Genotip Gen
Variasi dalam kelompok
gen adalah ekspresi dalam tiap hubungan frekuensi genotip atau frekuensi
fenotip. Marilah kita mempelajari tentang golongan darah M-N. Disana ada 3
golongan darah, M, N dan MN, yang mana ditentukan oleh 2 alela LM
dan LN, pada satu lokus.
Penelitian pada 730
orang aborigin australia diketahui sebagai berikut: 22 memiliki gologan darah
M, 216 memiliki golongan darah MN dan 492 memilki golongan darah N. Frekuensi
dari golongan darah dan genotip yang sesuai dihasilkan dengan membagi angka
dari setiap macam penelitian dari jumlah total. Contoh frekuensi dari golongan
darah M adalah 22/730 = 0,030.
Tabel di bawah ini menggambarkan golongan
Darah M-N dan Frekuensi Genotip di dalam Sebuah Populasi dari Orang Aborigin
Australia
Golongan Darah
|
Genotip
|
Angka
|
Frekuensi
|
M
|
LMLM
|
22
|
0.030
|
MN
|
LMLN
|
216
|
0,296
|
N
|
LNLN
|
492
|
0,674
|
Total
|
730
|
1.000
|
Kita bisa menjelaskan
variasi pada gen lokus M-N di dalam kelompok orang ini yang mempunyai frekuensi
dari 3 genotip. Jika kita menganggap bahwa 730 individu dari sampel yang acak
dari suku aborigin australia, kita dapat memperoleh frekuensi yang diamati sebagai karakteristik dari orang aborigin
australia secara umum, sebuah sampel acak mewakili atau tidak bias (tidak
condong pada suatu kesimpulan tertentu) dari suatu populasi.
Sesuai dengan beberapa
tujuan untuk menjelaskan variasi pada sebuah lokus yag tidak menggunakan
frekuensi genotip tetapi frekuensi alela. Frekuensi alela dapat dihitung dari
tiap angka genotip yang telah diteliti atau dari frekuensi genotip.
Untuk
menghitung frekuensi alel secara langsung dari jumlah genotip, kita hitung
secara sederhana jumlah waktu setiap alel yang ditemukan dan membaginya dengan
jumlah total gen pada sampel. Sebuah individu LMLM terdiri
dua alel LM, sebuah individu LMLN terdiri dari
saru alel LM. oleh karena jumlah alel LM pada sampel
orang Aborigin Australia adalah (2x22) + 216 = 260. Jumlah total gen pada
sampel adalah kedua jumlah individu karena setiap individu mempunyai dua gen: 2
x 730 = 1460. Frekuensi alel LM pada sampel yaitu =0,178. Sama dengan frekuensi alel LN yaitu = 0,822.
Frekuensi alel dapat juga dihitung dari frekuensi genotip
dengan mengamati sebelum dua gen homozigot diberikan, sebaliknya hanya setengah
gen hetrozigot yang diberikan. Frekuensi sebuah alel ini adalah frekuensi
individu homozigot untuk alel tersebut
ditambah setengah frekuensi heterozigot untuk alel tersebut. Antara orang
aborigin australia, frekuensi LM adalah 0,030 + V2(0,296)
= 0,178, sama dengan frekuensi LN
adalah 0,674 + V2(0,296) = 0,822. Tabel di bawah ini memberikan
frekuensi genotip dan alela untuk lokus gen M-N pada empat populasi manusia.
Kelihatan jelas bahwa populasi manusia tersebut cukup heterogen dengan melihat
lokus gen ini.
Tabel
di bawah ini menggambarkan Frekuensi
Genotip dan Frekuesi Alella untuk Gen Lokus M-N pada Empat Populasi Manusia. Penghitungan frekuensi gen ketika jumlah alela pada lokus
lebih besar daripada dua yang didasarkan pada aturan sama yang digunakan untuk
dua alel: homozygot membawa dua kopi dari satu alel, heterozigot membawa satu
dari setiap dua alel.
Populasi
|
Angka
yang memiliki golongan darah
|
Total
|
Frekuensi
Genotip
|
Frekuensi
Alellic
|
|||||
M
|
MN
|
N
|
LMLM
|
LMLN
|
LNLN
|
LM
|
LN
|
||
Australian
Aborigin
|
22
|
216
|
492
|
730
|
0,030
|
0,296
|
0,674
|
0,178
|
0,822
|
Navaho
Indians
|
305
|
52
|
4
|
361
|
0,845
|
0,144
|
0,011
|
0,917
|
0,083
|
U.S
Caucasians
|
1787
|
3039
|
1303
|
6129
|
0,292
|
0,496
|
0,213
|
0,539
|
0,461
|
Spaniards
|
726
|
1677
|
697
|
3100
|
0,234
|
0,541
|
0,225
|
0,505
|
0,495
|
Frekuensi genotip
diperoleh dengan memisahkan/memutuskan beberapa kali masing-masing genotip yang
diamati dengan jumlah total genotip. Jadi frekuensi dari 98/98 adalah
2/300=0,004. Frekuensi pembagian alel dapat diperoleh dari frekuensi genotip
ditambah frekuensi dari homozigot pada alel dan sebagian dari masing-masing
frekuensi heterozigot pada alel. Kemudian frekuensi dari alel 98 merupakan
frekuensi dari 98/98 homozigot ditambah sebagian dari frekuensi 98/100
heterozigot dan 98/103 heterozigot, atau 0,004 + 1/2 (0,076) + ½ (0,040) =
0,006. Demikian halnya, pada frekuensi 100 dan 103 alel dijumlahkan menjadi 0,596 dan 0,342 berturut-turut.
Jumlah dari 3 frekuensi ini adalah pasti 1000.
Frekuensi
alel juga dapat dihitung dengan menambahkan beberapa kali masing-masing alel
yang muncul dan memisahkannya dengan jumlah total gen pada sampel. 98 alel yang
muncul dua kali pada 98/98 homozigot, atau (2 × 2) + 38 +20 = 62 kali, karena
jumlah gen pada sampel adalah 2 × 500 = 1000, frekuensi alel 98 adalah 0,062. Frekuensi alel lebih sering muncul
digunakan daripada frekuensi genotip untuk menambah variasi genetic pada lokus,
karena biasanya lebih sedikit alel daripada genotip. Dengan dua alel, jumlah
yang mungkin pada genotip adalah 3, 3 alel, genotip 6, 4 alel, genotip 10.
Umumnya, jika jumlah dari alel yang berbeda adalah k, maka jumlah genotip yang
mungkin berbeda adalah k(k+1)/2.
Dua
Model Struktur Populasi
Dua
hipotesis yang berbeda pada tahun 1940 dan 1950 mengenai struktur genetic
populasi. Model klasik yang membantah itu terdapat variasi gen yang sangat
kecil. Model keseimbangan itu merupakan suatu kesepakatan.
Berdasarkan model klasik, kumpulan gen dari sebuah
populasi terdiri dari lokus-lokus, lokus pada alel tipe liar (normal) mempunyai
frekuensi yang sangat dekat dengan 1, ditambah beberapa alela yang muncul
karena mutasi tetapi tetap menjaga frekuensi rendah karena seleksi alami.
Individu tipe khusus akan bersifat homozigot dengan alela tipe liar yang dekat
pada tiap lokus, tetapi beberapa lokus akan heterozigot terhadap alela tipe
liar dan mutan. Genotip ideal “normal” akan menjadi individu yang homozigot
terhadap alel tipe liar pada setiap lokus. Evolusi akan terjadi karena pada
waktu tertentu alel tertentu akan muncul oleh karena mutasi. Melalui seleksi
alam mutan yang benefisial (tertentu) akan mengalami kenaikan frekuensi secara
bertahap dan menjadi alel tipe liar baru, dengan pembentuk alel tipe liar akan
dikurangi menjadi frekuensi yang sangat rendah.
Menurut model keseimbangan, sering tidak ada alel tipe liar tunggal.
Sebagian besar lokus terdiri dari kesatuan alel dengan frekuensi yang beraneka
ragam.Oleh karena itu, beberapa individu bersifat heterozigot pada sebuah
proporsi besar lokus-lokus tersebut. Di dalamnya tidak ada genotip tunggal atau
ideal, populasi terdiri dari kesatuan genotip yang berbeda dari setiap lokus
tetapi diadaptasi pada sebagian besar lingkungan populasi.
Model seimbang menunjukkan evolusi sebagai proses perubahan
bertahap pada frekuensi dan berbagai jenis alel pada banyak lokus. Alel tidak
berpindah ketika diisolasi. Kemampuan suatu alela tergantung pada eksistensi
alella yang lain dalam suatu genotip. Sejumlah sekumpulan alella pada berbagai
lokus yang diadaptasikan dengan sekumpulan alella pada lokus lain karena itu
perubahan alella pada suatu lokus diikuti perubahan alella pada lokus lainnya. Bagaimanapun seperti halnya model klasik,
model keseimbangan menerima bahwa banyak mutan yang tidak terkondisikan
berbahaya ke karier mereka. Alella yang hilang ini tereliminasi atau tetap
tersimpan pada frekuensi rendah melalui seleksi alam, tetapi hanya terjadi pada
yang kedua, yaitu arah evolusi yang negatif.
Gambar dua model struktur
gen populasi genetik hipotesis genotip dari tiga tipe individu ditunjukkan
berdasarkan masing-masing model. Huruf kapital menandakan gen lokus dan
masing-masing nomor mewakili alella yang berbeda, postulat alella wild type
oleh model klasik diwakili oleh sebuah tanda + berdasarkan model klasik
individu yang homozigot untuk alella wild type berdekatan setipe lokus walaupun
mungkin heterozigot untuk alella wild type dan alella mutan pada sebuah lokus
umum (C adalah individu pertama, B kedua, O ketiga). Berdasarkan model
keseimbangan individu gen yang heterozigot pada kebanyakan lokus gen.
Variasi
yang Tampak
Sekarang
telah diketahui bahwa proses populasi alami adalah perlakuan besar dari bentuk
genetik. Fakta ini tidak berlaku hingga akhir 1960.
Variasi individu adalah suatu fenomena yang menyolok
mata ketika organisme dari spesies yang sama diuji coba secara hati-hati.
Populasi manusia contohnya, menunjukkan variasi pada bentuk wajah, pigmen
kulit, warna rambut, dan bentuk tubuh, tinggi dan berat badan, golongan darah
dan hal lainnya. Tanaman biasanya berbeda pada bunga dan warna biji dan juga
pada bentuknya, begitu juga pada pertumbuhannya. Sesuatu hal yang sulit adalah
tidak dapat didapatkan secara jelas berapa banyak variasi morfologi yang sesuai
dengan variasi genetic dan berapa banyak efek dari lingkungan.
Sumber meyakinkan dari
fakta mengindikasi bahwa variasi genetic beasal dari eksperimen seleksi buatan.
Pada seleksi buatan ini individu dipilih untuk dikawinkan dengan individu dari generasi berikutnya yang
menunjukkan ekspresi terbesar dari karakter yang diinginkan. Misalnya , jika
kita ingin meningkatkan hasil panen gandum, kita harus memilih tanaman gandum
yang dapat menghasilkan panen gandum terbanyak pada setiap generasinya kemudian
menggunakan biji tersebut untuk
memproduksi generasi berikutnya. Jika populasi yang diseleksi berubah maka
jelas bahwa organisme asal telah mengandung variasi genetic yang menjadi ciri
bawaan.
Masalah Pengukuran Variasi Genetik
Fakta menyebutkan dalam bagian sebelumnya bahwa variasi genetik menyatu
di dalam populasi-populasi alami, oleh sebab itu ada banyak kesempatan untuk
perubahan evolusioner.
Sesuai dengan apa yang kita butuhkan untuk dapat melakukan tujuan menemukan
proporsi ukuran dari gen polimorf dari populasi kita dapat mempelajari setiap
lokus gen dari organisme, karena kita pernah tahu berapa banyaknya lokus di
sana dan karena itu merupakan tugas yang besar, solusinya kemudian lihat hanya
sebuah contoh dari lokus gen jika contohnya acak, yaitu tidak bias dan ion
kebenaran yang bersifat representatif dari populasi sejumlah penelitian dalam
contoh ini dapat dieksplorasi dalam populasi.
Pemecahan dari
permasalahan ini menjadi mungkin dengan adanya penemuan pada molekuler genetik.
Sekarang ini dikenal bahwa informasi pengkode genetik dalam rangkaian
nukleotida. Pada DNA dalam struktur gen diterjemahkan dalam sebuah rangkuman
dari asam amino yang membentuk sebuah polipeptida. Kita dapat memilih untuk
mempelajari rentetan protein tanpa mengetahui apakah tidak mereka berbeda dalam
sebuah populasi sebelumnya. Rangakain protein dengan berbagai variasi
mengambarkan sample netral dari semua struktur gen dalam organisme. Jika sebuah
protein ditemukan sama diantara individu, ini berarti bahwa pengkodean gen
untuk protein juga sama, jika proteinnnya berbeda kita mengetahui bahwa gen ini
berbeda dan kita dapat mengukur bagaimana perbedaannya, berapa banyak bentuk
protein yang ada dan dalam frekuensi apa. Mempelajari langsung rangkaian
nukleotida dari sample gen juga sebuah kemungkinan untuk memecahkan masalah.
Sebuah gen bisa dirangka sejumlah individu tidak tergantung apakah rangkaian
berbeda antar individu.
Penghitungan
Variasi Genetik
Mulai awal tahun 1950 ahli biokimia telah mengetahui
bagaimana cara memperoleh rantai asam amino dari protein. Satu cara yang
memungkinkan digunakan untuk mengukur variasi genetik dalam sebuah populasi
alami memilih sejumlah protein yang cocok, kira-kira dua puluh, tanpa melihat
apakah diketahui atau tidak variabelnya dalam populasi, jadi mereka akan
mewakili sebuah sampel yang tidak diketahui. Kemudian masing-masing dari 20
protein akan dirangkai dalam individu, kira-kira 100 (pilih secara acak) untuk
mengetahhui barapa banyak variasi, jika ada beberapa untuk masing-masing
protein. Jumlah rata-rata variasi protein yang ditemukan dalam 100 individu
untuk 20 protein akan ditaksirkan sebagai jumlah variasi dalam genom dari
populasi.
Hal yang sulit adalah memperoleh rantai asam amino dari single protein
karena akan membutuhkan waktu beberapa bulan bahkan beberapa tahun untuk
mengerjakannya. Oleh karena itu, butuh kerja keras untuk specimen 2000 rantai
protein dalam menaksirkan variasi genetik bagi masing-masing populasi yang
masih dipelajari. Untungnya, ada sebuah teknik gel elektroforesis sehingga
memungkinkan untuk mempelajari variasi protein dengan hanya mengetahui
investasi dari waktu dan ruang. Sejak tahun 1960, diperoleh taksiran untuk
variasi genetik pada suatu populasi alami untuk bebarapa organisme dengan
menggunakan gel elektroforesis.
Teknik elektroforesis menunjukkan genotip dari individu, misalnya berapa
yang homozigot, berapa yang heterozigot dan bagaimana untuk alelanya. Untuk
memperoleh perkiraan jumlah variasi dalam suatu populasi, kira-kira 20 lokus
gen atau lebih biasanya dipelajari. Hal ini diperlukan untuk meringkas
informasi yang dibutuhkan untuk semua lokus dengan cara yang simple yang akan
mengekpresikan tingkat perbedaan dari populasi dan akan dibandingkan dari satu
populasi dengan populasi lainnya. Hal ini dapat diselesaikan dengan berbagai
cara tapi dua langkah dari variasi genetic yang umum digunakan: polimorfisme
dan heterozigositas.
Polimorfisme Dan Heterozigositas
Polimorfisme populasi merupakan ketidaktepatan kadar variasi genetik yang
disebabkan sedikitnya jumlah lokus polimorfik yang tidak sebanyak pada lokus
lainnya. Pada lokus yang tepat ada 2 alel dengan frekuensi 0,95 dan 0,05,
terhadap variasi lokus lain dengan 20 alel masing-masing frekuensinya 0,05,
ternyata lebih banyak variasi genetic ada pada lokus yang kedua daripada yang
pertama sebelum dihitung di bawah kriteria
polimorfisme 0,95.
Kadar yang lebih baik
dari variasi genetic yang tidak berubah dan tepat adalah frekuensi rata-rata
individu yang heterozigot pada tiap lokus atau heterozigositas dari populasi.
Hal ini dihitung melalui frekuensi pertama yang dihasilkan dari individu
heterozigot pada tiap lokusnya dan diambil rata-rata frekuensi dari semua
lokus. Kita kaji 4 lokus dari suatu populasi dan diperoleh frekuensi
heterozigot sebagai berikut: 0,25; 0,42; 0,09 dan 0. Maka heterozigositas
populasi berdasarkan 4 lokus tersebut yaitu (0,25+0,42+0,09+0)/4=0,19. Maka
dapat disimpulkan bahwa heterozigositas populasi adalah 19%. Perkiraan
heterozigositas harus valid dan harus berdasar pada sampel yang lebih dari 4
lokus dengan prosedur yang sama. Jika beberapa populasi dari spesies yang sama
diuji, maka yang pertama dihitung adalah heterozigositas dari masing-masing
populasi dan rata-ratanya. Misalnya 4 populasi dengan hasil 0,19; 0,15; 0,15;
0,17 maka rata-rata heterozigositas adalah 0,16.
Heterozigositas
populasi merupakan kadar variasi genetik yang lebih dominan oleh sebagian besar
populasi secara genetik. Suatu kadar variasi yang baik jika diperkirakan dari
dua alel diambil secara acak dari populasi yang berbeda. Masing-masing gamet
dari individu yang berbeda membawa alel dari tiap lokus yang dapat
dipertimbangkan sebagai sampel acak dari populasi.
Jika kesulitan, dapat
dihitung dengan menghitung heterozigositas harapan, yaitu dari frekuensi alel
pada individu dalam suatu populasi yang melakukan mating satu sama lain secara
acak. Contoh, pada suatu lokus ada 4 alel dengan frekuensi f1, f2, f3 dan f4,
maka frekuensi harapan dari 4 homozigot jika melakukan mating acak adalah f12,
f22, f32 dan f42. Heterozigositas pada lokus
menjadi:
He= 1- (f12+ f22+
f32 + f42)
Contoh: f1= 0,05; f2= 0,30; f3= 0,10;
f4= 0,10
Maka He= 1 – (0,052 + 0,302
+ 0,102 + 0,102) = 0,64
Perkiraan
Variasi
Secara
Elektroforetik
Teknik elektroforesis
pertama diterapkan untuk menaksir variasi genetik di populasi alami pada tahun
1966. Ketika tiga studi dipublikasikan satu penelitian manusia dan 2 pada
Drosophilla. Banyak populasi dari organisme dapat diselidiki mulai saat itu,
dan banyak lagi dipelajari tiap tahun. Dua studi akan diulas disini.
Tabel
22.9 menunjukkan daftar 20 lokus variable dari 71 lokus sampel pada
populasi dari orang Eropa. Simbol digunakan untuk menunjukkan lokus, enzim
dikode oleh lokus dan frekuensi dari heterozigositas individu pada lokus
diberikan untuk setiap 20 lokus variabel. Heterozigositas dari populasi adalah
jumlah dari penyusun heterozigositas pada 20 lokus variabel dibagi dengan total
dari lokus sampel = 4,73/71 = 0,067.
Tabel di bawah ini
menggambarkan heterozigositas pada 20 variabel gen loci yang keluar dari 71
loci sampel dalam populasi dari Eropa yang dihasilkan dengan elektroforesis.
Lokus
gen
|
Enzim
yang dikode
|
Heterozigositas
|
ACP1
|
Acid
phosphatase
|
0,52
|
PGM1
|
Phosphoglucomutase-1
|
0,36
|
PGM2
|
Phosphoglucomutase-2
|
0,38
|
AK
|
Adenylate
kinase
|
0,09
|
PEPA
|
Peptidase-A
|
0,37
|
PEPC
|
Peptidase-C
|
0,02
|
PEPD
|
Peptidase-D
|
0,02
|
ADA
|
Adenosine
deaminase
|
0,11
|
PGD
|
Phosphogluconate
dehydrogenase
|
0,05
|
ACP2
|
Alkaline
phosphatase (placental)
|
0,53
|
AMY2
|
α-amilase
(prancreatic)
|
0,09
|
GPT
|
Glutamate-pyvurate
transaminase
|
0,50
|
GOT
|
Glutamate-oxaloacetate
transaminase
|
0,03
|
GALT
|
Galactose-1-phosphat
uridyltransferase
|
0,11
|
ADH2
|
Alcohol
dehydrogenase-2
|
0,07
|
ADH3
|
Alcohol
dehydrogenase-3
|
0,48
|
PG
|
Pepsinogen
|
0,47
|
ACE
|
Acetylcholinesterase
|
0,23
|
ME
|
Malic
enzyme
|
0,30
|
HK
|
Hexokinase
(white-cell)
|
0,05
|
Rata-rata heterozigositas (termasuk 51 loci
invarian)
|
0,067
|
Total 39 lokus gen yang
mengkode enzim telah dipelajari dalam populasi ikan marin air panas (Phillum pharanida) phacanopsis viridis dari Bodega Bay, California. Tabel di bawah ini memberi symbol yang digunakan
unt uk mewakili 27 lokus yang padanya
tidak ditemukan 2 alel. Tabel ini menunjukkan observasi dan menunjukkan
heterozigositas sebagaimana lokus yang polimorfik ketika kriteria polimorfisme
pada frekuensi alel yang paling umum tidak lebih besar dari 0,95. Dengan
kriteria 28,2% dari 39 lokus yang dipelajari adalah polimorfik. Bagaimanapun
dengan menggunakan 0,99 kriteria polimorfisme 20 dari 39 lokus atau 51,2%
adalah polimorfik. Heterozigositas yang diobservasi adalah 7,2% berkemungkinan
lebih sedikit dari pada heterozigositas 9,4%. Perbedaan ini mungkin terjadi
pada keakuratan dan fertilisasi sendiri karena P.viridis adalah hewan hermaprodit.
Tabel di bawah ini
menggambarkan frekuensi alela pada 27 variabel loci dalam 120 individu cacing
laut Phoromopsis viridis. Angka
digunakan untuk menunjukkan alela (1, 2, 3 dan seterusnya) yang mengindikasikan
peningkatan mobilitas dalam elektrik
medium dari protein yang dikode oleh beberapa alela.
Lokus gen
|
Frekuensi alela
|
Heterozigot
|
Polimorfik
<1
|
||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
Yg Diamati
|
Yg Diharapkan
|
||||
Acph-1
|
0,095
|
0,005
|
0,010
|
0,010
|
Tidak
|
||||||
Acph-2
|
0,009
|
0,066
|
0,882
|
0,014
|
0,005
|
0,024
|
0,160
|
0,217
|
Ya
|
||
Adk-1
|
0,472
|
0,528
|
0,224
|
0,496
|
Ya
|
||||||
Est-2
|
0,008
|
0,992
|
0,017
|
0,017
|
Tidak
|
||||||
Est-3
|
0,076
|
0,924
|
0,151
|
0,140
|
Ya
|
||||||
Est-5
|
0,483
|
0,396
|
0,122
|
0,443
|
0,596
|
Ya
|
|||||
Est-6
|
0,010
|
0,979
|
0,012
|
0,025
|
0,041
|
Tidak
|
|||||
Est-7
|
0,010
|
0,990
|
0,021
|
0,021
|
Tidak
|
||||||
Fum
|
0,986
|
0,014
|
0,028
|
0,028
|
Tidak
|
||||||
αGpd
|
0,005
|
0,995
|
0,010
|
0,010
|
Tidak
|
||||||
G3pd-1
|
0,040
|
0,915
|
0,017
|
0,011
|
0,011
|
0,006
|
0,159
|
0,161
|
Ya
|
||
G6pd
|
0,043
|
0,900
|
0,057
|
0,130
|
0,185
|
Ya
|
|||||
Hk-1
|
0,996
|
0,004
|
0,008
|
0,008
|
Tidak
|
||||||
Hk-2
|
0,005
|
0,978
|
0,016
|
0,043
|
0,043
|
Tidak
|
|||||
Idk
|
0,992
|
0,008
|
0,017
|
0,017
|
Tidak
|
||||||
Lap-3
|
0,038
|
0,962
|
0,077
|
0,074
|
Tidak
|
||||||
Lap-4
|
0,014
|
0,986
|
0,028
|
0,027
|
Tidak
|
||||||
Lap-5
|
0,004
|
0,551
|
0,326
|
0,119
|
0,542
|
0,576
|
Ya
|
||||
Mdh
|
0,008
|
0,987
|
0,004
|
0,025
|
0,025
|
Tidak
|
|||||
Me-2
|
0,979
|
0,021
|
0,042
|
0,041
|
Tidak
|
||||||
Me-3
|
0,017
|
0,824
|
0,159
|
0,125
|
0,296
|
Ya
|
|||||
Odh-1
|
0,992
|
0,008
|
0,017
|
0,017
|
Tidak
|
||||||
Pgi
|
0,995
|
0,005
|
0,010
|
0,010
|
Tidak
|
||||||
Pgm-1
|
0,159
|
0,827
|
0,013
|
0,221
|
0,290
|
Ya
|
|||||
Pgm-3
|
0,038
|
0,874
|
0,071
|
0,017
|
0,185
|
0,229
|
Ya
|
||||
Tpi-1
|
0,929
|
0,071
|
0,000
|
0,133
|
Ya
|
||||||
Tpi-2
|
0,008
|
0,004
|
0,962
|
0,013
|
0,013
|
0,076
|
0,074
|
Tidak
|
|||
Rata-rata (termasuk 12 invarian
loci)
|
|||||||||||
Heterozigot
|
0,072
|
0,094
|
|||||||||
Polimorfisme
|
11/9=0,282
|
||||||||||
Tabel di atas juga
menunjukkan frekuensi alel pada 27 lokus variabel. Jumlah alel per lokus
berkisar hanya 1 (pada 12 lokus varian) sampai 6 (pada lokus Acph-2 dan
G3pd-10. Lokus dengan jumlah alel yang lebih besar tidak selalu mempunyai
heterozigositas yang lebih besar. Sebagai contoh, observasi dan penelitian
heterozigositas pada lokus Acph-2 adalah masing-masing 0,16 dan 0,17 sedangkan
pada lokus Adk-1 hanya mempunyai 2 alel dengan heterozigositas 0,222 dan o,496.
Gambar di bawah ini
menunjukkan distribusi heterozigot diantara 180 studi loci dalam 6 hubungan
spesies Drosophilla.
Karakteristiknya, distribusi penyebarannya luas (jarak H dari O sampai 0,6 s)
dan semuanya tidak menyerupai distribusi normal.
Penelitian dengan elektroforesis
mengindikasikan bahwa sekitar 20 gen loci sampel biasanya cukup, perkiraan
heterozigositas biasanya berubah sedikit pada jumlah gen loci sampel yang lebih
dari 20. Misalnya, nilai H = 0,072 yang diperoleh dari manusia yang menggunakan
26 gen loci sampel. Ketika sampel total sampai 71 loci, maka perkiraan menjadi
H = 0,067.
Gambar
2.
Distribusi heterozigisitas diantara 180 gen loci yang dipelajari melalui
elektroforesis dalam 6 spesies kelompok Drosophilla
willistoni. Rata-rata heterozigositas untuk 180 loci adalah 0.177.
Variasi
Genetik
pada Populasi
Alami
Umumnya,
inventebrata mempunyai lebih banyak variasi genetic dari pada vertebrata. Pada
kebanyakan manusia, dengan 6,7% keheterozigotannya dapat terdeteksi dengan
elektrophoresis. Jika diasumsikan terdapat 30000 lokus gen structural pada
manusia, keheterozigotannya seseorang menjadi 30000 x 0,067 = 2010 lokus.
Individu secara teoritis dapat menghasilkan 22010 = 10403
Penghitungan
mengindikasikan bahwa dua gamet manusia adalah tidak sama atau identik dan
tidak ada dua individu manusia yang sekarang, telah ada sebelumnya atau ada di
waktu yang akan datang terlihat identik pada gen-gen.
Teknik
elektroforesis telah membuat ini mungkin untuk memperkirakan variasi genetic
pada populasi alami. Ada dua hal untuk membuat perkiraan yang baik dari variasi
genetic:
a)
Bahwa sampel
secara acak dari semua lokus gen dipelihara
b)
Bahwa semua
alela terdeteksi pada setiap lokus
Beberapa metode
digunakan untuk mendeteksi perbedaan muatan protein yang tidak dikenali dengan
teknik standart elektrophoresis. Salah satu metodenya adalah elektrophoresis
sekuen terdiri dari elektrophoresis dari sampel yang sama pada berbagai
kondisi. Metode lain adalah sampel jaringan atau enzim untuk temperatur yang
tinggi. Teknik lain adalah pemetaan protein atau sidik jari protein setelah
mencerna tripsin atau beberapa enzim lain yang menghidrolisis polipeptida ke
sejumlah kecil peptide yang disubjekkan ke dua kromatograpi dimensional atau
kromatograpy pada satu dimensi dan elektroporesis yang lain.
Berdasarkan pengamatan
diperoleh ringkasan hasil yang didapatkan dengan elektroporesis sekuan dan dua
metode denaturasi. Rata-rata keheterozigotan adalah 0,04 dengan elektrophoresis
sekuen dan sekitar 0,08 dengan metode denaturasi atau meningkat pada variasi
jumlah 25%. Metode ini digunakan untuk membuka dan menutupnya variasi cryptic
ketika sampel lokus adalah 0,81 hingga 0,410 yang dilihat pada populasi
Drosophila, ketika sampel acak dari lokus yang diuji.
Jumlah variasi mutan
yang dideteksi pada lokus adalah dari Drosophila melanogaster dengan
tiga metode yang berbeda. Pemetaan protein yang mendeteksi lebih banyak variasi
cryptic dari pada teknik yang lain. Jika kita mengasumsikan harga 20% untuk
mendeteksi perkiraan dari sejumlah variasi protein cryptic, kita dapat
menghitung varisi protein yang ditentukan secara genetic dalam populasi alami.
Dengan standart elektrophresis H=0,134 untuk invertebrate nc= 1/1
(1-0,134)=1,15 dan nc’= 1,2x 1,15=1,38 dimana H’=0,28. Untuk
vertebrata nc=1,28 dan H’=0,22 dan untuk tanaman nc’=
1,37 dan H’=0,22 dan untuk tanaman nc’=1,37 dan H’=0,27. Rata-rata
keheterozigotan menjadi hampir dua kali untuk invertebrate dan tanaman serta
tiga kali untuk vertebrata.
DNA
Polymorphisme
Sebagian kecil dari
semua perbedaan pada rangkaian DNA yang digambarkan dalam variasi protein.
Perbedaan antara codon synonymous tidak mengubah asam amino yang dikodekan, dan
90% atau lebih dari DNA menjadi tidak diterjemahkan ke dalam protein. DNA yang
tidak diterjemahkan termasuk mencampuri antara rangkaian (intron-intron) dan
daerah pengkode (exon-exon) seperti rangkaian intergenik yang memisahkan satu
gen dari gen berikutnya. Kita mungkin bertanya berapa banyak variasi genetic
(perbedaan pada rangkaian DNA) yang ada melebihi yang mempengaruhi rangkaian
asam amino dari protein (meskipun banyak dari variasi DNA yang ditambahkan
mungkin sedikit yang mempunyai sifat adaptive yang signifikan dari variasi yang
berasal dari rangkaian DNA yang dimodifikasi). Batasan analisis endonuklease
dan rangkaian DNA telah diungkap untuk menyelidiki masalah ini.
Gambar 22.14
menunjukkan perbedaan antara 2 alela, berasal dari 2 kromosom homolog dari sebuah
individu tunggal dari gen ^γ globin pda manusia. Ada 13 substitusi dari satu
nukleotida oleh yang lain dan 3 segmen dihapus pada slah satu dari alela (atau
diinsersi kedalam yang lain). Tidak ada substitusi yang terjadi didalam exons,
hampir (9) dipusatkan pada ujung 5’ sepanjang intron. 2 delesi yang
mesing-masing panjangnya 4 np (posisi 741-744 dan 791-794 dari rangkaian); yang
ketiga terdiri dari 18 pasang nukleotida yang berdekatan (mulai pada posisi
1080).
Jiga gen ^γ adalah tipe
contohnya, ini kelihatan seperti tingkatan dari rangkaian DNA setiap individu
yang disilangkan akan menjadi heterozigot mendekati semua, jika tidak semua,
loci –ini, jika rangkaian nonkoding ditulis dalam catatan. Pertanyaan dari
kebutuhan heterozigot menjadi
diformulasikan pada akhir dari proporsi dari perbedaan nukleotida, yang mungkin
disebut heterozigot nukleotida atau keanekaragaman nukleotida. Mencoba menjawab
pertanyaan ini, kita menemui beberapa hal ambigu. Jika hanya substitusi yang
dipertimbangkan, heterozigosity nukleotida dari ^γ adalah 13/1647 = 0.008.
tetapi jika delesi juga ditulis dalam catatan, berapa banyak yang dijumlahkan?
Jika masing-masing segmen yang dihapus dijumlahkan sebagai satu perbedaan yang
tidak terikat (independen) dari panjangnya, ada 3 tambahan perbedaan antara 2
alela dan heterozigositasnya adalah 16/1647 = 0.010; jika masing-masing
nukleotida yang dihapus dijumlahkan sebagai satu perbedaan, heterozygosity
adalah 39/1647 = 0.024 (tabel 22.15).
Heterozigositas
nukelotida pada gen yang lain untuk 2 alela yang tidak terikat telah dirangkai pada tabel 22.15. 3 gen (Adh pada Drosophila, C pada tikus, dan
^γ pada manusia) mempunyai substitusi heterozigosity mendekati 1% atau beberapa
lebih tinggi. Rangkaian DNA dari Adh dan
C termasuk hanya pada daerah koding, dan kemudian tidak ada delesi yang
diamati. Untuk gen insulin substitusi heterozigosity hanya 1.003, tetapi daerah
sisi 5’ berisi sebuah delesi/insersi dari 467 pasangan nukleotida yang
berdekatan, yang didalamnya sebuah rangkaian yang tinggi berulang.
Daerah konstan pada
rantai berat dari immunoglobulin tikus terdiri dari 8 protein. Salah satunya,
γ2a, diketahui berbeda secara luas dari satu strain tikus yang dikawinkan
sesama jenis dari yang lain. Gen IgG2a,
mengkode untuk protein ini telah dirangkai dalam 2 strain. Dari 1108 rangkaian
basa , 111 (10%) berbeda. Hanya 18 (16.2 %) dari substitusi nukleotida adalah
diam; hasil yang lain asam amino berbeda pada 15% dari tempatnya. Ada alasan
yang mengira bahwa variasi yang diobservasi pada gen IgG2a tikus
mungkin bukan menjadi tipe dari loci yang structural. Gen immunoglobulin adalah
sangat polymorphic; 2 alela dirangkai datang dari 2 strain yang kawin sesama
bangsa, disbanding dengan dari individu yang kawin berbeda bangsa, 2 protein
telah diketahui menjadi sangat berbeda sebelum DNA dirangkai. Tentu saja
frekuensi dari perbedaan asam amino antara produk 2 alela adalah satu pesanan
dari jarak terbesar daripada rata-rata diobservasi pada jenis lain dari
protein.
Perkiraan dari
heterozigosity nukleotida telah dihasilkan pada 4 spesies urchin laut oleh
denaturasi DNA diikuti dengan gabungan yang competitive (hibridisasi). Teknik
ini tidak tepat tetapi keuntungannya yaitu untuk menguji kadar logam pada genom
komplit dari suatu organisme. Akibat dari copy DNA tunggal disimpulkan pada
tabel 22.16. Diperkirakan frekuensi dari substitusi nukleotida sekitar 2-4%.
Setelah koreksi selama
substitusi diam, 2-4% substitusi nukleotida pada terjemahan DNA menghasilkan 5-9% perbedaan
asam amino. Pada studi electrophoretic dari sistem enzim pada S.intermedius telah memberikan sebuah
perkiraan heterozigosity 0.18, yang sangat tidak berbeda dari rata-rata nilai
untuk invertebrate (lihat tabel 22.11). Jika kita memperkirakan bahwa H= 0.18
kurang lebih koresponden untuk perbedaan asam amino per 5 protein, dan bahwa
rata-rata panjang dari protein adalam 300 asam amino, data electrophoretic
harus direfleksikan jadi satu substitusi per 1500 asam amino. Nilai
heterozigosity dihasilkan dari data gabungan sekitar 100 kali lebih besar (5-9%
substitusi asam amino sekitar I dalam 15). Perbedaan mungkin pada bagian
ketidakmampuan untuk mendeteksi semua substitusi asam amino dengan
electrophoresis. Tetapi itu kelihatan seperti proporsi terluas dari
keanekaragaman nukleotida diobservasi dengan gabungan yang meliputi DNA yang
tidak mengkode untuk asam amino. Pada banyak kasus, yang pantas menerima
peringatan tentang frekuensi dari heterozigosity nukleotida diobservasi dengan
hibridisasi DNA (2-4%) tidak sangat berbeda dari nilai 1-2% dihasilkan dengan
merangkai gen Adh, C , dan ^γ.
Kita bisa menyimpulkan, dengan cara dari sebuah
perkiraan sementara sampai data lebih tersedia, yang rata-rata heterozigositas
nukleotida untuk gen structural dan rangkaian DNA tunggal yang lain dari makhluk
hidup eukariot sekitar 1 atau 2%.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar