Umur sudah matang, sudah wisuda, lalu datanglah
teman membawa kertas wangi terbungkus rapi dengan plastik trasparan. Iya,
undangan pernikahan. Lalu datang lagi. Lagi. whatsApp berdering,
ternyata undangan lagi. Ditambah lagi celetuk teman dan keluarga, “Diundang
terus, kapan ngundang? Tunggu apa lagi?”. Terciptalah sikon semacam
tertekan, sesak, dan apabila diintip sel-sel di jantung saling bergulat seperti
mengurai benang kusut. Dan itu wajar. -____-‘
Karena jodoh -kata
Om Ari Lasso- adalah Misteri Ilahi, maka sebenarnya bukan hak kita sebagai
manusia untuk menyingkapnya. Manusia hanya dilahirkan dengan kemampuannya dalam
berikhtiar beriringan dengan ketetapan Allah. Kapan dan Siapa merupakan
pertanyaan inti dalam masalah ini.
Kapan …
Kita harus selalu
sadar bahwa jodoh termasuk amanah dari Allah. Bukankah amanah adalah sesuatu
yang harus dipelihara baik-baik dan dipertanggungjawabkan? Nah, Allah Maha Tahu
siapa saja hambaNya yang telah mampu mengemban amanahNya tersebut. Hhmm... Jika
memang pada umur yang sudah seperempat abad belum mendapatkan jodoh, mungkin
memang belum waktunya bertemu dengannya. Simple! #padahal nyesek
Jika ikhtiar dan do’a
telah dilakukan, maka selanjutnya adalah tawakkal. Jangan sampai karena
terburu-buru atau takut terkejar oleh teman, kita justru memakai motto “Yang
penting menikah dulu, yang lain-lain urusan nanti”. Asal pilih begitu saja.
Padahal, sering kita dengar kata bijak bahwa “keterburu-buruan tidak pernah
memberikan kebaikan apa-apa”.
Walaupun jodoh
merupakan ketetapan Allah, kita tidak seharusnya mengabaikan ikhtiar untuk
mendapatkan jodoh terbaik. Toh, ini bukan lomba lari marathon, jadi tidak
perlu saling mengejar. Bila sudah saatnya, jodoh akan dengan mudahnya
menghampiri. Santai, dia sedang otewe. ^^
Siapa…
Masih berkaitan
dengan pembahasan sebelumnya, bahwa kita tidak perlu terburu-buru dalam
mendapatkan jodoh, menikah dengan konsep asal pilih. Kita berhak untuk
berjodoh dengan orang baik-baik. Namun, jangan pernah menuntut mendapatkan
jodoh terbaik jika kita sendiri belum menjadi pribadi yang baik. Layakkan diri
kita untuk dijemput jodoh terbaik itu. Sekali menikah, menikahlah dalam
keberartian.
Perlu kita ingat bersama
bahwa kadar baik atau tidak, sebenarnya hanya Allah-lah yang tahu. Bukankah yang
baik menurut kita belum tentu baik menurut Allah?. Oleh karena itu, meminta
petunjuk adalah jalannya. Berdo’a, shalat. Tidak ada do’a yang tidak terjawab.
Allah malu jika hambaNya kembali (dari do’anya) dengan tangan hampa. ^^
Lalu? Lain kali, jika ada
undangan lagi yang menghampiri, berdo’a, “InsyaAllah tahun ini”. Aamiin ^^
Jeng,, ijin baca tulisannya yach.. pdahal tdi niatnya baca artikel tntang cloning. Tp q tertarik bca yg lainnya jg..��
BalasHapusnjir, Mbak. Itu yang Buk Ning, cerita asli apa asli karangan. Kok ngenes bgt.
BalasHapus