Kamis, 24 Maret 2016

Tentang Jodoh

Umur sudah matang, sudah wisuda, lalu datanglah teman membawa kertas wangi terbungkus rapi dengan plastik trasparan. Iya, undangan pernikahan. Lalu datang lagi. Lagi. whatsApp berdering, ternyata undangan lagi. Ditambah lagi celetuk teman dan keluarga, “Diundang terus, kapan ngundang? Tunggu apa lagi?”. Terciptalah sikon semacam tertekan, sesak, dan apabila diintip sel-sel di jantung saling bergulat seperti mengurai benang kusut. Dan itu wajar. -____-‘

Karena jodoh -kata Om Ari Lasso- adalah Misteri Ilahi, maka sebenarnya bukan hak kita sebagai manusia untuk menyingkapnya. Manusia hanya dilahirkan dengan kemampuannya dalam berikhtiar beriringan dengan ketetapan Allah. Kapan dan Siapa merupakan pertanyaan inti dalam masalah ini.

Kapan …

Kita harus selalu sadar bahwa jodoh termasuk amanah dari Allah. Bukankah amanah adalah sesuatu yang harus dipelihara baik-baik dan dipertanggungjawabkan? Nah, Allah Maha Tahu siapa saja hambaNya yang telah mampu mengemban amanahNya tersebut. Hhmm... Jika memang pada umur yang sudah seperempat abad belum mendapatkan jodoh, mungkin memang belum waktunya bertemu dengannya. Simple! #padahal nyesek

Jika ikhtiar dan do’a telah dilakukan, maka selanjutnya adalah tawakkal. Jangan sampai karena terburu-buru atau takut terkejar oleh teman, kita justru memakai motto “Yang penting menikah dulu, yang lain-lain urusan nanti”. Asal pilih begitu saja. Padahal, sering kita dengar kata bijak bahwa “keterburu-buruan tidak pernah memberikan kebaikan apa-apa”.

Walaupun jodoh merupakan ketetapan Allah, kita tidak seharusnya mengabaikan ikhtiar untuk mendapatkan jodoh terbaik. Toh, ini bukan lomba lari marathon, jadi tidak perlu saling mengejar. Bila sudah saatnya, jodoh akan dengan mudahnya menghampiri. Santai, dia sedang otewe. ^^

Siapa…

Masih berkaitan dengan pembahasan sebelumnya, bahwa kita tidak perlu terburu-buru dalam mendapatkan jodoh, menikah dengan konsep asal pilih. Kita berhak untuk berjodoh dengan orang baik-baik. Namun, jangan pernah menuntut mendapatkan jodoh terbaik jika kita sendiri belum menjadi pribadi yang baik. Layakkan diri kita untuk dijemput jodoh terbaik itu. Sekali menikah, menikahlah dalam keberartian. 

Perlu kita ingat bersama bahwa kadar baik atau tidak, sebenarnya hanya Allah-lah yang tahu. Bukankah yang baik menurut kita belum tentu baik menurut Allah?. Oleh karena itu, meminta petunjuk adalah jalannya. Berdo’a, shalat. Tidak ada do’a yang tidak terjawab. Allah malu jika hambaNya kembali (dari do’anya) dengan tangan hampa. ^^

Lalu? Lain kali, jika ada undangan lagi yang menghampiri, berdo’a, “InsyaAllah tahun ini”. Aamiin ^^

2 komentar:

  1. Jeng,, ijin baca tulisannya yach.. pdahal tdi niatnya baca artikel tntang cloning. Tp q tertarik bca yg lainnya jg..��

    BalasHapus
  2. njir, Mbak. Itu yang Buk Ning, cerita asli apa asli karangan. Kok ngenes bgt.

    BalasHapus