JURNAL BELAJAR 4
Nama :
Linda Tri Antika
NIM :
209341417443
Kelas :
AA
Matakuliah :
Belajar dan Pembelajaran
Dosen :
Dr. Hj. Sri Endah Indriwati, M.Pd
Jam/ Ruang : 07
– 08 SPA 307
Hari, Tanggal : Senin-Selasa, 12-13 September 2011
Jurnal ke- :
4
Konsep : Pendekatan, Model, Metode, dan
Teknik Belajar dan Pembelajaran + Klarifikasi dari dosen
1.
EKSPLORASI KONSEP YANG DIPELAJARI DAN INFORMASI/ KONSEP
YANG DITERIMA DARI DOSEN/ HASIL PRESENTASI
a)
12 September 2011
Dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang
kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi,
menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan
teoretis tertentu.
Dilihat dari
pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1)
pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student
centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau
berpusat pada guru (teacher centered approach).
Menurut Dimyati Pendekatan dibedakan menjadi:
1. Pendekatan Tujuan
Pembelajaran
2. Pendekatan Konsep
3. Pendekatan Lingkungan
4. Pendekatan Inkuiri
5. Pendekatan Penemuan
6. Pendekatan Proses
7. Pendekatan Interaktif
8. Pendekatan Pemecahan Masalah
9. Pendekatan Sains Teknologi dan Masyarakat
(STM)
10. Pendekatan Terpadu (Integrated Approach)
·
Model
adalah pola
(contoh, acuan dan ragam)
dari sesuatu yang
akan dibuat atau dihasilkan (Departemen
P & K, 1984 : 75). Definisi lain, model adalah abstraksi
dari sistem sebenarnya, dalam gambaran yang
lebih sederhana serta mempunyai
tingkat prosentase, yang
sifatnya menyeluruh atau
model adalah abstraksi dari
realitas dengan hanya memusatkan perhatian pada beberapa bagian
atau sifat kehidupan sebenarnya (Simarmata, 1983 : ix-xii).
Model belajar akan membahas bagaimana cara
siswa belajar. Sedangkan model
pembelajaran akan membahas tentang bagaimana cara membelajarkan siswa dengan
berbagai variasinya sehingga terhindar dari rasa bosan dan tercipta suasana
belajar yang nyaman dan menyenangkan.
·
Metode
Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (1980) metode adalah cara yang teratur dan terterpikir baik-baik
untuk mencapai maksud, cara kerja konsisten untuk memudahkan pelaksanaan suatu
kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan . Metode mengajar adalah
cara yang digunakan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran dan
mendinamiskan proses belajar-mengajar (Soetopo, 2010). Metode mengajar yang tepat dan dilaksanakan secara benar
dapat membantu siswa memahami materi pelajaran dan mencapai tujuan pembelajaran.
b)
13 September 2011
·
Teknik
Adalah cara kongkret yang dipakai seseorang
untuk mencapai tujuan tertentu. Teknik belajar Cara seorang siswa dalam
belajar. Teknik pembelajaran adalah cara yang dilakukan oleh seseorang dalam
mengimplementasikan metode secara spesifik (Akhmad Sudrajat, 2008). Teknik
belajar dan pembelajaran adalah suatu cara yang dilakukan seseorang dalam
mengimplementasikan suatu metode secara spesifik untuk mencapai tujuan tertentu.
·
Tambahan dari Dosen
ü
Model Pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal
hingga akhir yang disajikan secara khas oleh guru di dalam kelas. Tujuannya
adalah untuk meningkatkan kerjasama akademik antarsiswa, membentuk hubungan,
percaya diri, dan meningkatkan aktivitas individu/ kelompok.
ü
Pendekatan Pembelajaran adalah titik tolak/ sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang
sifatnya masih sangat umum. Contoh: pendekatan konsep, faktual, inquiry,
ketrampilan proses (dasar dan terintegrasi).
ü
Strategi adalah upaya atau kegiatan yang dilakukan guru dan siswa
agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Strategi
bersifat konseptual (design/ rancangan), sehingga digunakan berbagai metode
tertentu.
ü
Metode adalah prosedur,
urutan, langkah-langkah, dan cara yang digunakan guru dalam pencapaian tujuan
pembelajaran. Metode merupakan jabaran dari pendekatan. Satu pendekatan dapat
dijabarkan dalam beberapa metode pembelajaran.
ü
Teknik adalah cara konkret
yang dipakai saat proses pembelajaran berlangsung.
ü Hubungan antara Model, Strategi, Metode, dan Teknik
Pembelajaran.
2.
HASIL EKSPLORASI
Berdasarkan sumber yang saya dapatkan bahwa:
1)
Pendekatan
pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang
kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi,
menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan
teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran
terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang
berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan
(2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher
centered approach).
2)
Berbagai Model Pembelajaran, antara
lain:
a.
Koperatif (CL, Cooperative Learning). Model pembelajaran koperatif adalah kegiatan
pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu
mengkontruksi konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan
pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok
terdiri dari 4 – 5 orang, siawa heterogen (kemampuan, gender, karekter), ada
kontrol dan fasilitasi, dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa
laporan atau presentasi (Suherman, 2008).
b.
Kontekstual (CTL, Contextual Teaching and Learning). Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang
dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang
terkait dengan dunia nyata kehidupan siswa (daily life modeling), sehingga akan
terasa manfaat dari materi yang akan disajikan, motivasi belajar muncul, dunia
pikiran siswa menjadi konkret, dan suasana menjadi kondusif – nyaman dan
menyenangkan. Prinsip pembelajaran kontekstual adalah
aktivitas siswa, siswa melakukan dan mengalami, tidak hanya menonton dan
mencatat, dan pengembangan kemampuan sosialisasi (Suherman, 2008).
c.
Pembelajaran Berbasis masalah (PBL, Problem Based
Learning) Model pembelajaran ini
melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang
berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang
kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kondisi yang tetap harus dipelihara adalah
suasana kondusif, terbuka, negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan
menyenangkan agar siswa dapat berpikir optimal (Suherman, 2008).
d.
Problem Solving
Dalam hal ini masalah
didefinisikan sebagai suatu persoalan yang tidak rutin, belum dikenal cara
penyelesaiannya. Justru problem solving adalah mencari atau menemukan cara
penyelesaian (menemukan pola, aturan, atau algoritma). Sintaknya adalah:
sajikan permasalah yang memenuhi criteria di atas, siswa berkelompok atau
individual mengidentifikasi pola atau atuiran yang disajikan, siswa
mengidentifkasi, mengeksplorasi,menginvestigasi, menduga, dan akhirnya
menemukan solusi (Suherman, 2008).
e.
Jigsaw
Model
pembeajaran ini termasuk pembelajaran koperatif dengan sintaks seperti berikut
ini. Pengarahan, informasi bahan ajar, buat kelompok heterogen, berikan bahan
ajar (LKS) yang terdiri dari beberapa bagian sesuai dengan banyak siswa dalam
kelompok, tiap anggota kelompok bertugas membahas bagian tertentu, tiap
kelompok bahan belajar sama, buat kelompok ahli sesuai bagian bahan ajar yang
sama sehingga terjadi kerja sama dan diskusi, kembali ke kelompok asal,
pelaksana tutorial pada kelompok asal oleh anggota kelompok ahli, penyimpulan
dan evaluasi, refleksi (Suherman, 2008).
f.
TPS (Think
Pairs Share)
Model
pembelajaran ini tergolong tipe koperatif dengan sintaks: Guru menyajikan
materi klasikal, berikan persoalan kepada siswa dan siswa bekerja kelompok
dengan cara berpasangan sebangku-sebangku (think-pairs), presentasi kelompok
(share), kuis individual, buat skor perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis
dan berikan reward (Suherman, 2008).
3)
Strategi Pembelajaran. Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi
pembelajaran adalah suatu kegiatan
pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran
dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R
David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran
terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih
bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu
pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat
dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning
(Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara
penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara
strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif.
Disebutkan pula dalam sumber lain
bahwa Strategi Pembelajaran adalah pola umum perbuatan guru dan siswa di
dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar. Hal ini mengandung arti bahwa
interaksi belajar mengajar berlangsung dalam suatu pola yang digunakan bersama
oleh guru dan siswa. Dalam pola tersebut tentu terkandung bentuk-bentuk
rangkaian perbuatan atau kegiatan guru dan siswa yang mengarah pada tercapainya
tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya ( Raka Joni 1980
dalam Depdiknas 2003 ).
4)
Metode
Pembelajaran dapat diartikan sebagai
cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam
bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat
beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan
strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi;
(4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8)
debat, (9) simposium, dan sebagainya.
5)
Berbagai Teknik Belajar dan Pembelajaran, antara lain:
a.
Teknik Ceramah
ü
Merumuskan tujuan khusus yang akan dipelajari
siswa
ü
Menyusun bahan ceramah yang benar-benar perlu
diceramahkan
ü
Memberi
penanda tekanan materi penting tertentu
ü
Memusatkan
perhatian siswa dan arahkan pada pokok materi yang diceramahkan
ü
Menggunakan bahasa yang sederhana dan dapat
dipahami siswa (Soetopo, 2010).
b.
Teknik Tanya Jawab
ü
merumuskan tujuan khusus penggunaan metode
tanya-jawab.
ü
mempersiapkan pertanyaan yang tidak hanya
dijawab “ya” atau “tidak”.
ü
merumuskan kemungkinan jawabannya agar guru
memiliki patokan menjaga agar selalu dalam pokok persoalan (Soetopo, 2010).
c.
Teknik Diskusi
ü
merumuskan tujuan khusus diskusi.
ü
merumuskan persoalan atau masalah yang akan
didiskusikan.
ü
mempersiapkan pertanyaan yang memancing banyak
jawaban, misalnya jawaban mempertimbangkan dan membandingkan.
ü
Setiap partisipasi dicatat intinya.
ü
Pada akhir diskusi seluruh pertanyaan
dirumuskan kesimpulan umum.
d.
Teknik Demonstrasi dan Eksperimen
ü
merumuskan tujuan khusus demonstrasi.
ü
merancang tempat agar semua siswa dapat
mengamati.
ü
Sebelum didemonstrasikan atau dieksperimenkan,
agar dicoba dulu sebelumnya.
ü
Menjelaskan garis besar langkah-langkah
demonstrasi atau eksperimen.
ü
memberi petunjuk siswa untuk mencatat hal-hal
penting pada demonstrasi dan eksperimen (Soetopo, 2010).
e.
Teknik Resitasi (Pemberian Tugas)
ü
menentukan tujuan khusus resitasi
ü
menyediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan
tugas
ü
memberikan petunjuk mengerjakan yang jelas
ü
mengadakan pertanggungjawaban siswa
ü
mengadakan evaluasi, dan hasilnya dikembalikan
kepada siswa (Soetopo, 2010).
3.
HUBUNGAN YANG BERKAITAN DENGAN KONSEP
1)
Tugas utama guru adalah membelajarkan siswa, yaitu
mengkondisikan siswa agar belajar aktif sehingga potensi dirinya (kognitif,
afektif, dan konatif) dapat berkembang dengan maksimal. Dengan belajar aktif,
melalui partisipasi dalam setiap kegiatan pembelajaran, akan terlatih dan
terbentuk kompetensi yaitu kemampuan siswa untuk melakukan sesuatu yang
sifatnya positif yang pada akhirnya akan membentuk life skill sebagai bekal hidup dan
penghidupannya. Agar hal tersebut di atas dapat terwujud, guru
seyogianya mengetahui bagaimana cara siswa belajar dan menguasai berbagai cara
membelajarkan siswa.
2)
Kompetensi siswa yang harus dimilki selama
proses dan sesudah pembelajaran adalah kemampuan kognitif (pemahaman,
penalaran, aplikasi, analisis, observasi, identifikasi, investigasi,
eksplorasi, koneksi, komunikasi, inkuiri, hipotesis, konjektur, generalisasi,
kreativitas, pemecahan masalah), kemampuan afektif (pengendalian diri yang
mencakup kesadaran diri, pengelolaan suasana hati, pengendalian impulsi,
motivasi aktivitas positif, empati), dan kemampuan psikomotorik (sosialisasi
dan kepribadian yang mencakup kemampuan argumentasi, presentasi, prilaku).
Istilah psikologi kontemporer, kompetensi / kecakapan yang berkaitan dengan
kemampuan profesional (akademik, terutama kognitif) disebut dengan hard
skill, yang berkontribusi terhadap sukses individu sebesar 40 % . Sedangkan
kompetensi lainnya yang berkenaan dengan afektif dan psikomotorik yang
berkaitan dengan kemampuan kepribadian, sosialisasi, dan pengendalian diri
disebut dengan soft skill, yang berkontribusi sukses individu sebesar 60%
(Suherman, 2008).
3)
Reformasi pendidikan merupakan respon terhadap perkembangan
tuntutan global sebagai suatu upaya untuk mengadaptasikan sistem pendidikan
yang mampu mengembangkan sumber daya manusia untuk memenuhi tuntutan zaman yang
sedang berkembang. Melalui reformasi pendidikan, pendidikan harus berwawasan
masa depan yang memberikan jaminan bagi perwujudan hak-hak azasi manusia untuk
mengembangkan seluruh potensi dan prestasinya secara optimal guna kesejahteraan
hidup di masa depan.
4)
Guru memegang
peranan sentral dalam proses belajar mengajar, untuk itu mutu pendidikan di
suatu sekolah sangat ditentukan oleh kemampuan yang dimiliki seorang guru dalam
menjalankan tugasnya. Menurut Aqib guru adalah faktor penentu bagi keberhasilan
pendidikan di sekolah, karena guru merupakan sentral serta sumber kegiatan
belajar mengajar 3. Lebih lanjut dinyatakan bahwa guru merupakan komponen yang
berpengaruh dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah 4. Hal ini menunjukkan
bahwa kemampuan atau kompetensi profesional dari seorang guru sangat menentukan
mutu pendidikan.
4.
MASALAH DAN SOLUSI
A.
MASALAH
1.
Bagaimana pembelajaran agar bisa bermakna?
2.
Bagaimana menghadapi siswa/ mahasiswa yang berkepribadian
negatif?
3.
Bagaimana hubungan antara pendekatan, strategi, dan model
pembelajaran?
4.
Begitu marak tentang konstruktivisme. Apa yang mendasari
disarankannya pembelajaran konstruktivisme?
B.
SOLUSI
1.
Cara agar Pembelajaran Bisa Bermakna
Dalam belajar apapun, belajar efektif (sesuai
tujuan) semestinya bermakna. Agar bermakna, belajar tidak cukup dengan hanya
mendengar dan melihat tetapi harus dengan melakukan aktivitas (membaca,
bertanya, menjawab, berkomentar, mengerjakan, mengkomunikasikan, presentasi,
diskusi).
Dalam bahasa Sunda ada pepatah “pok-pek-prak”
yang berarti bahwa belajar mempunya indikator berkata-pok
(bertanya-menjawab-diskusi,presentasi). Mencoba-pek (menyelidiki,
meng-identifikasi, menduga, menyimpulkan, menemukan), dan melaksanakan-prak
(mengaplikasikan, menggunakan, memanfaatkan, mengembangkan).
Selanjutnya, Vernon A. Madnesen (1983) dan
Peter Sheal (1989) mengemukakan bahwa kebermaknaan belajar tergantung bagaimana
belajar. Jika belajar hanya dengan membaca, kebermaknaan bisa mencapai 10%,
dari mendengar 20%, dari melihat 30%, mendengar dan melihat 50%, mengatakan-komunikasi
mencapai 70%, dan belajar dengan melakukan dan mengkomunikasikan bisa mencapai
90%.
Dari uraian di atas implikasi terhadap
pembelajaran adalah bahwa kegiatan pembelajaran identik dengan aktivitas siswa
secara optimal, tidak cukup dengan mendengar dan melihat, tapi harus dengan hands-on,
minds-on, konstruksivis, dan daily life (kontekstual).
2.
Menghadapi Siswa/ Mahasiswa yang Berkepribadian Negatif
Disampaikan oleh Suherman (2008) dalam artikelnya bahwa sebagai
guru, tentunya akan berhadapan dengan siswa yang berkepribadian negatif dan
tentunya tidak untuk dibiarkan karena profesi guru adalah amanat. Bagaimanakah
menghadapi siswa dengan pola pribadi seperti itu? Caranya antara lain dengan
cara tidak memvonis, katakan “saya ….” bukan katanya, jangan sungkan untuk
apologi jika kesalahan, tumbuhkan citra positif, bersikap mengajak dan bukan
memerintah, dan jaga komunikasi non verbal (ekspresi wajah, nada suara, gerak
tubuh, dan sosok panutan). Mengapa demikian? Karena cara berkomunikasi akan
langsung berkenaan dengan akal dan rasa, yang selanjutnya mempengaruhi poses
pembelajaran.
Saya sangat setuju dengan pendapat di atas, terutama guru
sebagai sosok panutan yang tentunya akan “dinilai” oleh siswa/ mahasiswa. Jika
seorang guru memperlihatkan sikap yang tidak baik, seperti selalu melontarkan
kata-kata jelek pada siswa yang salah menjawab, memberikan hukuman berat pada
siswa yang tidak rapi, dan kata-kata atau sikap tidak baik lainnya. Hal
tersebut akan sangat berpengaruh terhadap kepribadian siswa, baik secara
langsung maupun secara tidak langsung. Misalnya, seorang guru memarahi siswanya
karena salah menjawab pertanyaannya dengan, “Bagaimana kamu ini? Sudah
dijelaskan berulang-ulang belum juga mengerti”. Dengan respon guru seperti
itu, maka siswa akan merasa dirinya tidak mapu dan tidak berni untuk menjwab
lagi, sehingga sikap yang muncul adalah sikap pesimis dan tidak percaya pada
kemampuannya karena dia menganggap bahwa jika dia menjawab pertanyaan guru,
jawabannya pasti salah.
Hal yang seharusnya dilakukan oleh guru adalah dengan
membimbing siswa tersebut untuk menjawab dengan pemikirannya sendiri dan jika
salah, maka guru tidak perlu mengatakan hal yang membuat siswa tersinggung.
Walapun jawaban siswa tersebut salah, guru harus tetap memberikan penghargaan
atas keberaniannya dalam menjawab, yaitu dengan “Bagus sekali, Anton. Tapi
perlu saya tambahkan dan perlu diingat bahwa…”. Dengan sikap tersebut, maka
siswa-siswi tidak akan merasa tertekan dan selalu ingin mencoba menjawab pertanyaan
dari guru, sehingga pembelajaran akan terasa menyenangkan.
3.
Hubungan antara Pendekatan, strategi, dan Model dalam
pembelajaran
Istilah pendekatan
dan strategi sering diartikan sama, dan dalam model
biasanya termasuk di dalamnya ada metode, strategi dan pendekatan yang
digunakan. Pendekatan (approach) dapat dipandang sebagai suatu
rangkaian tindakan yang terpola atau terorganisir berdasarkan prinsip-prinsip
tertentu (misalnya dasar filosofis, prinsip psikologis, prinsip didaktis, atau
prinsip ekologis), yang terarah secara sistematis pada tujuan-tujuan yang
hendak dicapai. Dengan demikian pola tindakan tersebut dibangun di atas
prinsip-prinsip yang telah terbukti kebenarannya sehingga tindakan-tindakan
yang terorganisir dapat berjalan secara konsisten ke arah tercapainya tujuan
atau teratasinya suatu masalah. Pendekatan mengandung sejumlah komponen yaitu
tujuan, pola tindakan, metode atau teknik, sumber-sumber yang digunakan, dan
prinsip-prinsip (Widodo, 2009).
Sedangkan Model pembelajaran mempunyai
makna yang lebih luas dari pada strategi, metode, prosedur dan
pendekatan. Dalam model pembelajaran mencakup strategi pembelajaran yang
digunakan, metode yang digunakan, dan pendekatan pengajaran yang digunakan yang
lebih luas dan meyeluruh.
4.
Mengapa Disarankan
Konstruktivisme..??
Dalam paradigma pembelajaran, guru
menyajikan persoalan dan mendorong (encourage) siswa untuk
mengidentifikasi, mengeksplorasi, berhipotesis, berkonjektur, menggeneralisasi,
dan inkuiri dengan cara mereka sendiri untuk menyelesaikan persoalan yang
disajikan. Sehingga jenis komunikasi yang dilakukan antara guru-siswa tidak
lagi bersifat transmisi sehingga menimbulkan imposisi (pembebanan), melainkan
lebih bersifat negosiasi sehingga tumbuh suasana fasilitasi.
Dalam kondisi tersebut suasana menjadi
kondusif (tut wuri handayani) sehingga dalam belajar siswa bisa mengkonstruksi
pengetahuan dan opengalaman yang diperolehnya dengan pemaknaan yang lebih baik.
Siswa membangun sendiri konsep atau struktur materi yang dipelajarinya, tidak
melalui pemberitahuan oleh guru. Siswa tidak lagi menerima paket-paket konsep
atau aturan yang telah dikemas oleh guru, melainkan siswa sendiri ang
mengemasnya. Mungkin saja kemasannya tidak akurat, siswa yang satu dengan siswa
lainnya berbeda, atau mungkin terjadi kesalahan, di sinilah tugas guru
memberikan bantuan dan arahan (scalfolding) sebagai fasilitator dan
pembimbing. Kesalahan siswa merupakan bagian dari belajar, jadi harus dihargai
karena hal itu cirinya ia sedang belajar, ikut partisipasi dan tidak menghindar
dari aktivitas pembelajaran.
Hal inilah yang disebut dengan konstruktivisme
dalam pembelajaran, dan memang pembelajaran pada hakikatnya adalah konstruktivisme,
karena pembelajaran adalah aktivitas siswa yang sifatnya proaktif dan reaktif
dalam membangun pengetahuan. Agar
konstruktivisme dapat terlaksana secara optimal, Confrey (1990) menyarankan
konstruksivisme secara utuh (powerfull constructivism), yaitu:
konsistensi internal, keterpaduan, kekonvergenan, refeleksi-eksplanasi, kontinuitas
historical, simbolisasi, koherensi, tindak lanjut, justifikasi, dan sintaks
(SOP).
Saya sangat tertarik pada pembelajaran
konstruktivisme, karena siswa akan dilatih untuk membangun pengetahuannya
(konsep) sendiri, terutama berdasarkan kehidupannya/ pengalamnnya sendiri. Dengan
begitu, siswa akan mencapai pemahamannya sendiri. Setelah konsep masing-masing
siswa sudah ada, maka guru harus memberikan klarifikasi terhadap apa yang ada
di benak siswa, sehingga mereka mengerti bagian mana yang salah dan bagian mana
yang perlu ditambah.
5.
ELEMEN YANG MENARIK
1.
Strategi pembelajaran
dikatakan berkaitan dengan cara penyampaian materi dalam lingkungan
pembelajaran yang meliputi sifat, ruang lingkup dan urutan peristiwa yang
memberikan pengalaman-pengalaman pendidikan. Strategi pembelajaran tersusun
atas metode-metode dan teknik-teknik atau prosedur-prosedur yang akan
memungkinkan pembelajaran untuk mencapai tujuan-tujuan belajar (Gerlach dan
Ely, 1980 dalam Depdiknas 2003).
2.
Masalah strategi pembelajaran nampaknya menekankan
apa yang harus dilalui ketika guru akan mentransfer pengetahuan, sehingga
pengetahuan bisa dimiliki dan dipahami siswa , dan selanjutnya siswa dapat
menggunakan pengatahuan itu untuk menghadapi tantangan jaman.
3.
Strategi pembelajaran
sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai
metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan
of operation achieving something” sedangkan metode adalah “a way in
achieving something” (Wina Senjaya (2008).
4.
Teknik Pembelajaran
dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan
suatu metode secara spesifik.
5.
Apabila antara pendekatan,
strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi
satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model
pembelajaran.
6.
Di luar istilah-istilah
teori, pendekatan, metode, model, strategi, dan teknik pembelajaran, dalam
proses pembelajaran dikenal juga istilah desain pembelajaran.
Jika strategi pembelajaran lebih berkenaan dengan pola umum dan prosedur umum
aktivitas pembelajaran, sedangkan desain pembelajaran lebih menunjuk kepada
cara-cara merencanakan suatu sistem lingkungan belajar tertentu setelah
ditetapkan strategi pembelajaran tertentu.
6.
REFLEKSI DIRI
Dari konsep yang diberikan
oleh dosen dan konsep yang saya dapat dari sumber-sumber di atas, wawasan saya
mengenai Belajar dan Pembelajaran menjadi bertambah. Ternyata masih banyak
hal-hal baru yang belum saya ketahui sebelumnya. Juga banyak hal yang belum
saya pahami mengenai bagimana pembelajaran yang baik bagi siswa maupun bagi
guru/ pengajar. Dalam hal ini, saya harus menguasai dengan baik, karena saya
adalah calon pendidik. Oleh karena itu, saya harus serius dalam menjalani
matakuliah ini dan mencari banyak informasi dari berbagai sumber untuk
persiapan saya menjadi pengajar dan pendidik yang baik kelak. Amiin.
Terima kasih.. Semoga bermanfaat yaa.. :)
BalasHapus