JURNAL BELAJAR 3
Nama :
Linda Tri Antika
NIM :
209341417443
Kelas :
AA
Matakuliah :
Belajar dan Pembelajaran
Dosen :
Dr. Hj. Sri Endah Indriwati, M.Pd
Jam/ Ruang :
07 – 08 SPA 307
Hari, Tanggal :
Senin, 22 Agustus 2011
Jurnal ke- :
3
Konsep : Penilaian Jurnal
dan Pencerahan tentang Hidup (Sikap) dari Dosen
1.
INFORMASI/ KONSEP YANG DITERIMA DARI DOSEN
1- Sangat penting
menjaga sikap.
2- Harus mampu berpikir
panjang dalam menjalani hidup.
3- Bagaimana menjadi
pribadi yang baik (misalnya sebagai guru dan siswa).
2.
EKSPLORASI KONSEP YANG DIPELAJARI
Dalam pertemuan kali ini, dosen menjelaskan tentang
pentingnya menjaga sikap, berfikir panjang dalam menjalani hidup, dan bagaimana
menjadi pribadi yang baik. Hal ini sangat penting untuk dikaji karena meskipun
hal ini biasanya dianggap remeh, namun sangat berpengaruh terhadap hidup kita,
terutama sikap kita. Lebih-lebih saya sebagai calon pengajar dan pendidik,
harus mengerti betul dalam menjaga sikap dan membetuk sikap yang baik terhadap
siswa-siswa saya.
3.
HASIL EKSPLORASI
Konsep dasar sikap dan perilaku yang saya dapatkan
bersumber dari pendapat Thursthoen dalam Walgito (1990: 108) “sikap adalah
gambaran kepribadian seseorang yang terlahir melalui gerakan fisik dan
tanggapan pikiran terhadap suatu keadaan atau suatu objek”. Juga kutipan dari
pendapat Berkowitz, dalam Azwar (2000:5) ”sikap seseorang pada suatu objek adalah
perasaan atau emosi, dan faktor kedua adalah reaksi/respon atau kecenderungan
untuk bereaksi. Sebagai reaksi maka sikap selalu berhubungan dengan dua
alternatif, yaitu senang (like) atau tidak senang (dislike), menurut dan
melaksanakan atau menjauhi/menghindari sesuatu”.
Berdasarkan Mar’at
(1982:23) sikap akan dipersepsi oleh individu dan hasil persepsi akan
dicerminkan dalam sikap yang diambil oleh individu yang bersangkutan. Dalam
persepsi objek sikap individu akan dipengaruhi oleh pengetahuan, pengalaman,
keyakinan, proses belajar, dan hasil proses persepsi ini akan merupakan pendapat
atau keyakinan individu mengenai objek sikap dan ini berkaitan dengan segi
kognisi. Afeksi akan mengiringi hasil kognisi terhadap objek sikap sebagai
aspek evaluatif, yang dapat bersifat positif atau negatif. Hasil evaluasi aspek
afeksi akan mengait segi konasi, yaitu merupakan kesiapan untuk memberikan
respon terhadap objek sikap, kesiapan untuk bertindak dan untuk berperilaku.
Keadaan lingkungan akan memberikan pengaruh terhadap objek sikap maupun pada
individu yang bersangkutan.
Mengukur sikap bukan suatu
hal yang mudah sebab sikap adalah kecenderungan, pandangan pendapat, atau
pendirian seseorang untuk meneliti suatu objek atau persoalan dan bertindak
sesuai dengan penilaiannya, dengan menyadari perasaan positif dan negatif dalam
menghadapi suatu objek. Dalam penelitian sikap, tergantung pada kepekaan dan
kecermatan pengukurannya. Perlu diperhatikan metode yang berhubungan dengan
pengukuran sikap, bagaimana instrumen itu dapat dikembangkan dan digunakan
untuk mengukur sikap. Azwar (2000:90) menjelaskan bahwa, metode yang bisa
digunakan untuk pengungkapan sikap yaitu:
a.
Observasi perilaku, Kalau
seseorang menampakkan perilaku yang konsisten (terulang) misalnya tidak pernah
mau diajak nonton film Indonesia, bukanlah dapat disimpulkan bahwa ia tidak menyukai
film Indonesia. Orang lain yang selalu memakai baju warna putih, bukankah dia
memperlihatkan sikapnya terhadap warna putih. Perilaku tertentu bahkan
kadang-kadang sengaja ditampakkan untuk menyembunyikan sikap yang sebenarnya.
b.
Pertanyaan langsung, Asumsi yang
mendasari metode pertanyaan langsung guna pengungkapan sikap, pertama adalah
asumsi bahwa individu merupakan orang yang paling tahu mengenai dirinya
sendiri, dan kedua adalah asumsi keterusterangan bahwa manusia akan
mengemukakan secara terbuka apa yang dirasakannya.
c. Pengungkapan langsung, Suatu metode pertanyaan langsung adalah
pengungkapan langsung (direct assessment) secara tertulis yang dapat dilakukan
dengan menggunakan item tunggal maupun dengan menggunakan item ganda. Prosedur
pengungkapan langsung dengan item ganda sangat sederhana. Responden diminta
untuk menjawab langsung suatu pernyataan sikap tertulis dengan memberi tanda
setuju atau tidak setuju. Penyajian dan pemberian respondennya yang dilakukan
secara tertulis memungkinkan individu untuk menyatakan sikap secara lebih
jujur. Pengukuran sikap yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan pengungkapan langsung yaitu dengan menggunakan skala psikologis
yang diberikan pada objek.
4.
HUBUNGAN YANG BERKAITAN DENGAN KONSEP
Hal yang berkaitan dengan SAINS dan
pembelajarannya adalah teori belajar yang digunakan oleh guru/ dosen dalam
proses pembelajaran SAINS itu sendiri. Misalnya adalah teori belajar
konstruktivisme. Teori ini mempunyai pengaruh besar terhadap upaya pengembangan
model-model pembelajaran yang bertujuan membantu siswa memahami konsep-konsep
secara benar.
Para guru/ dosen umumnya
telah menyadari bahwa sebenarnya mengubah kesalahan konsep siswa/
mahasiswa tidaklah mudah. Siswa/
mahasiswa dalam membangun pemahamannya tentang konsep sains membentuk suatu
kerangka berpikir yang kompleks, di mana pembentukan kerangka berpikir tersebut
merupakan hasil interaksi siswa/ mahasiswa dengan pengalaman-pengalaman
konkritnya atau dari hasil belajarnya. Jadi teori belajar yang digunakan akan
berpengaruh sejauh mana siswa/ mahasiswa memahami konsep SAINS yang dipelajari.
5.
MASALAH DAN SOLUSI
A. MASALAH
1. Faktor apakah yang
mempengaruhi sikap seseorang?
2. Bagaimana huhungan
antara guru dan murid mengenai hubungannya dengan sikap murid?
3. Bagaimana sikap dan
sifat guru yang profesional?
4. Bagaimana karakter
yang harus dimiliki oleh seorang guru?
5. Bagaimana dan apa
saja faktor yang menyebabkan seorang guru melakukan sikap yang menyimpang?
B. SOLUSI
1.
Faktor yang Mempengaruhi Sikap
Sikap yang ada pada
diri seseorang akan dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu factor fisiologis
dan psikologis serta faktor eksternal. Faktor eksternal dapat berwujud situasi
yang dihadapi oleh individu, norma-norma yang ada dalam masyarakat,
hambatan-hambatan atau pendorong-pendorong yang ada dalam masyarakat. Semuanya
ini akan berpengaruh terhadap sikap yang ada pada diri seseorang (Fuddin,
2009).
Saya sangat setuju
dengan penulis di atas bahwa faktor internal dan factor internal sangat
mempengaruhi sikap seseorang. Factor internal, misalnya seseorang yang
mempunyai gangguan dalam psikologis akan merasa minder dan sering menyendiri,
akibatnya orang tersebut bersikap kurang social dan kurang pergaulan. Selain
itu, factor eksternal juga sangat berpengaruh terhadap sikap seseorang.
Misalnya, seseorang yang awalnya berasal dari lingkungan desa kemudian pindah
ke lingkungan kota, maka apabila tidak mempunyai pengendalian diri, maka akan
terpengaruh oleh lingkungan luarnya. Oleh karena itu, peran orang tua sangat
diharapkan dalam mendidik putra-putrinya, terutama mengenai sikap dan batasan
pergaulannya. Selain itu, peran guru di sekolah yang tidak hanya mengajatr
tetapi juga mendidik pun sangat diharapkan guna melahirkan peserta didik yang
handal dan berbudi pekerti mulia.
2.
Huhungan antara Guru dan Murid
Disebutkan dalam Jurnal Pendidikan Dharma oleh (Andrini,
2011) yang berjudul Profesionalisme Guru dan Paradigma Baru dalam
Peningkatan Mutu Pendidikan disebutkan bahwa hubungan guru dengan
muridnya kian hari kian renggang. Dulu, mereka begitu mengerti kondisi dan
perkembangan muridnya. Namun kini, jam kerja guru terpaku oleh waktu, lebih
dari jam tersebut dianggap sebagai tambahan pelajaran sehingga perlu
perhitungan biaya tertentu. Kondisi ini diperparah oleh adanya perubahan gaya
hidup anak muda yang kian "santai" dalam bersopan santun terhadap
guru. Di sisi lain, akibat merebaknya akses informasi membuat murid
"merasa lebih tahu" dari pada gurunya.
Selain itu, juga belum ada peraturan di bidang pendidikan
yang secara tegas mengharuskan guru untuk meningkatkan kualitas pengajarannya
sesuai dengan standar yang ditentukan, yang ada barulah berupa himbauan saja.
Keberadaan peraturan seperti ini akan memberikan konsekuensi bila seorang guru
tidak mampu meningkatkan kualitas diri serta anak didiknya. Bukannya seperti
saat ini dengan cara guru memberikan les-les privat pada segelintir murid yang
selain menimbulkan kecemburuan, menambah beban/ pengeluaran orang tua, juga
memperlihatkan tidak adanya rasa tanggung jawab moral dari guru terhadap anak
didiknya.
Saya sangat setuju dengan penulis di atas bahwa sikap sopan
santun peserta didik saat ini mulai pudar terhadap gurunya. Menurut saya, hal
tersebut dipengaruhi oleh globalisasi yang dampaknya sangat kita rasakan,
terutama moral kawula muda saat ini. Tidak lepas dari pengaruh teknologi yang
semakin maju, misalnya aanya internet, handphone, dan lain-lain. Hal
tersebut sangat mempengaruhi sikap anak muda saat ini. Hal lain yang utama
adalah kepedulian orang tua terhadap anaknya, terutama mengenai akhlak dan
aqidahnya. Berbeda dengan orang tua zaman dahulu yang konon sangat menjaga
sikap putra putrinya, sehingga Indonesia dikenal dengan adat timur karena
memiliki kesopanan yang tinggi.
Namun, saat ini seolah-olah tanggung jawab orang tua terhadap
anaknya terabaikan. Anak muda mungkin sangat merasa dibebaskan, karena tidak
adanya teguran dari orang tua. Padahal dengan maraknya dampak negative
globalisasi ini, tanggung jawab orang tua justru sangat diharapkan dalam
mendidik anaknya agar kelak menjadi generasi yang berakhlak mulia. Dengan kata
lain, berkembangnya IPTEK harus diimbangi dengan IMTAQ.
3.
Sikap dan Perilaku Guru yang Profesional
Berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas guru,
antara lain melalui seminar, pelatihan, dan loka karya, bahkam melalui
pendidikan formal bahkan dengan menyekolahkan guru pada tingkat yang lebih
tinggi. Kendatipun dalam pelakansaannya masih jauh dari harapan, dan banyak
penyimpangan, namun paling tidak telah menghasilkan suatu kondisi yang yang
menunjukkan bahwa sebagian guru memiliki ijazah perguruan tinggi.
Latar belakang pendidikan
ini mestinya berkorelasi positif dengan kualitas pendidikan, bersamaan dengan
faktor lain yang mempengaruhi. Walaupun dalam kenyataannya banyak guru yang
melakukan kesalahan-kesalahan. Kesalahan-kesalahan yang seringkali tidak
disadari oleh guru dalam pembelajaran ada tujuh kesalahan. Kesalahan-kesalahan
itu antara lain:
1.
mengambil jalan pintas dalam
pembelajaran,
2.
menunggu peserta didik berperilaku
negatif,
3.
menggunakan destruktif discipline,
4.
mengabaikan kebutuhan-kebutuhan
khusus (perbedaan individu) peserta didik,
5.
merasa diri paling pandai di
kelasnya,
6.
tidak adil (diskriminatif), serta
7.
memaksakan hak peserta didik
(Mulyasa, 2005:20).
Untuk mengatasi
kesalahan-kesalahan tersebut maka seorang guru yang profesional harus memiliki
empat kompetensi. Kompetensi tersebut tertuang dalam Undang-Undang Dosen dan
Guru, yakni:
1.
kompetensi pedagogik adalah
kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik,
2.
kompetensi kepribadian adalah
kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta
menjadi teladan peserta didik,
3.
kompetensi profesional adalah
kamampuan penguasaan materi pelajaran luas mendalam,
4.
kompetensi sosial adalah kemampuan
guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan
peserta didik, sesama guru, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat
sekitar.
4.
Enam Belas Pilar
Pembentukan Karakter yang Harus Dimiliki Seorang Guru
Menurut Danni
Ronnie M. , ada enam belas pilar agar guru dapat mengajar dengan hati.
Keenam belas pilar tersebut menekankan pada sikap dan perilaku pendidik untuk
mengembangkan potensi peserta didik. Enam belas pilar pembentukan karakter yang
harus dimiliki seorang guru, antara lain:
1. kasih sayang,
2. penghargaan,
3. pemberian ruang untuk mengembangkan diri,
4. kepercayaan,
5. kerjasama,
6. saling berbagi,
7. saling memotivasi,
8. saling mendengarkan,
9. saling berinteraksi secara positif,
10. saling menanamkan nilai-nilai moral,
11. saling mengingatkan dengan ketulusan hati,
12. saling menularkan antusiasme,
13. saling menggali potensi diri,
14. saling mengajari dengan kerendahan hati,
15. saling menginsiprasi,
16. saling menghormati perbedaan.
Menurut saya, pendapat ini sangat baik sekali bila dikaitkan dengan
profesional seorang guru.
5.
Faktor Penyebab Sikap dan
Perilaku Guru Menyimpang
Pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan anak bangsa. Berbagai upaya
pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan telah dilaksanakan walapun belum
menunjukkan hasil yang optimal. Pendidikan tidak bisa lepas dari siswa atau
peserta didik. Siswa merupakan subjek didik yang harus diakui keberadaannya.
Berbagai karakter siswa dan potensi dalam dirinya tidak boleh diabaikan begitu
saja. Tugas utama guru mendidik dan mengembangkan berbagai potensi.
Menurut (Fuddin, 2009) dalam artikelnya yang berjudul Sikap dan
Perilaku Guru yang Profesional , jika ada pendidik (guru) yang sikap
dan perilakunya menyimpang karena dipengaruhi beberapa faktor. Pertama, adanya
malpraktik yaitu melakukan praktik yang salah, miskonsep. Guru salah dalam
menerapkan hukuman pada siswa. Apapun alasannya tindakan kekerasan maupun
pencabulan guru terhadap siswa merupakan pelanggaran.
Kedua, kurang siapnya guru maupun siswa secara fisik, mental, maupun
emosional. Kesiapan fisik, mental, dan emosional guru maupun siswa sangat
diperlukan. Jika kedua belah pihak siap secara fisik, mental, dan emosional,
proses belajar mengajar akan lancar, interaksi siswa dan guru pun akan terjalin
harmonis.
Ketiga, kurangnya penanaman budi pekerti di sekolah. Pelajaran budi
pekerti sekarang ini sudah tidak ada lagi. Kalaupun ada sifatnya hanya sebagai
pelengkap, lantaran diintegrasikan dengan berbagai mata pelajaran yang ada.
Namun realitas di lapangan pelajaran yang didapat siswa kabanyakan hanya
dijejali berbagai materi. Sehingga nilai-nilai budi pekerti yang harus
diajarkan justru dilupakan.
Selain dari ketiga faktor di atas, juga dipengaruhi oleh tipe-tipe
kejiwaan seperti yang diungkapkan Plato dalam “Tipologo Plato”, bahwa fungsi
jiwa ada tiga, yaitu: fikiran, kemauan, dan perasaan. Pikiran berkedudukan di
kepala, kemauan berkedudukan dalam dada, dan perasaan berkedudukan dalam tubuh
bagian bawah. Atas perbedaan tersebut Plato juga membedakan bahwa pikiran itu
sumber kebijakasanaan, kemauan sumber keberanian, dan perasaan sumber kekuatan
menahan hawa nafsu.
Jika pikiran, kemauan, perasaan tidak sinkron akan menimbulkan
permasalahan. Perasaan tidak dapat mengendalikan hawa nafsu, akibatnya kemauan
tidak terkendali dan pikiran tidak dapat berpikir bijak. Agar pendidikan di
Indonesia berhasil, paling tidak pendidik memahami faktor-faktor tersebut.
Kemudian mampu mengantisipasinya dengan baik. Sehingga kesalahan-kesalahan guru
dalam sikap dan perilaku dapat dihindari.
6.
ELEMEN YANG MENARIK
1.
Plato dalam “Tipologo Plato”,
bahwa fungsi jiwa ada tiga, yaitu: fikiran, kemauan, dan perasaan. Pikiran
berkedudukan di kepala, kemauan berkedudukan dalam dada, dan perasaan
berkedudukan dalam tubuh bagian bawah. Atas perbedaan tersebut Plato juga
membedakan bahwa pikiran itu sumber kebijakasanaan, kemauan sumber keberanian,
dan perasaan sumber kekuatan menahan hawa nafsu.
2.
Mengukur sikap bukan suatu hal
yang mudah sebab sikap adalah kecenderungan, pandangan pendapat, atau pendirian
seseorang untuk meneliti suatu objek atau persoalan dan bertindak sesuai dengan
penilaiannya, dengan menyadari perasaan positif dan negatif dalam menghadapi
suatu objek.
3.
Kesalahan guru dalam memahami profesinya akan
mengakibatkan bergesernya fungsi guru secara perlahan-lahan. Pergeseran
ini telah menyebabkan dua pihak yang tadinya sama-sama membawa kepentingan dan
salng membutuhkan, yakni guru dan siswa, menjadi tidak lagi saling membutuhkan.
Akibatnya suasana belajar sangat memberatkan, membosankan, dan jauh dari
suasana yang membahagiakan. Dari sinilah konflik demi konflik muncul sehingga
pihak-pihak didalamnya mudah frustasi lantas mudah melampiaskan kegundahan
dengan cara-cara yang tidak benar. Di sinilah perlu diperhatikan sikap guru
yang professional atau sebaliknya.
4.
Minat, bakat, kemampuan,
dan potensi peserta didik tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan
guru. Dalam kaitan ini guru perlu memperhatikan peserta didik secara
individual. Tugas guru tidak hanya mengajar, namun juga mendidik, mengasuh,
membimbing, dan membentuk kepribadian siswa guna menyiapkan dan mengembangkan
sumber daya manusia (SDM).
7.
REFLEKSI DIRI
Sebagai calon pengajar dan
pendidik bidang Biologi, saya sangat tertarik membaca materi tentang Hakikat
SAINS dan Pembelajaran SAINS ini. Selain berguna dalam pemahaman saya untuk
keperluan matakuliah ini sendiri, saya juga dapat menerapkan pembelajaran yang
pantas dalam bidang Biologi setelah saya benar-benar menjadi seorang pengajar
dan pendidik nanti. Saya sangat ingin membuat siswa/ mahasiswa saya mengerti,
tidak hanya menghafal saja. Oleh karena itu, saya masih harus bereksplorasi
lagi mengenai metode ataupun pendekatan pembelajaran yang pas untuk
pembelajaran Biologi. Syukur-syukur kalau saya bisa menemukan metose anyar
dalam pembelajaran Biologi. Amiiiiiiin........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar