JURNAL BELAJAR 13
Nama :
Linda Tri Antika
NIM :
209341417443
Kelas :
AA
Matakuliah :
Belajar dan Pembelajaran
Dosen :
Dr. Hj. Sri Endah Indriwati, M.Pd
Jam/ Ruang : 03
– 04 dan 07 – 08 SPA 307
Hari, Tanggal : Senin, 7 Nopember 2011
Konsep : Motivasi, Diagnosa
dan Kesulitan Belajar
1.
EKSPLORASI KONSEP YANG DIPELAJARI DAN INFORMASI/ KONSEP
YANG DITERIMA DARI DOSEN/ HASIL PRESENTASI
a)
Senin, 14 November 2011
Pak
As’ad mengisi pelajaran di kelas kami dengan materi motivasi. Sebagian besar
yang dijelaskan oleh pak As’ad adalah cerita motivasi yang membangkitkan
semangat kami, sehingga kami lumayan senang mendengarkan cerita- cerita beliau.
b)
Selasa,
15 November 2011
v Diagnosa dan Kesulitan Belajar
Hari ini, yang mengajar kami adalah Ibu Ida
tentang Diagnosa kesulitan belajar. Jujur saja, jam 1 siang adalah jam yang
memberatkan mata, alias ngantuk. Hhehehe..Tapi saya harus tetap
semangat.
Pada pertemuan ini, kami melakukan diskusi
mengenai kesulitan belajar. Ibu Ida menyuruh kami untuk menuliskan alasan
mengapa kami sulit belajar atau apa saja yang menjadi hambtan dalam belajar
kami. Setelah diberi waktu beberapa menit, kami disuruh berdiskusi dengan
kelompok, setelah itu beberapa kelompok membacakan hasilnya pada tiap anggota.
Saya sangat senang karena bisa mengetahui dan member solusi pada teman yang
mendapatkan hambatan dalam belajarnya. Termasuk saya sendiri yang menjadi
hambatan dalam belajar adalah rasa malas, kecapekan karena seharian berada di
kampus sehingga sampai di kos langsung mengantuk dan tidak ada kesempatan untuk
belajar, walaupun ada toh ujung-ujungnya hanya digunakan untuk
mengerjakan tugas yang seabrek.
Setelah diskusi, Ibu Ida memberikan kami materi
berupa PPT. materi yang disampaikan antara lain adalah:
ü
Blassic dan Jones, sebagaimana dikutip oleh Warkitri ddk.
(1990 : 8.3), menyatakan bahwa kesulitan belajar adalah terdapatnya suatu jarak
antara prestasi akademik yang diharapkan dengan prestasi akademik yang
diperoleh. Mereka selanjutnya menyatakan bahwa individu yang mengalami
kesulitan belajar adalah individu yang normal inteligensinya, tetapi
menunjukkan satu atau beberapa kekurangan penting dalam proses belajar, baik
persepsi, ingatan, perhatian, ataupun fungsi motoriknya.
ü
Siti Mardiyanti dkk. (1994 : 4 – 5) menganggap kesulitan
belajar sebagai suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai oleh adanya
hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar. Hambatan tersebut mungkin
disadari atau tidak disadari oleh yang bersangkutan, mungkin bersifat psikologis,
sosiologis, ataupun fisiologis dalam proses belajarnya.
ü
Kesulitan atau masalah belajar dapat dikenal berdasarkan
gejala yang dimanifestasikan dalam berbagai bentuk perilaku, baik secara
kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
ü
Menurut Warkitri dkk. (1990 : 8.5 – 8.6), individu yang
mengalami kesulitan belajar menunjukkan gejala sebagai berikut.
·
Hasil belajar yang dicapai rendah dibawah rata-rata
kelompoknya.
·
Hasil belajar yang dicapai sekarang lebih rendah
disbanding sebelumnya.
·
Hasil belajar yang dicapai tidak seimbang dengan usaha
yang telah dilakukan.
·
Lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar.
·
Menunjukkan sikap yang kurang wajar, misalnya masa bodoh
dengan proses belajar dan pembelajaran, mendapat nilai kurang tidak menyesal,
dst.
·
Menunjukkan perilaku yang menyimpang dari norma, misalnya
membolos, pulang sebelum waktunya, dst.
·
Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, misalnya
mudah tersinggung, suka menyendiri, bertindak agresif, dst.
ü
Menurut Burton, sebagaimana dikutip oleh Abin S.M. (2002
: 325-326), faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar individu dapat
berupa faktor internal, yaitu yang berasal dari dalam diri yang bersangkutan,
dan faktor eksternal, adalah faktor yang berasal dari luar diri yang
bersangkutan.
·
Faktor Internal. Yang dimaksud dengan faktor internal adalah faktor yang
berasal dari dalam diri mahasiswa. Faktor ini dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu faktor kejiwaan dan faktor kejasmanian.
·
Faktor Eksternal. Yang dimaksud dengan faktor eksternal adalah faktor yang berada
atau berasal dari luar mahasiswa. Faktor ini dapat dibedakan menjadi dua :
faktor instrumental dan faktor lingkungan.
v
Faktor instrumental yang dapat menyebabkan kesulitan
belajar mahasiswa antara lain :
o Kemampuan profesional dan
kepribadian dosen yang tidak memadai;
o Kurikulum yang terlalu
berat bagi mahasiswa;
o Program belajar dan
pembelajaran yang tidak tersusun dengan baik;
o Fasilitas belajar dan
pembelajaran yang tidak sesuai dengan kebutuhan.
v
Faktor lingkungan. Faktor lingkungan meliputi lingkungan
sosial dan lingkungan fisik. Penyebab kesulitan belajar yang berupa faktor
lingkungan antara lain :
o
Disintegrasi atau disharmonisasi keluarga;
o
Lingkungan sosial kampus yang tidak kondusif;
o
Teman-teman bergaul yang tidak baik;
o
Lokasi kampus yang tidak atau kurang cocok untuk
pendidikan.
ü
Dignosis Kesulitan Belajar
ü Diagnosis merupakan
istilah yang diadopsi dari bidang medis. Menurut Thorndik e dan Hagen (Abin
S.M., 2002 : 307), diagnosis dapat diartikan sebagai : Upaya atau proses
menemukan kelemahan atau penyakit (weakness, disease) apa yang dialami
seseorang dengan melalui pengujian dan studi yang seksama mengenai
gejala-gejalanya (symtoms), Studi yang seksama terhadap fakta tentang suatu hal
untuk menemukan karakteristik atau kesalahan-kesalahan dan sebagainya yang
esensial; Keputusan yang dicapai setelah dilakukan suatu studi yang
saksama atas gejala-gejala atau fakta-fakta tentang suatu hal.
ü Menurut Rosss dan Stanley
(Abin S.M., 2002 : 309), tahapan-tahapan diagnosis kesulitan belajar adalah jawaban
terhadap pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
o Who are the pupils having
trouble ? (Siapa siswayang
mengalami gangguan ?)
o Where are the errors
located ? (Di manakah kelemahan-kelemahan tersebut dapat dilokalisasikan ?)
o Why are the errors occur ? (Mengapa kelemahan-kelemahan itu terjadi ?)
o What are remedies are
suggested? (Penyembuhan apa saja
yang disarankan?)
o How can errors be
prevented ? (Bagaimana kelemahan-kelemahan
itu dapat dicegah ?)
c)
Jum’at,
18 November 2011
Pada
tambahan luar jam pelajaran ini, pak Efendy menjelaskan tentang diagnose
kesulitan belajar. Pada umumnya, yang dijelaskan oleh pak Efendi sudah
dijelaskan dalam mata kuliah Strategi Belajar Mengajar. Hal yang dipelajari
adalah:
1)
Identifikasi kesulitan mahasiswa dalam belajar,
2)
Identifikasi Jenis Kesulitan,
3)
Faktor Kesulitan belajar :
- Diri sendiri
- Akademik
- Lingkungan, meliputi sekolah, sosial, orang
tua, dan ekonomi, dll.
2.
HASIL EKSPLORASI
a)
Diagnosa dan Kesulitan Belajar
Definisi Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar merupakan kekurangan yang tidak nampak secara lahiriah.
Ketidak mampuan dalam belajar tidak dapat dikenali dalam wujud fisik yang
berbeda dengan orang yang tidak mengalami masalah kesulitan belajar. Kesulitan
belajar ini tidak selalu disebabkan karena factor intelligensi yang rendah
(kelaianan mental), akan tetapi dapat juga disebabkan karena faktor lain di
luar intelligensi. Dengan demikian, IQ yang tingi belum tentu menjamin
keberhasilan belajar. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kesulitan belajar
adalah suatu kondisi proses belajar yang ditandai hambatan-hambatan tertentu
dalam mencapai hasil belajar.
Berdasarkan sumber lain
(http://ebekunt.wordpress.com/2009/04/12/diagnosis-kesulitan-belajar/),
bahwa:
Keberhasilan dalam melaksanakan suatu tugas merupakan dambaan setiap orang.
Berhasil berarti terwujudnya harapan. Hal ini juga menyangkut segi efisiensi,
rasa percaya diri, ataupun prestise. Lebih-lebih bila keberhasian tersebut
terjadi pada tugas atau aktivitas yang berskala besar. Namun perlu disadari
bahwa pada dasarnya setiap tugas atau aktivitas selalu berakhir pada dua
kemungkinan : berhasil atau gagal.
Belajar merupakan tugas
utama siswa, di samping tugas-tugas yang lain. Keberhasilan dalam belajar bukan
hanya diharapkan oleh siswa yang bersangkutan, tetapi juga oleh orang tua,
guru, dan juga masyarakat. Tentu saja yang diharapkan bukan hanya berhasil,
tetapi berhasil secara optimal. Untuk itu diperlukan persyaratan yang memadai,
yaitu persyaratan psikologis, biologis, material, dan lingkungan sosial yang
kondusif.
Bila keberhasilan merupakan dambaan setiap orang, maka kegagalan juga dapat
terjadi pada setiap orang. Beberapa wujud ketidak berhasilan siswa dalam
belajar yaitu : memperoleh nilai jelek untuk sebagian atau seluruh mata
pelajaran, tidak naik kelas, putus sekolah (dropout), dan tidak lulus ujian akhir.
Kegagalan dalam belajar sebagaimana contoh di atas berarti rugi waktu,
tenaga, dan juga biaya. Dan tidak kalah penting adalah dampak kegagalam belajar
pada rasa percaya diri. Kerugian tersebut bukan hanya dirasakan oleh yang
bersangkutan tetapi juga oleh keluarga dan lembaga pendidikan. Oleh karena itu
upaya mencegah atau setidak tidaknya meminimalkan, dan juga memecahkan
kesulitan belajar melalui diagnosis kesulitan belajar siswa merupakan kegiatan
yang perlu dilaksanakan.
Pengertian
dan Gejala-gejala Kesulitan Belajar
Ada beberapa pendapat mengenai pengertian kesulitan belajar. Blassic dan Jones, sebagaimana
dikutip oleh Warkitri ddk. (1990 : 8.3), menyatakan bahwa kesulitan belajar
adalah terdapatnya suatu jarak antara prestasi akademik yang diharapkan dengan
prestasi akademik yang diperoleh. Mereka selanjutnya menyatakan bahwa individu
yang mengalami kesulitan belajar adalah individu yang normal inteligensinya, tetapi
menunjukkan satu atau beberapa kekurangan penting dalam proses belajar, baik
persepsi, ingatan, perhatian, ataupun fungsi motoriknya.
Sementara itu Siti Mardiyanti dkk. (1994 : 4 – 5) menganggap kesulitan
belajar sebagai suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai oleh adanya
hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar. Hambatan tersebut mungkin
disadari atau tidak disadari oleh yang bersangkutan, mungkin bersifat
psikologis, sosiologis, ataupun fisiologis dalam proses belajarnya.
Kesulitan atau masalah belajar dapat dikenal berdasarkan gejala yang
dimanifestasikan dalam berbagai bentuk perilaku, baik secara kognitif, afektif,
maupun psikomotorik. Menurut Warkitri dkk. (1990 : 8.5 – 8.6), individu yang
mengalami kesulitan belajar menunjukkan gejala sebagai berikut.
1. Hasil belajar yang dicapai rendah
dibawah rata-rata kelompoknya.
2. Hasil belajar
yang dicapai sekarang lebih rendah disbanding sebelumnya.
3. Hasil belajar
yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan.
4. Lambat dalam
melakukan tugas-tugas belajar.
5. Menunjukkan
sikap yang kurang wajar, misalnya masa bodoh dengan proses belajar dan
pembelajaran, mendapat nilai kurang tidak menyesal, dst.
6. Menunjukkan
perilaku yang menyimpang dari norma, misalnya membolos, pulang sebelum
waktunya, dst.
7. Menunjukkan
gejala emosional yang kurang wajar, misalnya mudah tersinggung, suka
menyendiri, bertindak agresif, dst.
Faktor-faktor
Penyebab Kesulitan Belajar
Menurut Burton, sebagaimana dikutip oleh Abin S.M. (2002 : 325-326), faktor-faktor
yang menyebabkan kesulitan belajar individu dapat berupa faktor internal, yaitu
yang berasal dari dalam diri yang bersangkutan, dan faktor eksternal, adalah
faktor yang berasal dari luar diri yang bersangkutan.
1. Faktor
Internal
Yang dimaksud dengan
faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri mahasiswa. Faktor
ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu faktor kejiwaan dan faktor kejasmanian.
a. Faktor
kejiwaan, antara lain :
1) minat
terhadap mata kuliah kurang;
2) motif belajar
rendah;
3) rasa percaya
diri kurang;
4) disiplin
pribadi rendah;
5) sering
meremehkan persoalan;
6) sering
mengalami konflik psikis;
7) integritas
kepribadian lemah.
b. Faktor
kejasmanian, antara lain :
1) keadaan fisik
lemah (mudah terserang penyakit);
2) adanya
penyakit yang sulit atau tidak dapat disembuhkan;
3) adanya
gangguan pada fungsi indera;
4) kelelahan
secara fisik.
2. Faktor Eksternal
Yang dimaksud dengan faktor eksternal adalah faktor yang berada atau
berasal dari luar mahasiswa. Faktor ini dapat dibedakan menjadi dua : faktor
instrumental dan faktor lingkungan.
a. Faktor
instrumental
Faktor-faktor instrumental yang dapat menyebabkan kesulitan belajar
mahasiswa antara lain :
1) Kemampuan profesional dan
kepribadian dosen yang tidak memadai;
2) Kurikulum
yang terlalu berat bagi mahasiswa;
3) Program belajar dan pembelajaran
yang tidak tersusun dengan baik;
4) Fasilitas belajar dan pembelajaran
yang tidak sesuai dengan kebutuhan.
b. Faktor
lingkungan
Faktor lingkungan meliputi lingkungan sosial dan lingkungan fisik. Penyebab
kesulitan belajar yang berupa faktor lingkungan antara lain :
1) Disintegrasi
atau disharmonisasi keluarga;
2) Lingkungan
sosial kampus yang tidak kondusif;
3) Teman-teman
bergaul yang tidak baik;
4) Lokasi kampus
yang tidak atau kurang cocok untuk pendidikan.
Diagnosis
Kesulitan Belajar Peserta Didik
Diagnosis merupakan istilah yang diadopsi dari bidang medis. Menurut
Thorndik e dan Hagen (Abin S.M., 2002 : 307), diagnosis dapat diartikan sebagai
:
a. Upaya atau
proses menemukan kelemahan atau penyakit (weakness, disease) apa yang dialami seseorang dengan
melalui pengujian dan studi yang seksama mengenai gejala-gejalanya (symtoms);
b. Studi yang
seksama terhadap fakta tentang suatu hal untuk menemukan karakteristik atau kesalahan-kesalahan
dan sebagainya yang esensial;
c. Keputusan
yang dicapai setelah dilakukan suatu studi yang saksama atas gejala-gejala atau
fakta-fakta tentang suatu hal.
Dari ketiga pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa di dalam konsep
diagnosis, secara implisit telah tercakup pula konsep prognosisnya. Dengan
demikian dalam proses diagnosis bukan hanya sekadar mengidentifikasi jenis dan
karakteristiknya, serta latar belakang dari suatu kelemahan atau penyakit
tertentu, melainkan juga mengimplikasikan suatu upaya untuk meramalkan
kemungkinan dan menyarankan tindakan pemecahannya.
Bila kegiatan diagnosis diarahkan pada masalah yang terjadi pada belajar,
maka disebut sebagai diagnosis kesulitan belajar. Melalui diagnosis kesulitan
belajar gejala-gejala yang menunjukkan adanya kesulitan dalam belajar
diidentifikasi, dicari faktor-faktor yang menyebabkannya, dan diupayakan jalan
keluar untuk memecahkan masalah tersebut.
Prosedur
Diagnosis Kesulitan Belajar
Diganosis kesulitan belajar merupakan suatu prosedur dalam memecahkan
kesulitan belajar. Sebagai prosedur maka diagnosis kesulitan belajar terdiri
dari langkah-langkah yang tersusun secara sistematis. Menurut Rosss dan Stanley
(Abin S.M., 2002 : 309), tahapan-tahapan diagnosis kesulitan belajar adalah
jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.
a. Who are the pupils having
trouble ? (Siapa
siswayang mengalami gangguan ?)
b. Where are the errors located
? (Di manakah kelemahan-kelemahan tersebut dapat dilokalisasikan ?)
c. Why are the
errors occur ? (Mengapa
kelemahan-kelemahan itu terjadi ?)
d. What are remedies are
suggested?
(Penyembuhan apa saja yang disarankan?)
e. How can errors be prevented
? (Bagaimana
kelemahan-kelemahan itu dapat dicegah ?)
Pendapat Roos dan Stanley
tersebut dapat dioperasionalisasikan dalam memecahkan masalah atau kesulitan
belajar mahasiswa dengan tahapan kegiatan sebagai berikut.
a. Mengidentifikasi mahasiswa yang diduga mengalami
kesulitan belajar
Identifikasi
mahasiswa yang mengalami kesulitan belajar dilakukan dengan:
1) Menganalisis
prestasi belajar
Dari segi
prestasi belajar, individu dapat dinyatakan mengalami kesulitan bila : pertama,
indeks prestasi (IP) yang bersangkutan lebih rendah dibanding IP rata-rata
klasnya; kedua, prestasi yang dicapai sekarang lebih rendah dari sebelumnya;
dan ketiga, prestasi yang dicapai berada di bawah kemampuan sebenarnya.
2) Menganalisis
periaku yang berhubungan dengan proses belajar.
Analisis
perilaku terhadap mahasiswa yang diduga mengalami kesulitan belajar dilakukan
dengan : pertama, membandingkan perilaku yang bersangkutan dengan perilaku
mahasiswa lainnya yang berasal dari tingkat atau kelas yang sama; kedua,
membandingkan perilaku yang bersangkutan dengan perilaku yang diharapkan oleh
lembaga pendidikan.
3) Menganalisis
hubungan sosial
Intensitas
interaksi sosial individu dengan kelompoknya dapat diketahui dengan sosiometri.
Dengan sosiometri dapat diketahui individu-individu yang terisolasi dari
kelompoknya. Gejala tersebut merupakan salah satu indikator kesulitan belajar.
b. Melokalisasi letak kesulitan belajar
Setelah
mahasiswa-mahasiswa yang mengalami kesulitan belajar diidentifikasi, langkah
berikutnya adalah menelaah :
1) pada mata
kuliah apa yang bersangkutan mengalami kesulitan;
2) pada aspek
tujuan pembelajaran yang mana kesulitan terjadi;
3) pada bagian
(ruang lingkup) materi yang mana kesulitan terjadi;
4) pada
segi-segi proses pembelajaran yang mana kesulitan terjadi.
c. Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab kesulitan
belajar
Pada tahap ini
semua faktor yang diduga sebagai penyebab kesulitan belajar diusahakan untuk
dapat diungkap. Tahap ini oleh para ahli dipandang sebagai tahap yang paling
sulit, mengingat penyebab kesulitan belajar itu sangat kompleks, sehingga hal
tidak dapat dipahami secara sempurna, meskipun oleh seorang ahli sekalipun
(Koestoer dan A. Hadisuparto, 1998 : 21).
Teknik
pengungkapan faktor penyebab kesulita belajar dapat dilakukan dengan : 1)
observasi; 2) wawancara; 3) kuesioner; 4) skala sikap, 5) tes; dan 6)
pemeriksaan secara medis.
d. Memperkirakan alternatif pertolongan
Hal-hal yang
perlu dipertimbangkan secara matang pada tahap ini adalah sebagai berikut.
1) Apakah
mahasiswa yang mengalami kesulitan belajar tersebut masih mungkin untuk
ditolong ?
2) Teknik apa yang tepat untuk
pertolongan tersebut ?
3) Kapan dan di mana proses pemberian
bantuan tersebut dilaksanakan ?
4) Siapa saja yang terlibat dalam
proses pemberian bantuan tersebut ?
5) Berapa lama
waktu yang diperlukan untuk kegiatan tersebut ?
e. Menetapkan kemungkinan teknik mengatasi kesulitan
belajar
Tahap ini
merupakan kegiatan penyusunan rencana yang meliputi : pertama, teknik-teknik
yang dipilih untuk mengatasi kesulitan belajar dan kedua, teknik-teknik yang
dipilih untuk mencegah agar kesulitan belajar tidak terjadi lagi.
f. Pelaksanaan pemberian pertolongan
Tahap keenam ini
merupakan tahap terakhir dari diagnosis kesulitan belajar mahasiswa. Pada tahap
apa saja yang telah ditetapkan pada tahap kelima dilaksanakan.
3.
HUBUNGAN YANG BERKAITAN DENGAN KONSEP
1)
Sebagai seorang guru yang
sehari-hari mengajar di sekolah, tentunya tidak jarang harus menangani
anak-anak yang mengalami kesulitan dalam belajar. Anak-anak yang sepertinya
sulit sekali menerima materi pelajaran, baik pelajaran membaca, menulis, serta
berhitung. Hal ini terkadang membuat guru menjadi frustasi memikirkan bagaimana
menghadapi anak-anak seperti ini. Demikian juga para orang tua yang memiliki
anak-anak yang memiliki kesulitan dalam belajar. Harapan agar anak mereka
menjadi anak yang pandai, mendapatkan nilai yang baik di sekolah menambah
kesedihan mereka ketika melihat kenyataan bahwa anak-anak mereka kesulitan
dalam belajar. Akan tetapi yang lebih menyedihkan adalah perlakuan yang
diterima anak yang mengalami kesulitan belajar dari orang tua dan guru yang
tidak mengetahui masalah yang sebenarnya, sehingga mereka memberikan cap kepada
anak mereka sebagai anak yang bodoh, tolol, ataupun gagal. Fenomena ini
kemudian menjadi perhatian para ilmuan yang tertarik dengan masalah kesulitan
belajar. Keuntungannya ialah, mereka mencoba menemukan metode-metode yang dapat
digunakan untuk membantu anak-anak yang mengalami kesulitan belajar tersebut
tetap dapat belajar dan mencapai apa yang diharapkan guru dan orang tua.
2)
Aktifitas belajar bagi
setiap individu, tidak selamanya dapat berlangsung secara wajar. Kadang-kadang
lancar, kadang-kadang tidak, kadang-kadang dapat cepat menangkap apa yang
dipelajari, kadang-kadang terasa amat sulit. Dalam hal semangat, terkadang
semangatnya tinggi, tetapi juga sulit untuk mengadakan konsentrasi. Demikian
kenyataan yang sering kita jumpai pada setiap anak didik dalam kehidupan
sehari-hari dalam kaitannya dengan aktifitas belajar. Setiap individu memang
tidak ada yang sama. perbedaan individu ini pulalah yang menyebabkan perbedaan
tingkah laku dikalangan anak didik.
3)
Tugas seorang guru bukan
hanya sekedar menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa belajar, akan tetapi
juga mendeteksi dengan cermat apakah kegiata- kegiatan belajar itu benar- benar
telah berlangsung atau belum. Jika kita beranggapan bahwa sebagai bukti
berlangsungnya kegiatan belajar itu adalah terjadinya perubahan tingkah laku
bagi siswa, maka yang penting bagi guru ialah menetapkan kriteria, seberapa
jauh perubahan tingkah laku yang terjadi itu masih dapat dianggap sebagai hasil
kegiatan belajar.
4.
MASALAH DAN SOLUSI
A.
MASALAH
1.
Bagaimana langkah yang dapat ditempuh guru dalam
mendiagnosa kesulitan belajar?
2.
Bagaimana pengaruh orang tua terhadap kesulitan belajar
anak?
3.
Bagaimana cara guru mengenali murid yang mengalami
kesulitan belajar?
4.
Bagaimana usaha guru mengatasi kesulitan belajar?
5.
Apa saja hal yang biasanya/ pada umumnya menjadi
kesulitan bagi siswa dalam belajar?
B.
SOLUSI
1.
Langkah Guru Mendiagnosa Kesulitan Belajar
Banyak langkah-langkah
diagnostik yang dapat ditempuh guru antara lain
yang cukup terkenal adalah prosedur Weener dan Senf (1982) sebagaimana yang
dikutip Wardani (1991) sebagai berikut:
yang cukup terkenal adalah prosedur Weener dan Senf (1982) sebagaimana yang
dikutip Wardani (1991) sebagai berikut:
1)
Melakukan observasi kelas untuk
melihat perilaku menyimpang siswa
ketika mengikuti pelajaran.
ketika mengikuti pelajaran.
2)
Memeriksa penglihatan dan
pendengaran siswa, khususnya yang diduga
mengalami kesulitan belajar.
mengalami kesulitan belajar.
3)
Mewawancarai orang tua/ wali siswa
untuk mengetahui hal ihwal keluarga
yang mungkin menimbulkan kesulitan belajar.
yang mungkin menimbulkan kesulitan belajar.
4)
Memberikan tes diagnostik bidang
kecakapan tertentu untuk mengetahui
hakikat kesulitan belajar yang dialami siswa.
hakikat kesulitan belajar yang dialami siswa.
5)
Memberikan tes kemampuan
inteligensi (IQ) khususnya kepada siswa
yang diduga mengalami kesulitan belajar.
yang diduga mengalami kesulitan belajar.
2.
Pengaruh Orang Tua terhadap Kesulitan Belajar Anak
Faktor
Orang Tua dapat dilihat dari segi:
a. Cara mendidik anak
Orang tua yang tidak / kurang memperhatikan pendidikan anak – anaknya,
mungkin acuh tak acuh, tidak memperhatikan kemajuan belajar anak –anaknya
b.
Hubungan Orang Tua Dan Anak
Sifat hubungan orang tua dan anak sering dilupakan. Yang dimaksud
hubungan adalah kasih sayang penuh pengertian atau kebencian, sikap keras,acuh
tak acuh, memanjakan dan lain – lain.
c.
Contoh / bimbingan dari orang tua
Orang tua merupakan contoh terdekat
dari anak – anaknya. Segala yang diperbuat orangtua tanpa disadari akan ditiru
oleh anaknya
d.
Suasana rumah / keluarga
Suasana keluarga yang sangat ramai/
gaduh, tidak mungkin anak dapat belajar dengan baik. Anak akan selalu terganggu
konsentrasinya, sehingga sulit untuk belajar.
e.
Keadaan ekonomi keluarga
Keadaan ekonomi digolongkan dalam :
keadaan yang kurang/miskin dan ekonomi yang berlebihan.
3.
Cara Guru
Mengenali Murid yang Kesulitan Belajar
Cara mengenal murid yang mengalami kesulitan belajar. Beberapa gejala
sebagai pertanda adanya kesulitan belajar, misalnya :
1)
menunjukkan prestasi yang rendah
dibawah rata –rata yang dicaai oleh kelompok kelas.
2)
hasil yang dicapai tidak seimbang
dengan usaha yang dilakukan. Ia berusaha dengan keras tetapi nilainya selalu
rendah
3)
lambat dalam melakukan tugas –
tugas kelas
4)
menunjukkan sikap yang kurang
wajar
5)
menunjukkan tingkah laku yang
berlainan.
Dari gejala yang tampak itu, guru bisa menginterpretasi bahwa ia
kemungkinan mengalami kesulitan belajar. disamping melihat gejala – gejala yang
tampak, guru pun bisa mengadakan penyeledikan antara lain dengan :
·
Obsevasi : cara memperoleh
data dengan lansung mengamati terhadap objek.
·
Interview : cara
mendapatkan data dengan cara wawancara lansung terhadap orang yang diselidiki
atau orang lain yang dapat memberikan informasi tentang orang yang diselidiki.
·
Tes diagnosis : suatu cara
mengumpulkan data dengan tes.
·
Dokumentasi : cara
mengetahui sesuatu dengan melihat catatan – catatan, arsip – arsip, dokumen –
dokumen yang berhubungan dengan orang yang diselidiki.
4.
Usaha Guru Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa
Langkah – langkah yang yang
perlu ditempuh dalam rangka mengatasi kesulitan belajar, dapat dilakukan
melalui enam tahap, yaitu :
1)
Pengumpulan data.
Untuk menemukan sumber penyebab kesulitan belajar, diperlukan banyak
informasi.
2) Pengolahan data
Data yang telah
terkumpul dari kegiatan tahap pertama tersebut, tidak ada artinya jika tidak
diadakan pengolahan secara cermat.
2)
Diagnosis
Diagnosis adalah keputusan penentuan
mengenai hasil dari pengolahan data.
3)
Prognosis.
Prognosis artinya ramalan. Apa yang
telah ditetapkan dalam tahap diagnosis, akan menjadi dasar utama dalam menyusun
dan menetapkan ramalan mengenai apa yang harus diberikan kepadanya untuk
membantu mengatasi masalahnya.
4)
Treatment (perlakuan)
Perlakuan disini maksudnya adalah
pemberian bantuan kepada anak yang bersangkutan (yang mengalami kesulitan
belajar) sesuai dengan program yang telah pada tahap prognosis tersebut.
5)
Evaluasi
Evaluasi disini dimaksudkan untuk
mengetahui apakah treatment yan telah diberikan diatas berhasil dengan baik,
artinya ada kemajuan, atau bahkan gagal sama sekali.
5.
Yang Biasanya Dianggap Sulit oleh Siswa
Adapaun kesulitan – kesulitan
belajar yang sering dihadapi siswa adalah sebagai berikut:
1) melakukan observasi, (2)
melakukan klasifikasi, (3) menggunakan dan memanipulasi angka-angka, (4)
berkomunikasi, (5) melakukan prediksi, (6) Menarik kesimpulan, (7) mengontrol
variabel, (8) menginterpretasikan data, (9) merumuskan hipotesis, dan (10)
melakukan eksperimen.
5.
ELEMEN YANG MENARIK
1)
Sekurangnya ada tiga asumsi
dasar yang melandasi pembahasan mengenai diagnosis kesulitan belajar ini.
Kegiatan asumsi tersebut sebagai berikut.
ü
Siswa yang memiliki
kesulitan yang eksterim, tidak terdapat lagi dalam kelas- kerlas yang ada
disekolah- sekolah biasa.
ü
Setiap siswa yang ada pada
kelas – kelas di sekolah biasa tersebut pada dasarnya mampu mempelajari setiap
materi yang diajarkan dengan waktu dan kecepatan yang bervariasi.
ü
Alat penilaian yang
digunakan oleh guru untuk mengukur keberhasilan siswa,memilki tingkat validitas
dan reabilitas yang memadai.
Melalui ketiga
asumsi ini, siswa- siswa yang memperoleh hasil belajar yang kurang dari
kriteria yang telah ditentukan dianggap dan akan diperlakukan sebagai
siswa-siswa yang mengalami kesulitan belajar. Berikut ini berturut- turut akan
diuraikan mengenai pengertian kesulitan belajar dan macam- macam kesulitan
belajar dalam pengajaran IPA.
2)
Kesulitan dalam mempelajari
proses-proses IPA, meliputi kesulitan- kesulitan dalam: (1) melakukan
observasi, (2) melakukan klasifikasi, (3) menggunakan dan memanipulasi
angka-angka, (4) berkomunikasi, (5) melakukan prediksi, (6) Menarik kesimpulan,
(7) mengontrol variabel, (8) menginterpretasikan data, (9) merumuskan
hipotesis, dan (10) melakukan eksperimen.
3)
Berdasarkan penelitian para ahli
masih banyak siswa dan bahkan mahasiswa pada tingkat persiapan masih banyak
yang belum dapat melakukan operasi klasifikasi. Di dalam pelajarn IPA,
klasifikasi merupakan salah satu keterampilan proses yang sangat penting>
Operasi klasifikasi digunakan dalam IPA seperti halnya dalam bidang lain untuk
mengidentifikasikan obyek atau peristiwa, guru memperlihatkan kesamaan-
kesamaan, perbedaan- perbedaan, dan saling hubungan antara satu dengan yang
lain.
4)
Sekurang-kurangnya ada dua
kegiatan yang dapat di lakukan untuk medeteksi kesulitan belajar SISWA secara
cermat,yakni;
a.
Melakukan observasi secara
langsung, yaitu dimasukkan sebagai pengamatan yang dilakukan oleh guru, Kepala
sekolah, pihak bimbingan dan konseling sekolah, pada saat proses belajar –
mengajar berlangsung, kegiatan ini utamanya untuk mendekati kesulitan belajar
yang berhubungan dengan proses- proses IPA.
b.
Melakukan pengukuran hasil belajar
kemudian menganlisis hasilnya,yaitu: kegiatan berkaitan dengan tes diagnostik
kesulitan belajar ataupun tes prestasi hasil belajar.Hasil kedua kegiatan ini
merupakan masukan bagi guru dalam menyususn program remedy.
6.
REFLEKSI DIRI
Saya sangat menyukai materi minggu ini mengenai
pendidikan multikultural dan pendidikan neurosentris. Dari materi tersebut,
akan memudahkan saya nanti dalam mendiagnosa kesulitan belajar siswa saya dan
memberikan solusi yang tepat bagi siswa. Hal tersebut juga berkaitan dengan
tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Selain itu, juga ada hubungannya dengan
komunikasi yang diterapkan oleh guru terhadap siswanya. Di sini saya diharuskan
untuk menggunakan bahasa Indonesia dalam pembelajaran sehingga peserta didik
yang saya ajar dapat menerima materi yang saya ajarkan. Bagaimana saya akan
menjadi guru yang baik, jika saya belum paham ”akar” dari pembelajaran?
Tentunya saya harus semangat dalam menimba ilmu ini agar dapat saya terapkan
pada peserta didik saya nanti, sehingga tujuan pembelajaran tercapai dengan
hasil yang memuaskan karena siswa siswi saya dapat memahami materi yang saya
ajari. Saya harus banyak-banyak membaca mengenai teori belajar dan pembelajaran
untuk masa depan saya sebagai guru. Ilmu yang saya dapatkan dalam minggu ini
semoga bermanfaat dan berkah. Hal ini sebagai bekal saya kelak saat menjadi
guru/ dosen. Amiin.. ^^
Terima kasih.. Semoga bermanfaat yaa.. :)
BalasHapus