JURNAL BELAJAR 9
Nama :
Linda Tri Antika
NIM :
209341417443
Kelas :
AA
Matakuliah :
Belajar dan Pembelajaran
Dosen :
Dr. Hj. Sri Endah Indriwati, M.Pd
Jam/ Ruang : 03
– 04 dan 07 – 08 SPA 307
Hari, Tanggal : Senin-Selasa, 17-18 Oktober 2011
Konsep : - Pendekatan Keterampilan Proses dan
Salingtemas
-
Ujian Mid Semester
1.
EKSPLORASI KONSEP YANG DIPELAJARI DAN INFORMASI/ KONSEP
YANG DITERIMA DARI DOSEN/ HASIL PRESENTASI
a)
17 Oktober 2011
Hari ini seperti biasa, kelas kami dibimbing oleh Bapak
dan Ibu PPL dari Pascasarjana UM. Walaupun sejujurnya saya lebih senang dan
lebih semangat serta lebih paham jika Ibu Endah yang mengajar, tetapi saya
harus tetap semangat dalam belajar matakuliah ini. Saya harus sadar bahwa kelak
saya (insyaAllah) akan menjadi seperti mereka. Jadi, mereka harus dihargai
sebagaimana mestinya saya menghargai dosen pengampu matakuliah ini.
Hari ini, kami belajar mengenai pendekatan keterampilan
proses dan salingtemas. Metode yang digunakan oleh pak Supratman adalah metode
ceramah yang digabungkan dengan metode tanya jawab. Berikut adalah materi yang
saya terima dari pak Supratman:
·
Pendekatan
Keterampilan Proses
ü Pengertian Pendekatan
Keterampilan Proses
•
Keterampilan proses merupakan teknik
pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial, dan fisik yang
bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang telah ada dalam diri siswa. Dimyati
mengungkapkan bahwa pendekatan keterampilan proses bukanlah tindakan
instruksional yang berada diluar jangkauan kemampuan peserta didik. Pendekatan
ini justru bermaksud mengembangkan kemampuan- kamapuan yang dimiliki peserta
didik.
ü Jenis Pendekatan Keterampilan Proses
1)
Keterampilan mengobservasi,
2)
Mengklasifikasi,
3)
Mengukur,
4)
Mengkomunikasikan,
5)
Menginferensi,
6)
Memprediksi,
7)
Mengenal hubungan ruang dan waktu, serta mengenal
hubungan- hubungan angka.
ü Keterampilan Proses Terintegrasi
1)
Mengidentifikasi variabel,
2)
Tabulasi,
3)
Grafik,
4)
Diskripsi hubungan variabel,
5)
Perolehan dan proses data,
6)
Analisis penyelidikan,
7)
Hipotesis ekperimen.
ü
Pelaksanaan Keterampilan Proses dalam
Pembelajaran
Sebelum
pengajaran menggunakan pendekatan keterampilan proses dilakukan terlebih dahulu
guru perlu memperhatikan hal-hal berikut:
1)
Siswa sebagai orang yang terlibat dalam situasi
belajar mengajar
2)
Waktu yang akan digunakan dalam pengajaran
3)
Urutan bagaimana materi akan dibahas
4)
Rangkaian perkembangan proses berfikir dan
keterampilan yang akan ditumbuhkan pada siswa
5)
Alat peraga yang akan digunakan
6)
Penilaian pelajaran yang diberikan.
ü Langkah-langkah yang Ditempuh Guru dalam
Perencanaan Pembelajaran
1)
Melihat kurikulum: tujuan instruksional umum,
pokok bahasan, kelas, caturwulan, dan waktu pengajaran
2)
Penjabaran tujuan instruksional umum ke dalam
tujuan-tujuan pengajaran.
3)
Mengusahakan agar setiap tujuan pembelajaran
tersebut dapat diukur dengan cara membuat rencana penilaian berupa bentuk soal
yang akan dipilih
4)
Menentukan pendekatan dengan metode yang akan
dipilih
5)
Mencari sebanyak mungkin sumber untuk
memperkaya pelajaran serta menentukan alat dan bahan pelajaran yang akan
digunakan untuk mengajar.
6)
Membuat gambaran teknik pelaksanaan secara
singkat.
7)
Melengkapi perencanaan pengajaran dengan lembar
kerja siswa.
·
Pendekatan
Salingtemas
ü
Tujuan pendekatan salingtemas adalah untuk
membantu peserta didik mengetahui sains, perkembangan sains,
teknologi-teknologi yang digunakannya, dan bagaimana perkembangan sains serta
teknologi mempengaruhi lingkungan serta masyarakat.
ü
Jadi tujuan utama pendekatan salingtemas ialah
bagaimana membuat agar salingtemas dapat menolong manusia membuat surga dunia
di muka bumi ini, bukan sebaliknya menciptakan neraka dunia dalam segala aspek
kehidupan.
ü
Aplikasi Salingtemas
1)
Tetap memberi pengajaran sains.
2)
Murid dibawa ke situasi untuk memanfaatkan
konsep sains ke bentuk teknologi untuk kepentingan masyarakat.
3)
Murid diminta untuk berpikir tentang berbagai
kemungkinan akibat yang terjadi dalam proses pentransferan sains ke bentuk
teknologi.
4)
Murid diminta untuk menjelaskan
keterhubungkaitan antara unsur sains yang diperbincangkan dengan unsur-unsur
lain dalam salingtemas yang mempengaruhi keterkaitan antara unsur tersebut bila
diubah dalam bentuk teknologi berkenaan.
5)
Dalam konteks kontruktivisme murid dapat diajak
berbincang tentang salingtemas dari
berbagai macam titik awal tergantung pengetahuan dasar yang dimiliki oleh siswa
bersangkutan.
ü
Selanjutnya,
pak Supratman member kami soal, yaitu:
1)
Jika anda menjadi seorang guru, bagaimana anda
mengaplikasikan pendekatan salingtemas kepada proses pembelajaran?
2)
Sebagai calon guru, apabila anda ingin menggunakan
pendekatan salingtemas, kira-kira materi yang cocok seperti apa?
3)
Bagaimana kekurangan dan kelebihan pendekatan salingtemas
serta bagaimana anda sebagai seorang guru mengatasi kekurangan tersebut?
b)
18
Oktober 2011
Hari ini adalah ujian mid semester dari PPL
Pascasarjana UM. Soal yang diberika cukup mengejutkan karena sangat di luar
prediksi. Biasanya Ibu Endah member kami soal penalaran konsep, maka hari ini
adalah soal teori (hafalan). Namun, setidaknya saya dapat menjawab soal
tersebut dengan cukup baik, bersumber dari diskusi kelas sebelumnya dan dari
materi yang saya pelajari sebelumnya. Semoga mendapatkan hasil yang baik.
Amiiin.
2.
HASIL EKSPLORASI
a)
Pendekatan Keterampilan Proses
Karena keterbatasan waktu dalam kelas, maka
tidak keseluruhan materi mendetail dapat dijelaskan oleh pengajar (PPL
Pascasarjana). Jadi, saya harus mencari sumber yang seluas-luasnya mengenai
materi pendekatan keterampilan proses. Berdasarkan sumber yang saya dapatkan
bahwa:
Pendekatan keterampilan proses dapat diartikan
sebagai wawasan atau anutan pengembangan keterampilan–keterampilan intelektual,
sosial dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang
prinsipnya telah ada dalam diri siswa. Pendekatan keterampilan proses pada
pembelajaran sains lebih menekankan pembentukan keterampilan untuk memperoleh
pengetahuan dan mengkomunikaskan hasilnya. Mukminan (2003:2) menyatakan bahwa
pendekatan yang sekarang dikenal dengan keterampilan proses dan cara belajar
siswa aktif (CBSA) masih belum banyak terwujud, serta pembelajaran kurang
memperhatikan ketuntasan belajar secara individual.
Pendekatan keterampilan proses dimaksudkan
untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh individu siswa.
Dimyati dan Mudjiono (2002:138) memuat ulasan pendekatan keterampilan proses
yang diambil dari pendapat Funk (1985) sebagai berikut: (1) Pendekatan
keterampilan proses dapat mengembangkan hakikat ilmu pengetahuan siswa. Siswa
terdorong untuk memperoleh ilmu pengetahuan dengan baik karena lebih memahami
fakta dan konsep ilmu pengetahuan; (2) Pembelajaran melalui keterampilan proses
akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja dengan ilmu pengetahuan,
tidak hanya menceritakan, dan atau mendengarkan sejarah ilmu pengetahuan; (3)
Keterampilan proses dapat digunakan oleh siswa untuk belajar proses dan
sekaligus produk ilmu pengetahuan. Pendekatan Keterampilan Proses sains
memberikan kesempatan kepada siswa untuk secara nyata bertindak sebagai seorang
ilmuwan (Dimyati dan Mudjino, 2002:139). Dari uraian di atas dapat diutarakan bahwa dengan
penerapan pendekatan keterampilan proses menuntut adanya keterlibatan fisik dan
mental-intelektual siswa. Hal ini dapat digunakan untuk melatih dan
mengembangkan keterampilan intelektual atau kemampuan berfikir siswa. Selain
itu juga mengembangkan sikap-sikap ilmiah dan kemampuan siswa untuk menemukan dan
mengembangkan fakta, konsep, dan prinsip ilmu atau pengetahuan.
Selanjutnya dapat
digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari
secara obyektif dan rasional. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
keterampilan proses sains merupakan kegiatan intelektual yang biasa dilakukan
oleh para ilmuwan dalam menyelesaikan masalah dan menghasilkan produk-produk
sains. Keterampilan proses dalam pengajaran sains merupakan suatu model atau
alternatif pembelajaran sains yang dapat melibatkan siswa dalam tingkah laku
dan proses mental, seperti ilmuwan. Funk (1985) dalam Dimyati dan Mudjiono,
(2002: 140) mengutarakan bahwa berbagai keterampilan proses dapat
diklasifikasikan menjadi dua yaitu: keterampilan proses dasar (basic skill)
dan keterampilan terintegrasi (integarted skill). Keterampilan proses
dasar meliputi kegiatan yang berhubungan dengan observasi, klasifikasi,
pengukuran, komunikasi, prediksi, inferensi. Bila
kita kaji lebih lanjut sebagai berikut:
1. Observasi
Melalui kegiatan
mengamati, siswa belajar tentang dunia sekitar yang fantastis. Manusia
mengamati objek-objek dan fenomena alam dengan melibatkan indera penglihat,
pembau, pengecap, peraba, pendengar. Informasi yang diperoleh itu, dapat
menuntut interpretasi siswa tentang lingkungan dan menelitinya lebih lanjut.
Kemampuan mengamati merupakan keterampilan paling dasar dalam proses dan
memperoleh ilmu serta hal terpenting untuk mengembangkan keterampilan proses
yang lain. Mengamati merupakan tanggapan terhadap berbagai objek dan peristiwa
alam dengan pancaindra. Dengan obsevasi, siswa mengumpulkan data tentang
tanggapan-tanggapan terhadap objek yang diamati.
2. Klasifikasi
Sejumlah besar
objek, peristiwa, dan segala yang ada dalam kehidupan di sekitar, lebih mudah
dipelajari apabila dilakukan dengan cara menentukan berbagai jenis golongan.
Menggolongkan dan mengamati persamaan, perbedaan dan hubungan serta
pengelompokan objek berdasarkan kesesuaian dengan berbagai tujuan. Keterampilan
mengidentifikasi persamaan dan perbedaan berbagai objek peristiwa berdasarkan
sifat-sifat khususnya sehingga didapatkan golongan atau kelompok sejenis dari
objek peristiwa yang dimaksud.
3. Komunikasi
Manusia mulai
belajar pada awal-awal kehidupan bahwa komunikasi merupakan dasar untuk
memecahkan masalah. Keterampilan menyapaikan sesuatu secara lisan maupun
tulisan termasuk komunikasi. Mengkomunikasikan dapat diartikan sebagai
penyampaikan dan memperoleh fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan dalam
bentuk suara, visual, atau suara dan visual (Dimyati dan Mudjiono, 2002: 143).
Contoh membaca peta, tabel, garfik, bagan, lambang-lambang, diagaram,
demontrasi visual.
4. Pengukuran
Mengukur dapat
diartikan sebagai membandingkan yang diukur dengan satuan ukuran tertentu yang
telah ditetapkan sebelumnya. Keterampilan dalam menggunakan alat dalam
memperoleh data dapat disebut pengukuran.
5. Prediksi
Predeksi merupakan
keterampilan meramal yang akan terjadi, berdasarkan gejala yang ada.
Keteraturan dalam lingkungan kita mengizinkan kita untuk mengenal pola dan
untuk memprediksi terhadap pola-pola apa yang mungkin dapat diamati. Dimyati
dan Mudjiono (2002: 144) menyatakan bahwa memprediksi dapat diartikan sebagai
mengantisipasi atau membuat ramalan tentang segala hal yang akan terjadi pada
waktu mendatang, berdasarkan perkiraan pada pola atau kecenderungan tertentu,
atau hubungan antara fakta, konsep, dan prinsip dalam pengetahuan.
6. Inferensi
Melakukan
inferensi adalah menyimpulkan. Ini dapat diartikan sebagai suatu keterampilan
untuk memutuskan keadaan suatu objek atau peristiwa berdasarkan fakta, konsep
dan prinsip yang diketahui.
KETERAMPILAN PROSES
TERINTEGRASI
Keterampilan
terintegrasi merupakan perpaduan dua kemampuan keterampilan proses dasar atau
lebih. Keterampilan terintegrasi terdiri atas: mengidentifikasi variabel,
tabulasi, grafik, diskripsi hubungan variabel, perolehan dan proses data,
analisis penyelidikan, hipotesis ekperimen.
1. Identifikasi Variabel
Keterampilan mengenal ciri khas dari
faktor yang ikut menentukan perubahan.
2. Tabulasi
Keterampilan penyajian data dalam
bentuk tabel, untuk mempermudah pembacaan hubungan antarkomponen (penyusunan
data menurut lajur-lajur yang tersedia).
3. Grafik
Keterampilan penyajian dengan garis
tentang turun naiknya sesuatu keadaan
4. Deskripsi hubungan
variabel
Keterampilan membuat
sinopsis/pernyataan hubungan faktor-faktor yang menentukan perubahan.
5. Perolehan dan proses data
Keterampilan melakukan langkah secara
urut untuk meperoleh data
6. Analisis
penyelidikan
Keterampilan menguraikan pokok
persoalan atas bagian-bagian dan terpecahkannya permasalahan berdasarkan metode yang
konsisten untuk mencapai pengertian tentang prinsip -prinsip dasar.
7. Hipotesis
Keterampilan merumuskan dugaan
sementara.
8. Ekperimen
Keterampilan melakukan percobaan untuk
membuktikan suatu teori/penjelasan berdasarkan pengamatan dan penalaran.
Keterampian proses
seperti yang diutarakan oleh Funk merupakan keterampilan proses yang harus
diaplikasikan pada pendidikan di sekolah oleh guru. Pembelajaran sains
menekankan pada pembentukan keterampilan memperoleh pengetahuan dan
mengembangkan sikap ilmiah. Hal ini bisa tercapai apabila dalam pembelajaran
menggunakan pendekatan keterampilan proses baik keterampilan proses dasar
maupun keterampilan proses terintegrasi (terpadu) seperti terungkap di atas.
Keterampilan
memperoleh pengetahuan yang ingin dibentuk adalah daya pikir dan kreasi. Daya
pikir dan daya kreasi merupakan indikator perkembangan kognitif. Para ahli
psikologi pendidikan menemukan bahwa pekembangan kognitif bukan merupakan
akumulasi kepingan informasi atau kepingan perubahan informasi yang terpisah,
tetapi merupakan pembentukan oleh anak suatu kerangka atau jaringan mental
untuk memahami lingkungan.
Jenis- Jenis
Pendekatan Keterampilan Proses Dasar
Khusus untuk keterampilan proses dasar, proses- prosesnya meliputi
keterampilan mengobservasi, mengklasifikasi, mengobservasi, mengklasifikasikan,
mengukur, mengkomunikasikan, menginferensi, memprediksi, mengenal hubungan
ruang dan waktu, serta mengenal hubungan- hubungan angka.
1. Keterampilan Mengobservasi
Keterampilan mengobservasi menurut Esler dan Esler (1984) adalah
keterampilan yang dikembangkan dengan menggunakan semua indera yang kita miliki
untuk mengidentifikasi dan memberikan nama sifat- sifat dari objek- objek atau
kejadian- kejadian. Definisi serupa disampaikan oleh Abruscato (1988) yang
menyatakan bahwa mengobservasi artinya mengunakan segenap panca indera untuk
memperoleh imformasi atau data mengenai benda atau kejadian. (Nasution, 2007:
1.8- 1.9).
Kegiatan yang dapat dilakukan yang berkaitan dengan kegiatan
mengobservasi misalnya menjelaskan sifat- sifat yang dimiliki oleh benda-
benda, sistem- sistem, dan organisme hidup. Sifat yang dimiliki ini dapat
berupa tekstur, warna, bau, bentuk ukuran, dan lain- lain. Contoh yang lebih
konkret, seorang guru sering membuka pelajaran dengan menggunakan kalimat tanya
seperti apa yang engkau lihat ? atau bagaimana rasa, bau, bentuk, atau
tekstur…? Atau mungkin guru menyuruh siswa untuk menjelaskan suatu kejadian
secara menyeluruh sebagai pendahuluan dari suatu diskusi.
2.
Keterampilan Mengklasifikasi
Keterampilan mengklasifikasi menurut Esler dan Esler merupakan
ketermpilan yang dikembangkan melalui latihan- latihan mengkategorikan benda-
benda berdasarkan pada (set yang ditetapkan sebelumnya dari ) sifat- sifat
benda tersebut. Menurut Abruscato mengkalsifikasi merupakan proses yang
digunakan para ilmuan untuk menentukan golongan benda- benda atau kegaitan-
kegiatan. (Nasution, 2007 : 1.15).
Bentuk- bentuk yang dapat dilakukan untuk melatih keterampilan ini
misalnya memilih bentuk- bentuk kertas, yang berbentuk kubus, gambar- gambar
hewan, daun- daun, atau kancing- kancing berdasarkan sifat- sifat benda
tersebut. Sistem- sistem klasifikasi berbagai tingkatan dapat dibentuk dari
gambar- gambar hewan dan tumbuhan (yang digunting dari majalah) dan
menempelkannya pada papan buletin sekolah atau papan panjang di kelas.
Contoh kegiatan yang lain adalah dengan menugaskan siswa untuk membangun
skema klasifikasi sederhana dan menggunakannya untuk kalsifikasi organisme-
organisme dari carta yang diperlihatkan oleh guru, atau yang ada didalam kelas,
atau gambar tumbuh- tumbuhan dan hewan- hewan yang dibawa murid sebagai sumber
klasifikasi
3.
Keterampilan Mengukur
Keterampilan mengukur menurut Esler dan Esler dapat dikembangkan melalui
kegiatan- kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan satuan- satuan yang cocok
dari ukuran panjang, luas, isi, waktu, berat, dan sebagainya. Abruscato
menyatakan bahwa mengukur adalah suatu cara yang kita lakukan untuk mengukur observasi.
Sedangkan menurut Carin, mengukur adalah membuat observasi kuantitatif dengan
membandingkannya terhadap standar yang kovensional atau standar non
konvensional. (Nasution, 2007 : 1.20)
Keterampilan dalam mengukur memerlukan kemampuan untuk menggunakan alat
ukur secara benar dan kemampuan untuk menerapkan cara perhitungan dengan
menggunakan alat- alat ukur. Langkah pertama proses mengukur lebih menekankan
pada pertimbangan dan pemilihan instrumen (alat) ukur yang tepat untuk
digunakan dan menentukan perkiraan sautu objek tertentu sebelum melakukan
pengukuran dengan suatu alat ukur untuk mendapatkan ukuran yang tepat.
Untuk melakukan latihan pengukuran, bisa menggunakan alat ukur yang dibuat
sendiri atau dikembangkan dari benda- benda yang ada disekitar. Sedangkan pada
tahap selanjutnya, menggunakan alat ukur yang telah baku digunakan sebagai alat
ukur. Sebagai contoh, dalam pengukuran jarak, bisa menggunakan potongan kayu,
benang, ukuran tangan, atau kaki sebagai satuan ukurnya. Sedangkan dalam
pengukuran isi, bisa menggunakan biji- bijian atau kancing yang akan dimasukkan
untuk mengisi benda yang akan diukur.
Contoh kegiatan mengukur dengan alat ukur standar/ baku adalah siswa
memperkirakan dimensi linear dari benda- benda (misalnya yang ada di dalam
kelas) dengan menggunkan satuan centi meter (cm), dekameter (dm), atau meter
(m). Kemudian siswa dapat menggunakan meteran (alat ukur, mistar atau
penggaris) untuk pengukuran benda sebenarnya.
4.
Keterampilan Mengkomunikasikan
Menurut Abruscato (Nasution, 2007: 1.44 ) mengkomunikasikan adalah
menyampaikan hasil pengamatan yang berhasil dikumpulkan atau menyampaikan hasil
penyelidikan. Menurut Esler dan Esler ((Nasution, 2007: 1.44) dapat dikembangkan
dengan menghimpun informasi dari grafik atau gambar yang menjelaskan benda-
benda serta kejadain- kejadian secara rinci.
Kegiatan untuk keterampilan ini dapat berupa kegiatan membaut dan
menginterpretasi informasi dari grafik, charta, peta, gambar, dan lain- lain.
Misalnya siswa mengembangkan keterampilan mengkomunikasikan deskripsi benda-
benda dan kejadian tertentu secar rinci. Siswa diminta untuk mengamati dan
mendeskrifsikan beberapa jenis hewan- hewan kecil ( seperti ukuran, bentuk,
warna, tekstur, dan cara geraknya), kemudain siswa tersebut menjelaskan
deskrifsi tentang objek yang diamati didepan kelas.
5.
Keterampilan Menginferensi
Keterampilan menginferensi menurut Esler dan Esler dapat dikatakan juga
sebagai keterampilan membuat kesimpulan sementara. Menurut Abruscato ,
menginferensi/ menduga/ menyimpulakan secara sementara adalah adalah
menggunakan logika untuk memebuat kesimpulan dari apa yagn di observasi(
Nasution, 2007 : 1.49)
Contoh kegiatan untuk mengembangkan keterampilan ini adalah dengan
menggunakan suatu benda yang dibungkus sehingga siswa pada mulanya tidak tahu
apa benda tersebut. Siswa kemudian mengguncang- guncang bungkusan yang berisi
benda itu, kemudian menciumnya dan menduganya apa yang ada di dalam bungkusan
ini. Dari kegiatan ini, siswa akan belajar bahwa akan muncul lebih dari satu
jenis inferensi yang dibuat untuk menjelaskan suatu hasil observasi. Disamping
itu juga belajar bahwa inferensi dapat diperbaiki begitu hasil observasi
dibuat.
6.
Keterampilan Memprediksi
Memprediksi adalah meramal secara khusus tentangapa yang akan terjadi
lpada observasi yang akan datang (Abruscato Nasution, 2007 : 1.55) atau membuat
perkiraan kejadian atau keadaan yang akan datang yang diharapkan akan terjadi
(Carin, 1992). Keterampilan memprediksi menurut Esler dan Esler adalah
keterampilan memperkirakan kejadian yang akan datang berdasarkan dari kejadian-
kejadian yang terjadi sekarang, keterampialn menggunakna grafik untuk
menyisipkan dan meramalkan terkaan- terkaan atau dugaan- dugaan. (Nasution,
2007 : 1.55). Jadi dapat dikatakan bahwa memprediksi sebagai menyatakan dugaan
beberapa kejadian mendatang atas dasar suatu kejadian yang telah diketahui
Contoh kegiatan untuk melatih kegiatan ini adalah memprediksi berapa lama
(dalam menit, atau detik) lilin yang menyala akan tetap menyala jika kemudian
ditutup dengan toples (dalam berbagai ukuran) yang ditelungkupkan.
7.
Keterampilan Mengenal Hubungan Ruang dan Waktu
Keterampilan mengenal hubungan ruang dan waktu menurut Esler dan Esler
meliputi keterampilan menjelaskan posisi suatu benda terhadap lainnya atau
terhadap waktu atau keterampilan megnubah bentuk dan posisi suatu benda setelah
beberapa waktu. Sedangkan menurut Abruscato menggunakan hubungan ruang- waktu
merupakan keterampilan proses yan gberkaitan dengan penjelasan- penjelasan
hubungan- hubunagn tentang ruang dan waktu beserta perubahan waktu.
Untuk membantu mengembangkan pengertian siswa terhadap hubungan waktu-
ruang, seorang guru dapat memberikan pelajaran tentang pengenalan dan persamaan
bentuk- bentuk dua dimensi (seperti kubus, prisma, elips). Seorang guru dapat
menyuruh sisiwa menjelaskan posisinya terhadap sesuatu, misalnya seorang siswa
dapat menyatakan bahwa ia berada ia berada di baridsan ketiga bangku kedua dari
kiri gurunya.
8.
Keterampilan Mengenal Hubungan Bilangan- bilangan
Keterampilan mengenal hubungan bilangan- bilangan menurut Esler dan Esler
meliputi kegaitan menemukan hubungan kuantitatif diantara data dan menggunakan
garis biangan untuk membuat operasi aritmatika (matematika). Carin mengemukakan
bahwa menggunakan angka adalah mengaplikasikan aturan- aturan atau rumus-
ruumus matematik untuk menghitung jumlah atau menentukan hubungan dari
pengukuran dasar. Menurut Abruscato, menggunakan bilangan merupakan salah satu
kemampuan dasar pada keterampilan proses.( Nasution, 2007: 1.61- 1.62).
Kegiatan yang dapat digunakan untuk melatih keterampilan ini adalah
menentukan nilai pi dengan mengukur suatu rangkaian silinder, menggunakan garis
bilangan untuk operasi penambahan dan perkalian. Latihan- latihan yang
mengharuskan siswa untuk mengurutkan dan membandingkan benda- benda atau data
berdasarkan faktor numerik membantu untuk mengembangkan keterampilan ini.
contoh pertanyaan yang membantu siswa agar mengerti tentang hubungan bilangan
antara lain adalah : “ lebih jauh mana benda A jika dibandingkan dengan benda
B?” “ Berapa derajat suhu tersebut turun dari – 100 C ke – 200
C ? ”
b) Pendekatan Salingtemas
Pendekatan
salingtemas harus memberikan kepada siswa pengetahuan yang sesuai dengan
tingkat pendidikannya. Isi pendidikan saling temas diberikan sesuai dengan
hasil pendidikan yang ditargetkan. Hubungan yang tepat antara salingtemas dalam
pembahasannya adalah keterkaitan antara topik dengan kehidupan sehari-hari. Hal
ini berarti bahwa bahasan yang berkaitan dengan kehidupan siswa harus lebih
diutamakan.
Sasaran
pengajaran salingtemas adalah cara membuat siswa agar dapat melakukan
penyelidikan untuk mendapatkan pengetahuan yang berkaitan dengan sains,
lingkungan, teknologi, dan masyarakat yang berkaitan (Wulandari, 2006:16).
Dengan kata lain, siswa dibawa pada suasana yang dekat dengan kehidupan nyata
siswa sehingga diharapkan siswa dapat mengembangkan pengetahuan yang telah
mereka miliki untuk dapat menyelesaikan masalah-masalah yang diperkirakan akan
timbul disekitar kehidupannya.
Tujuan
dari pendidikan salingtemas adalah untuk menghasilkan individu- individu yang
memiliki literasi Sains dan Teknologi. (Yager, 1996:8-9; 1993:4-5 dalam zaini,
1997:20) mengemukakan ciri-ciri individu yang memiliki literasi sains dan
teknlogi adalah sebagai berikut.
1.
Menggunakan konsep-konsep sains dan
teknologi untuk merefleksikan nilai- nilai etika dalam pemecahan masalah dan
merespon keputusan- keputuan dalam kehidupan termasuk kegiatan sehari-hari.
2.
Berpartisipasi dalam sains dan
teknologi untuk kebahagiaan dan kesejahteraan hidup.
3.
Memiliki nilai- nilai penelitian
ilmiah dan teknik-teknik pemecahan masalah
(4) Mampu membedakan bukti- bukti sains dan teknologi dengan opini individual serta antara informasi yang layak dipercaya dan kurang dipercaya.
(4) Mampu membedakan bukti- bukti sains dan teknologi dengan opini individual serta antara informasi yang layak dipercaya dan kurang dipercaya.
4.
Memiliki keterbukaan terhadap
bukti-bukti baru dan pengetahuan teknologi/ilmiah yang bukan coba-coba.
5.
Mengenali sains dan teknologi
sebagai hasil usaha manusia
6.
Memberikan tekanan kepada manfaat
perkembangan sains dan teknlogi
7.
Mengenali kekuatan-kekuatan dan
keterbatasan- keterbatasan sains dan teknologiuntuk melanjutkan kesejahteraan
manusia
8.
Mampu menganalisis interaksi antara
sains, teknologi, dan masyarakat.
Pendekatan salingtemas mengintegrasikan CTL di dalamnya, dengan pendektan ini siswa diharapkan akan menjadi ”melek sains” dan mempunyai jiwa literan dimana mengambil sains dan teknologi tidak sebagai perangkat konsep tapi bagaimana mampu mengintegrasikan dan menganalisis keterkaitan antara sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat, selain itu siswa belajar dengan berbagai sumber dan memanfaatkan teknologi, lingkungan sebagai sumber belajar, serta mampu mengambil keputusan berdasarkan nilai yang bertanggung jawab.
Pendekatan salingtemas mengintegrasikan CTL di dalamnya, dengan pendektan ini siswa diharapkan akan menjadi ”melek sains” dan mempunyai jiwa literan dimana mengambil sains dan teknologi tidak sebagai perangkat konsep tapi bagaimana mampu mengintegrasikan dan menganalisis keterkaitan antara sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat, selain itu siswa belajar dengan berbagai sumber dan memanfaatkan teknologi, lingkungan sebagai sumber belajar, serta mampu mengambil keputusan berdasarkan nilai yang bertanggung jawab.
3.
HUBUNGAN YANG BERKAITAN DENGAN KONSEP
1)
Untuk mengoptimilisasikan
proses pembelajaran Sains di sekolah, terkadang membutuhkan alat peraga atau
media pembelajaran yang bersifat modern, seperti audio visual dan alat peraga
atau media pembelajaran tersebut terkesan mahal, sehingga semua sekolah dasar
tidak mampu memilikinya yang dampaknya akan menghambat daripada proses
pembelajaran Sains di sekolah.
2)
Model pembelajaran sains diharapkan
mampu mengkaitkan antara sains-lingkungan-teknologi-masyarakat (salingtemas).
Oleh karena itu dalam menentukan tema dalam pembelajaran Sains diharapkan
bernuansa sains-lingkungan-teknologi-masyarakat.
3)
Dalam pembelajaran saling temas
siswa dikondisikan agar mau dan mampu menerapkan prinsip sains untuk
menghasilkan karya teknologi diikuti dengan pemikiran untuk mengurangi/mencegah
kemungkinan dampak negatif yang mungkin timbul dari munculnya produk teknologi
terhadap lingkungan dan masyarakat.
4.
MASALAH DAN SOLUSI
A.
MASALAH
1.
Bagaimana peran pendekatan keterampilan proses salam
mengembangkan kemampuan yang dimiliki individu siswa?
2.
Bagaimanakah maksud tujuan dari pembelajaran Sains
sebagai proses?
3.
Bagaimana menerapkan keterampilan proses dalam
pembelajaran sains?
4.
Bagaimana hubungan antara sains, lingkungan, teknologi,
dan masyarakat dalam pembelajaran?
B.
SOLUSI
1.
Pendekatan Keterampilan Proses Mengembangkan Kemampuan
yang Dimiliki oleh Individu Siswa
Pendekatan
keterampilan proses dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan yang
dimiliki oleh individu siswa. Dimyati dan Mudjiono (2002:138) memuat ulasan pendekatan
keterampilan proses yang diambil dari pendapat Funk (1985) sebagai berikut: (1)
Pendekatan keterampilan proses dapat mengembangkan hakikat ilmu pengetahuan
siswa. Siswa terdorong untuk memperoleh ilmu pengetahuan dengan baik karena
lebih memahami fakta dan konsep ilmu pengetahuan; (2) Pembelajaran melalui
keterampilan proses akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja
dengan ilmu pengetahuan, tidak hanya menceritakan, dan atau mendengarkan
sejarah ilmu pengetahuan; (3) Keterampilan proses dapat digunakan oleh siswa
untuk belajar proses dan sekaligus produk ilmu pengetahuan. Pendekatan Keterampilan Proses sains memberikan kesempatan
kepada siswa untuk secara nyata bertindak sebagai seorang ilmuwan (Dimyati dan
Mudjino, 2002:139). Dari uraian di atas dapat diutarakan bahwa dengan penerapan pendekatan
keterampilan proses menuntut adanya keterlibatan fisik dan mental-intelektual
siswa. Hal ini dapat digunakan untuk melatih dan mengembangkan keterampilan
intelektual atau kemampuan berfikir siswa. Selain itu juga mengembangkan
sikap-sikap ilmiah dan kemampuan siswa untuk menemukan dan mengembangkan fakta,
konsep, dan prinsip ilmu atau pengetahuan.
2.
Tujuan Pembelajaran Sains sebagai Suatu Proses
Tujuan pengajaran sains sebagai proses adalah
untuk meningkatkan keterampilan berpikir siswa, sehingga siswa bukan hanya
mampu dan terampil dalam bidang psikomotorik, melainkan juga bukan sekedar ahli
menghafal. Berdasarkan penjelasan di atas pada keterampilan proses, guru
tidak mengharapkan setiap siswa akan menjadi ilmuan, melainkan dapat
mengemukakan ide bahwa memahami sains sebagian bergantung pada kemampuan
memandang dan bergaul dengan alam menurut cara-cara seperti yang diperbuat oleh
ilmuan.
Dalam pembelajaran IPA,
Keterampilan-keterampilan proses sains adalah keterampilan-keterampilan yang
dipelajari siswa saat mereka melakukan inkuiri ilmiah (Nur:2002a,1), mereka
menggunakan berbagai macam keterampilan proses, bukan hanya satu metode ilmiah
tunggal. Keterampilan-keterampilan proses tersebut adalah pengamatan,
pengklasifikasian, penginferensian, peramalan, pengkomunikasian, pengukuran,
penggunaan bilangan, pengintepretasian data, melakukan eksperimen, pengontrolan
variabel, perumusan hipotesis, pendefinisian secara operasional, dan perumusan
model (Nur:2002a,1).
Selain itu, saya yakin
bahwa melalui proses belajar mengajar dengan pendekatan keterampilan proses
dilakukan dengan keyakinan bahwa sains adalah alat yang potensial untuk
membantu mengembangkan kepribadian siswa, dimana kepribadian siswa yang berkembang
ini merupakan prasyarat untuk melanjutkan kejalur profesi apapun yang
diminatinya.
3.
Menerapkan
Keterampilan Proses dalam Pembelajaran Sains
Dalam menerapkan keterampilan proses dasar sains
dalam kegiatan belajar mengajar, ada dua alasan yang melandasinya yaitu:
a.
Bahwa dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maka laju
pertumbuhan produk-produk ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi pesat pula,
sehingga tidak mungkin lagi guru mengajarkan semua fakta dan konsep kepada
siswa. Jika guru tetap mengajarkan semua fakta dan konsep dari berbagai
cabang ilmu, maka sudah jelas target itu tidak akan tercapai. Untuk itu siswa
perlu dibekali dengan keterampilan untuk mencari dan mengolah informasi dari
berbagai sumber, dan tidak semata-mata dari guru.
b.
Bahwa sains itu dipandang dari dua
dimensi, yaitu dimensi produk dan dimensi proses. Dengan melihat alasan ini
betapa pentingnya keterampilan proses bagi siswa untuk mendapatkan ilmu yang
akan berguna bagi siswa dimasa yang akan datang, sehingga bangsa kita akan
dapat sejajar dengan bangsa yang maju lainnya.
Bagi siswa, beberapa
keterampilan proses dasar dimulai dengan keterampilan proses yang sederhana
yaitu observasi atau pengamatan, perumusan masalah atau pertanyaan dan
perumusan hipotesis.
Untuk memperjelas
keterampilan-keterampilan proses sains di atas maka dibawah ini akan dijelaskan
secara singkat yaitu:
1)
Pengamatan adalah penggunaan
indera-indera anda. Mengamati dengan penglihatanm pendengaran, pengecapan,
perabaan, dan pembauan..
2)
Perumusan hipotesis adalah
perumusan dugaan yang masuk akal yang dapat diuji tentang bagaimana atau
mengapa sesuatu terjadi. (Nur:2002,4).
4.
Hubungan antara Sains, Lingkungan, Teknologi, dan
Masyarakat
Sains melandasi perkembangan teknologi, sedangkan teknologi menunjang perkembangan
sains. Sains terutama digunakan untuk aktivitas discovery dalam upaya
memperoleh penjelasan tentang objek dan fenomena alam serta untuk aktivitas invention
(penemuan) berupa rumus-rumus. Sedangkan teknologi merupakan aplikasi sains
yang terutama dalam kegiatan invention, berupa alat-alat atau barang-barang
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam hal ini, pengembangan sains tidak
selalu dikaitkan dengan aspek kebutuhan masyarakat, sedangkan pengembangan
teknologi selalu dikaitkan dengan kebutuhan masyarakat. Dengan demikian sains,
teknologi dan masyarakat merupakan bagian yang tak terpisahkan.
Dalam realitasnya, ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang secara
dinamis. Semangat dan isi kurikulum mendorong peserta didik untuk mengikuti dan
memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Menjamin
relevansi dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan
kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu,
pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir,
keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional mutlak
harus dilaksanakan.
Dengan demikian, pembelajaran sains semestinya dapat dikaitkan dengan
pengalaman keseharian anak. Sebagai bagian dari anggota masyarakat, anak dapat
dibiasakan untuk menemukan masalah dalam lingkungan lokal maupun secara global,
dan merumuskan solusi ilmiah yang mengaitkan dengan konsep sains yang sedang
dipelajarinya. Pembelajaran sains dapat berekspansi keluar dari sekedar
mempelajari pengetahuan menuju ke penggunaan pengetahuan dan keterampilan dalam
menyelesaikan masalah-masalah praktis yang dapat ditemukan dalam kehidupan
sehari-sehari. Ketika keberadaan sains menjadi lebih dekat dengan diri dan
kehidupan anak, pembelajaran sainspun akan menjadi menarik dan lebih diminati
oleh anak untuk dipelajari.
Dari pemikiran di atas, dapat dikemukakan bahwa tantangan pembelajaran
sains saat ini adalah perlu menyesuaikan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta dapat mengantisipasi masalah-masalah sosial yang berkaitan
dengan sains dan teknologi. Untuk kepentingan itu, pembelajaran sains perlu dikaitkan
dengan aspek teknologi, lingkungan, dan masyarakat (Mahmuddin, 2009).
5.
ELEMEN YANG MENARIK
1.
Pendekatan
Keterampilan Proses sains memberikan kesempatan kepada siswa untuk secara nyata
bertindak sebagai seorang ilmuwan.
2.
Penerapan pendekatan keterampilan
proses menuntut adanya keterlibatan fisik dan mental-intelektual siswa. Hal ini
dapat digunakan untuk melatih dan mengembangkan keterampilan intelektual atau
kemampuan berfikir siswa. Selain itu juga mengembangkan sikap-sikap ilmiah dan
kemampuan siswa untuk menemukan dan mengembangkan fakta, konsep, dan prinsip
ilmu atau pengetahuan.
3.
Keterampilan memperoleh pengetahuan yang ingin dibentuk adalah daya pikir
dan kreasi. Daya pikir dan daya kreasi merupakan indikator perkembangan
kognitif.
4.
Pendekatan
salingtemas harus memberikan kepada siswa pengetahuan yang sesuai dengan
tingkat pendidikannya. Isi pendidikan saling temas diberikan sesuai dengan hasil
pendidikan yang ditargetkan.
5.
Hubungan yang
tepat antara salingtemas dalam pembahasannya adalah keterkaitan antara topik
dengan kehidupan sehari-hari. Hal ini berarti bahwa bahasan yang berkaitan
dengan kehidupan siswa harus lebih diutamakan.
6.
Dalam pembelajaran
salingtemas yang mengintegrasikan lingkungan dengan materi pembelajaran
memberikan alternatif membentuk siswa yang sadar terhadap lingkungan yang tidak
hanya berupa informasi tentang kerusakan lingkungan dan unsur- unsur yang
terdapat di dalam lingkungan.
6.
REFLEKSI DIRI
Saya menyukai materi minggu ini mengenai pendekatan
keterampilan proses dan pendekatan salingtemas. Saya sebagai calon guru harus
banyak ilmu mengenai pendekatan belajar untuk diaplikasikan dalam pembelajaran
kyang akan saya bimbing kelak. Saya harus mempunyai bekal ilmu mengenai hal
tersebut, karena ilmu yang saya miliki akan mempengaruhi keluasan saya dalam
mengembangkan pembelajaran, baik mengenai metode, pendekatan, teknik, dan
sebagainya. Sedangkan cara mengajar saya akan berpengaruh pada ilmu yang
didapatkan oleh siswa yang akan saya ajar. Oleh karena itu, saya harus semangat
dalam mengeksplorasi ilmu tentang pembelajaran dan mencari bagaimana
pembelajaran yang baik yang seharusnya saya gunakan. Kunci dari semua itu
adalah semangat yang ada di dalam diri saya. Saya harus lebih semangat lagi
belajar, belajar, dan belajar. Hal ini sebagai bekal saya kelak saat menjadi
guru/ dosen. Semoga bermanfaat. Amiin.. ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar