JURNAL BELAJAR 12
Nama :
Linda Tri Antika
NIM :
209341417443
Kelas :
AA
Matakuliah :
Belajar dan Pembelajaran
Dosen :
Dr. Hj. Sri Endah Indriwati, M.Pd
Jam/ Ruang : 03
– 04 dan 07 – 08 SPA 307
Hari, Tanggal : Senin, 7 Nopember 2011
Konsep : Hubungan Masalah
Multibudaya dengan Sains untuk Semua
1. EKSPLORASI KONSEP YANG DIPELAJARI DAN INFORMASI/ KONSEP
YANG DITERIMA DARI DOSEN/ HASIL PRESENTASI
a)
Senin, 7 November 2011
v Hubungan Masalah Multibudaya dengan Sains untuk Semua
Hari
ini, kami diajari oleh PPL Pascasarjana, ibu Siti mengenai Pendidikan
Multikultural. Seperti biasa, pertama-tama ibu Siti melakukan ceramah terlebih
dahulu mengenai pendidikan multicultural. Sebenarnya saya lebih suka jika
dilakukan diskusi presentasi oleh teman-teman dengan menggunakan power point,
sehingga nantinya akan terjadi pembelajaran aktif dari mahasiswa. Namun, saya
harus tetap semangat dalam mengikuti pembelajaran hari ini.
Banyak
hal yang saya dapatkan hari ini mengenai pendidikan multicultural. Hal penting
yang saya dapatkan, antara lain adalah:
ü
Multikultural
berarti beraneka ragam kebudayaan. Akar kata dari multikulturalisme adalah
kebudayaan, yaitu kebudayaan yang dilihat dari fungsinya sebagai pedoman bagi
kehidupan manusia. Dalam konteks pembangunan bangsa, istilah multikultural ini
telah membentuk suatu ideologi yang disebut multikulturalisme.
ü
Keberagaman kebudayaan beserta keunikannya yang
menyiratkan kekhasan masing-masing budaya merupakan potensi bagi pengembangan
pembelajaran.
ü
Pendekatan multikultural (Rohidi, 2002) didesain dengan
menekankan pentingnya pluralisme sosial, keberagaman budaya, etnik, dan
kontekstualisme.
ü
Kesadaran akan keragaman (multikultural) berkontribusi
pada perkembangan pribadi siswa. Pendidikan multikultural menekankan pada
pengembangan pemahaman diri yang lebih besar, konsep diri yang positif, dan
kebanggaan pada identitas pribadinya. Artinya,memiliki pemahaman yang lebih
baik tentang dirinya yang ada akhirnya berkontribusi terhadap keseluruhan
prestasi intelektual, akademis, dan sosial siswa.
- Gerakan Pembaharuan Pendidikan
Ide penting yang lain
dalam pendidikan multikultural adalah sebagian siswa karena karakateristiknya,
ternyata ada yang memiliki kesempatan yang lebih baik untuk belajar di sekolah favorit
tertentu, sedang siswa dengan karakteristik budaya yang berbeda tidak memiliki
kesempatan itu. Beberapa karakteristik
institusional dari sekolah secara sistematis menolak kelompok untuk mendapat
pendidikan yang sama, walaupun itu dilakukan secara halus, dalam arti dibungkus
dalam bentuk aturan yang hanya bisa dipenuhi oleh segolongan tertentu dan tidak
bida dipenuhi oleh golongan yang lain. Ada kesenjangan ketika muncul fenomena
sekolah favorit yang didomimasi oleh golongan orang kaya karena ada kebijakan
lembaga yang mengharuskan untuk membayar uang pangkal yang mahal untuk bisa
masuk dalam kelompok sekolah favorit itu.
- PROSES PENDIDIKAN. Pendidikan multikultural yang juga merupakan proses pendidikan yang tujuannya tidak akan pernah terealisasikan secara penuh. Pendidikan multikultural adalah proses menjadi, proses yang berlangsung terus-menerus dan bukan sebagai sesuatu yang langsung tercapai. Tujuan pendidikan multikultural adalah untuk memperbaiki prestasi secara untuh bukan sekedar meningkatkan skor.
ü
Pentingnya multikultural menjadi lebih urgensial ketika dilihat dari realitas
kondisi masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai perbedaan suku, agama,
bahasa dan budaya. Jumlah penduduk hampir mencapai 210 juta jiwa, dengan
kandungan budaya diantaranya 13.000 pulau besar dan kecil, 300 suku yang
menggunakan bahasa hampir mencapai 210 jenis bahasa, dengan 6 agama (Islam,
Kresten, katholik, hindu, Budha dan Konghucu)., masih ada ribuah aliran sekte
mulai yang dapat doterima masyarakat, sampai dengan aliran yang dianggap sesat
(meskipun terminologi sesat itu masih dalam pro-kontra).
ü
Dalam konteks pendidikan, bahwa semua persoalan dalam masyarakat akan bisa
diperbaiki melalui proses pendidikan. Artinya kegagalan masyarakat adalah
kegagalan pendidikan dan sebaliknya. Dengan demikian, kalau ingin mengatasi
segala problematika masyarakat dimulai dari panataan secara sistemik dan
metodologis dalam pendidikan. Salah satu komponen dalam pembelajaran adalah
Proses belajar mengajar (pembelajaran). Untuk memperbaiki realitas masyarakat,
perlu dimulai dari proses pembelajaran. Multikultural bisa dibentuk melalui
proses pembelajaran, yaitu dengan menggunakan pembelajaran berbasis
multikultural. Yaitu proses pembelajaran yang lebih mengarah pada upaya menghargai
perbedaan diantara sesama manusia sehingga terwujud ketenangan dan ketentraman
tatanan kehidupan masyarakat.
Ibu Siti
memberikan kami masalah untuk didiskusikan, yaitu:
ü
Soal dari Ibu Siti
1)
Sebutkan masalah-masalah multibudaya yang terkait dengan
pembelajaran sains di tingkat SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi.
2)
Menurut saudara bagaimanakah cara mengatasi permaslahan
tersebut?
3)
Menurut analisa saudara bagaimanakah hubungan masalah
multibudaya dengan pembelajaran sains secara umum?
4)
Bagaimanakah kelemahan dan kelebihan pembelajaran
multikultural?
2.
HASIL EKSPLORASI
a)
Pedidikan Multikultural
Berdasarkan sumber yang saya dapatkan dari http://windakutubuku.blogdetik.com/2011/04/27/pendidikan-multikultural-2/ bahwa:
Istilah
multikultural juga sering digunakan untuk menggambarkan kesatuan berbagai etnis
masyarakat yang berbeda dalam suatu negara.
Multikultural
berarti beraneka ragam kebudayaan. Akar kata dari
multikulturalisme adalah kebudayaan, yaitu kebudayaan yang dilihat dari
fungsinya sebagai pedoman bagi kehidupan manusia. Dalam konteks pembangunan
bangsa, istilah multikultural ini telah membentuk suatu ideologi yang disebut
multikulturalisme.
Multikultural
adalah berbagai pengalaman yang membentuk persepsi umum terhadap usia, gender,
agama, status sosial ekonomi, jenis identitas budaya, bahasa, ras, dan
berkebutuhan khusus.
Segala
perbedaan yang dimiliki individu maupun kelompok memiliki potensi besar
terjadinya konflik antar individu maupun kelompok, bahkan dapat merambah ke
perbedaan wilayah yang lebih luas: wilayah geografis, etnis, budaya, agama,
keyakinan dan pola pikir.
Multikulturalisme,
sebagai suatu paham yang berusaha memahami dan menerima segala perbedaan setiap
individu, dikemas dalam program pendidikan untuk menghindari terjadinya
konflik.
Multikulturalisme
mengulas berbagai permasalahan yang mendukung ideologi, yaitu politik dan
demokrasi, keadilan dan penegakan hukum, kesempatan kerja dan berusaha, HAM,
hak budaya komuniti dan golongan minoritas, prinsip-prinsip etika dan moral,
dan tingkat serta mutu produktivitas.
Berbagai
konsep yang relevan dengan multikulturalisme antara lain adalah, demokrasi,
keadilan dan hukum, nilai-nilai budaya dan etos, kebersamaan dalam perbedaan
yang sederajat, suku bangsa, kesukubangsaan, kebudayaan sukubangsa, keyakinan
keagamaan, ungkapan-ungkapan budaya, domain privat dan publik, HAM, hak budaya
komuniti, dan konsep-konsep lainnya yang relevan. Mengingat pentingnya
pemahaman mengenai multikulturalisme dalam membangun kehidupan berbangsa dan
bernegara terutama bagi negara-negara yang mempunyai aneka ragam budaya
masyarakat seperti Indonesia, maka pendidikan multikulturalisme ini perlu dikembangkan.
Pendidikan
multikultural, memfasilitasi peserta didik memiliki karakter kuat untuk
bersikap demokratis, pluralis dan humanis. Melalui pendidikan multikulturalisme
ini diharapkan akan dicapai suatu kehidupan masyarakat yang damai, harmonis,
dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan sebagaimana yang telah
diamanatkan dalam undang-undang dasar.
Inkulturasi
proses pemahaman/menerima terhadap nilai-nilai oleh individu maupun kelompok
masyarakat terhadap kultur yang diturunkan secara turun-temurun dari generasi
ke generasi, sehingga berlaku dalam kelompoknya.
Sosialisasi
merupakan proses pembelajaran secara sosial dalam kehidupan sehari-hari yang
menyebabkan seseorang dapat memahami norma-norma dan kultur yang berlaku di
dalam kelompoknya.
Pengertian
Pendidikan Multikultural
Ide,
gerakan pembaharuan pendidikan dan proses pendidikan yang tujuan utamanya
adalah untuk mengubah struktur lembaga pendidikan supaya siswa baik pria maupun
wanita, siswa berkebutuhan khusus; dan siswa yang merupakan anggota dalam
kelompok ras, etnis, dan kultur yang beragam akan memiliki kesempatan yang sama
untuk mencapai prestasi akademik dan non akademik di sekolah.
Pendidikan
multikultural, sebagai strategi pendidikan yang diaplikasikan dalam
pembelajaran berbagai bidang studi, dengan cara menggunakan perbedaan-perbedaan
karakteristik dan kultur peserta didik agar proses pembelajaran efektif
memfasilitasi peserta didik mencapai tujuan pembelajaran.
Dengan
pendidikan multikultural dalam proses pembelajaran, disamping peserta didik
terfasilitasi mencapai tujuan pembelajaran, juga dapat membangun karakter
peserta didik agar mampu bersikap demokratis, humanis dan pluralis dalam
lingkungan mereka.
Karena
itu yang terpenting dalam pendidikan multikultural, guru tidak hanya dituntut
menguasai materi, tetapi secara profesional melalui kegiatan pembelajaran harus
mampu menanamkan nilai-nilai demokratis, humanisme, dan pluralisme. Dengan
nilai-nilai multikulturalisme, diharapkan peserta didik selalu menjunjung
tinggi moralitas, kedisiplinan, kepedulian humanistik, dan kejujuran dalam
berperilaku sehari-hari.
Ide dan
Kesadaran Akan Nilai Penting Keragaman Budaya
Bahwa
semua siswa tanpa memandang karakteristik budayanya seharusnya memiliki
kesempatan yang sama untuk belajar di sekolah. Perbedaan itu perlu diterima
sebagai suatu kewajaran dan bukan untuk membedakan, sehingga diperlukan sikap
toleransi agar bisa hidup berdampingan secara damai baik dalam sekala lokal,
regional, nasional dan internasional.
Gerakan
Pembaharuan Pendidikan
Tekait
dengan multikultur yang dimiliki bangsa Indonesia, UU No 20 tahun 2003 tentang
SISDIKNAS menghendaki bahwa pendidikan diselenggarakan:
·
Secara demokratis, berkeadilan serta tidak
diskriminatif serta menjunjung tinggi HAM, nilai: religi, kultural, dan
keberagaman suku bangsa.
·
Sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan
sistem terbuka dan multi makna.
Proses ,
pendidikan multikultural dipandang sebagai suatu proses yang kontinyu secara
demokratis, berkeadilan, dan tidak diskriminatif yang memfasilitasi siswa
mewujudkan perkembangan potensinya secara utuh dan menjadikan dirinya mampu
bereksistensi secara lokal, regional, nasional, dan internasional.
Konsep
Pendidikan Multikultural
·
Kesempatan yang sama bagi setiap siswa untuk mewujudkan
petensinya secara utuh.
·
Menyiapkan siswa untuk berpartisipasi dalam
masyarakat antar budaya.
·
Partisipasi aktif sekolah menghilangkan
diskriminatif dan penindasan dalam penyelenggaraan pendidikan, sehingga
menghasilkan lulusan yang sadar akan keberagaman antar sesame.
·
Pendidikan berpusat pada siswa dengan
memperhatikan karakteristik individualnya.
·
Pendidik menyelenggaraan program pendidikan
yang mampu mengakomodasi keberagaman karakteristik individual siswa.
Tujuan
Pendidikan Multikultural
Tujuan utama
dari pendidikan multikultural adalah untuk menanamkan sikap simpati, respek,
apresiasi, dan empati terhadap penganut agama dan budaya yang berbeda. Lebih
jauh lagi, penganut agama dan budaya yang berbeda dapat belajar untuk melawan
atau setidaknya tidak setuju dengan ketidak-toleranan (l’intorelable)
seperti inkuisisi (pengadilan negara atas sah-tidaknya teologi atau ideologi),
perang agama, diskriminasi, dan hegemoni budaya di tengah kultur monolitik dan
uniformitas global.
Imron
Mashadi (2009) pendidikan multikultural bertujuan mewujudkan sebuah bangsa yang
kuat, maju, adil, makmur dan sejahtera tanpa perbedaan etnik, ras, agama dan
budaya. Dengan semangat membangun kekuatan di seluruh sektor sehingga tercapai
kemakmyran bersama, memiliki harga diri yang tinggi dan dihargai bangsa lain.
Karekteristik
Pendidikan Multikultural:
ü belajar
hidup dalam perbedaan
ü membangun
tiga aspek mutual (saling percaya, saling pengertian, dan saling menghargai)
ü terbuka
dalam berfikir
ü apresiasi
dan interdependensi
ü serta
resolusi konflik dan rekonsiliasi nirkekerasan (Zakiyyudin Baidhawy, 2005:78)
1. Karakteristik
belajar hidup dalam perbedaan.
Selama
ini pendidikan lebih diorientasikan pada tiga pilar pendidikan:
a.
menambah pengetahuan,
b.
pembekalan keterampilan hidup (life skill), dan
c.
menekankan cara menjadi “orang” sesuai dengan kerangka berfikir peserta didik.
Kemudian
dalam realitas kehidupan yang plural, ketiga pilar tersebut kurang relevan
dengan kehidupan masyarakat yang semakin majemuk. Maka dari itu diperlukan satu
pilar strategis yaitu belajar saling menghargai akan perbedaan, sehingga akan
terbangun relasi antara personal dan intra personal. Dalam terminology Islam, realitas akan
perbedaan tak dapat dipungkiri lagi, sesuai dengan Q.S. Al-Hujurat:13 yang
menekankan bahwa Allah SWT menciptakan manusia yang terdiri dari berbagai jenis
kelamin, suku, bangsa, serta interprestasi yang berbeda-beda.
2. Membangun
tiga aspek mutual, yaitu membangun saling percaya (mutual trust), memahami
saling pengertian (mutual understanding), dan menjunjung sikap saling
menghargai (mutual respect).
Tiga hal
ini sebagai konsekuensi logis akan kemajemukan dan kehegemonikan, maka
diperlukan pendidikan yang berorientasi kepada kebersamaan dan penanaman sikap
toleran, demokratis, serta kesetaraan hak.
Banyak
sekali ayat-ayat al-Qur’an yang menekankan akan pentingnya saling percaya,
pengertian, dan menghargai orang lain, diantaranya ayat yang menganjurkan untuk
menjauhi berburuk sangka dan mencari kesalahan orang lain (Q.S. Al-Hujurat:12),
tidak mudah memvonis dan selalu mengedepankan klarifikasi (Q.S. al-Hujurat:6),
serta ayat yang menegaskan prinsip tidak ada paksaan (Q.S. al-Baqarah:256).
3.
HUBUNGAN YANG BERKAITAN DENGAN KONSEP
1)
Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman
budaya atau juga multikultur Pada masyarakat multikultur, mereka memiliki
tipe/pola tingkah-laku yang khas. Sesuatu yang dianggap sangat tidak normal
oleh budaya tertentu tetapi dianggap normal atau biasa-biasa saja oleh budaya
lain. Perbedaan semacam inilah yang sering menyebabkan kontradiksi atau
konflik, ketidaksepahaman dan disinteraksi dalam masyarakat multikultur.
2)
Kerusuhan berbau SARA yang merebak di banyak
tempat di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia seperti di wilayah Ambon, Poso,
Sampit dan sebagainya, merupakan bagian dari adanya kesalahpahaman. Dari banyak
studi yang dilakukan, salah satu penyebabnya adalah akibat lemahnya pemahaman
dan pemaknaan tentang adanya sebuah perbedaan.
3)
Salah satu upaya untuk bisa menghargai adanya
perbedaaan adalah dengan memberikan pendidikan multikultural. Pendidikan
multikultural adalah proses penanaman cara hidup menghormati, tulus dan toleran
terhadap keanekaragaman budaya yang ada di tengah-tengah masyarakat plural.
Tidak seperti pendidikan monokultural yang selama ini dijalankan yang
mengabaikan keunikan dan pluralitas yang berakibat terpasungnya pribadi kritis
dan kreatif.
4)
Pendidikan multikultural didasari pada konsep
kebermaknaan perbedaan yang unik pada tiap orang dan masyarakat. Pendidikan
multikultural mengandaikan sekolah dan kelas dikelola sebagai suatu simulasi
arena kehidupan nyata yang plural , terus berubah dan berkembang. Institusi
sekolah dan kelas adalah wahana hidup dengan pemeran utama peserta didik dan
guru serta seluruh tenaga kependidikan sebagai fasilitator. Kegiatan
belajar-mengajar dikembangkan sebagai wahana dialog dan belajar bersama serta
membuang pemikiran bahwa guru merupakan gudang ilmu dan nilai yang setiap saat
diberikan kepada peserta didik, melainkan sebagai teman dialog dan partner
dalam menciptakan suasana yang harmonis. Selain itu praktik penerapan keagamaan
juga akan mempertajam rasa kepekaan dan solidaritas antar pemeluk agama.
5)
Oleh karena itu, di tengah gegap gempita lagu
“tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan”, kita harus tahu bahwa pendidikan
bukan hanya sekedar mengajarkan “ini” dan “itu”, tetapi juga mendidik anak kita
menjadi manusia berkebudayaan dan berperadaban. Dengan demikian, tidak saatnya
lagi pendidikan mengabaikan realitas kebudayaan yang beragam.
4.
MASALAH DAN SOLUSI
A.
MASALAH
1.
Bagaimana hakikat pengertian pendidikan multikultural?
2.
Bagaimana peranan seorang guru dalam pendidikan
multikultural?
3.
Apa sajakah tantangan-tantangan yang ada pada pendidikan
multikultural?
4.
Bagaimana aspek yang ada pada tujuan pendidikan
multikultural?
5.
Bagaimana implementasi pendidikan multikultural di
sekolah?
B.
SOLUSI
1.
Hakikat Pengertian Pendidikan Multikultural
Pendidikan multicultural diartikan
sebagai sebuah proses pendidikan yang memberi peluang sama pada seluruh anak
bangsa tanpa membedakan perlakuan karena perbedaan etnik, budaya dan agama,
yang memberikan penghargaan terhadap keragaman, dan yang memberikan hak-hak
sama bagi etnik minoritas, dalam upaya memperkuat persatuan dan kesatuan,
identitas nasional dan citra bangsa di mata dunia international. Inilah
berbagai materi yang senantiasa diperhatikan dalam pembinaan bangsa agar tetap
kuat dan terus berkembang, bahkan seluruh budaya diberi kesempatan untuk
membina dan mengembangkannya.
Nilai dan norma di atas
ditranformasikan dan dikembangkan pada siswa-siswa sekolah melalui mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, Pendidikan Agama yang di dalamnya juga termasuk
civic education, dan bahkan kini akan dikembangkan sebuah gagasan yang sangat
strategis, pendidikan untuk karakter bangsa.C. Pengembangan Kurikulum
“Multikultural” Di Sekolah Multikultural” Indonesia sebagai negara majemuk baik
dalam segi agama, suku bangsa, golongan maupun budaya lokal perlu menyusun
konsep pendidikan multikultural sehingga menjadi pegangan untuk memperkuat
identitas nasional.
Mata Pelajaran kewarganegaraan yang
telah diajarkan di SD hingga perguruan tinggi, disempurnakan dengan memasukan
pendidikan multikultural, seperti budaya lokal antar daerah kedalamnya, agar
generasi muda bangga sebagai bangsa Indonesia. Dengan demikian, pendidikan
multikultur adalah pendidikan nilai yang harus ditanamkan pada siswa sebagai
calon warga negara, agar memiliki persepsi dan sikap multikulturalistik, bisa
hidup berdampingan dalam keragaman watak kultur, agama dan bahasa, menghormati
hak setiap warga negara tanpa membedakan etnik mayoritas atau minoritas, dan
dapat bersama-sama membangun kekuatan bangsa sehingga diperhitungkan dalam
percaturan global dan nation dignity yang kuat. Menurut Hamid Hasan, bahwa
masyarakat dan bangsa Indonesia memiliki keragaman sosial, budaya, aspirasi
politik dan kemampuan ekonomi.
2.
Peranan Guru dalam Pendidikan Multikultural
Peran
guru dan sekolah dalam membangun paradigma keberagaman inklusif (Ainun,
2005:61):
a.
Mampu bersikap demokratis. Dalam bersikap dan
berbicara tidak diskriminatif (bersikap tidak adil/ menyinggung) murid yang
beraga berbeda dengannya. Contoh: dalam menjelaskan sejarah perang salib, guru
mampu bersikap tidak memihak salah satu kelompok yang terlibat dalam perang.
b.
Peduli terhadap kejadian/peristiwa tertentu
yang berkaitan dengan agama. Contoh: dalam peristiwa pengeboman hotel Mariot.
Guru harus mampu menjelaskan, seharusnya pengeboman tidak terjadi. Karena
setiap agama, mengajarkan umatnya. Pendidikan multikulturalisme sebagaimana
dijelaskan di atas memerlukan pengenalan terhadap beragam kebudayaan yang
dimiliki oleh umat manusia dari beragam suku bangsa, ras atau etnis, dan agama.
Keragaman koleksi yang mencakup berbagai subjek dan aspek-aspeknya
merefleksikan keterbukaan perpustakaan terhadap isu-isu pluralisme dan
multikulturalisme. Semakin akomodatif kebijakan suatu perpustakaan terhadap
berbagai sumber-sumber informasi dari beragam kebudayaan maka berarti
perpustakaan tersebut telah menunjukkan kepeduliannya terhadap pendidikan
multikulturalisme.
3.
Tantangan
dalam Pendidikan
Multikultural
Tantangan yang ada dalam pendidikan multikultural adalah sebagai
berikut:
a)
Bagaimana pendidikan mampu meningkatkan
produktivitas kerja nasional serta pertumbuhan dan pemerataan ekonomi sebagai
upaya meningkatkan dan memelihari pembangunan bekelanjutan.
b)
Bagaimana membangun kemampuan melakukan
research/kajian secara komprehensif di era reformasi dalam membangun kualitas
sumber daya manusia.
c)
Bagaimana kemampuan meningkatkan daya saing
bangsa dalam menghasilkan karya-karya kreatif yang berkualitas sebagai hasil
pemikiran, penemuan dan penguasaan IPTEK dan seni dalam persaingan global.
d)
Bagaimana kemampuan menghadapi globalisasi
bidang politik dan ekonomi. Bagaimana mempertahankan ideologi bangsa/mentalitas
bangsa dalam berinteraksi dengan ideologi secara global.
4.
Aspek dalam Pendidikan Multikultural
a)
Pengembangan
literasi etnis dan budaya. Memfasilitasi siswa memiliki pengetahuan dan
pemahaman tentang berbagai budaya semua kelompok etnis
b)
Perkembangan
pribadi. Memfasilitasi siswa memahami bahwa semua
budaya setiap etnis sama nilai antar satu dengan lain. Sehingga memiliki
kepercayaan diri dalam berinteraksi dengan orang lain (kelompok etnis) walaupun
berbeda budaya masyarakatnya.
c)
Klarifikasi
nilai dan sikap. Membelajarkan siswa untuk. Pendidikan
multikultural mengangkat nilai-nilai inti yang berasal dari prinsip martabat
manusia, keadilan, persamaan, kebebasan dan demokratis. Sehingga pendidikan
multikultural membantu siswa memahami bahwa berbagai konflik nilai tidak dapat
dihindari dalam masyarakat pluralistic.
d)
Untuk menciptakan persamaan peluang
pendidikan bagi semua siswa yang berbeda-beda ras, etnis, kelas sosial
dan kelompok budaya.
e)
Untuk membantu semua siswa agar
memperoleh pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang diperlukan dalam
menjalankan peran-peran seefektif mungkin pada masyarakat demokrasi-pluralistik
serta diperlukan untuk berinteraksi, negosiasi, dan komunikasi dengan warga
dari kelompok beragam agar tercipta sebuah tatanan masyarakat bermoral yang
berjalan untuk kebaikan bersama.
f)
Persamaan
dan keunggulan pendidikan. Tujuan ini berkaitan dengan peningkatan
pemahaman guru terhadap bagaimana keragaman budaya membentuk gaya belajar,
perilaku mengajar dan keputusan penyelenggaraan pendidikan. Keragaman budaya
berpengaruh pada pola sikap dan perilaku setiap individu.
g)
sehingga guru harus mampu mehami siswa sebagai
individu yang memiliki ciri unik dan memperhitungkan lingkungan fisik dan
sosial yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran.
h)
Memperkuat
pribadi untuk reformasi sosial. Pendidikan multikultural memfasilitasi peserta
didik memiliki dan mengembangkan sikap, nilai, kebiasaan dan keterampilan,
sehingga mampu menjadi agen perubahan sosial yang memiliki komitmen tinggi
dalam reformasi masyarakat untuk memberantas perbedaan (disparities) etnis dan
rasial. Pendidikan multikultural membantu peserta didik dari berbagai kelompok
budaya yang berbeda dalam memperoleh kompetensi akademik yang diperlukan dalam
masyarakat yang berpengetahuan.
i)
Memiliki
wawasan kebangsaan/kenegaraan yang kokoh.
5.
Implementasi Pendidikan Multikultural
Mungkin ada benarnya kalau
ada yang bilang bahwa kekerasan berbau SARA yang seringkali terjadi di negeri ini
merupakan manifestasi kesalahpahaman akibat lemahnya pemaknaan terhadap
perbedaan. Perbedaan belum dipahami secara utuh sebagai sebuah “rahmah”, tetapi
justru dipersempit hingga menimbulkan pemaknaan eksklusif yang memicu tumbuhnya
sikap fanatisme sempit. Mereka yang tidak sepaham dianggap sebagai pihak
lain yang mesti dimusuhi yang tidak jarang diikuti dengan aksi-aksi agitasi dan
provokasi. Imbas yang muncul dari situasi seperti itu adalah banyaknya orang
yang tidak tahu apa-apa, tetapi terlibat secara masif dalam aksi-aksi
premanisme yang tidak mereka sadari.
Dalam konteks demikian,
dibutuhkan pemaknaan secara utuh terhadap nilai-nilai multikultural sejak dini,
sehingga generasi masa depan negeri ini bisa memandang perbedaan sebagai sebuah
“rahmah”, melihat keberagaman sebagai pola perilaku yang khas di tengah-tengah
negeri yang secara “sunatullah” memang telah “ditakdirkan” sebagai bangsa yang
multibudaya. Sampai kapan pun, akar kekerasan akan menjadi ancaman laten selama nilai-nilai primordialisme
dipahami secara naif dan sempit.
Salah satu upaya strategis yang bisa dilakukan
untuk membangun generasi masa depan yang “sadar budaya”
semacam itu adalah penanaman nilai keberagaman melalui pendidikan multikultural
di sekolah. Di tengah kompleksnya persoalan-persoalan
pendidikan seperti saat ini, memang bukan hal yang mudah untuk merevitalisasi
dan mengokohkan pendidikan multikultural dalam dunia persekolahan kita. Banyak
kalangan menilai, generasi Indonesia saat ini merupakan generasi yang tengah
mengalami “gegar budaya”. Pada satu sisi, anak-anak muda yang tengah
gencar memburu ilmu di bangku pendidikan tak pernah berhenti mendapatkan asupan
“gizi” tentang nilai-nilai keluhuran budi dan akhlakul karimah, tetapi pada sisi yang
lain, mereka juga tidak bisa menutup mata terhadap maraknya berbagai perilaku
anomali sosial, kerusuhan, dan kekerasan yang berlangsung vulgar dan telanjang di
tengah-tengah kehidupan
masyarakat. Dalam situasi seperti itu, peserta didik mengalami “kepribadian yang terbelah”, sehingga tak jarang berada di
persimpangan jalan ketika dihadapkan pada situasi yang saling kontradiktif.
Meski demikian, tidak lantas berarti bahwa
institusi pendidikan sebagai “kawah candradimuka peradaban” boleh bersikap abai
dan melakukan pembiaran secara terus-menerus dan berkelanjutan terhadap
perilaku generasi yang “gegar budaya”
semacam itu. Melalui berbagai pendekatan dan model-model pembelajaran yang menarik, peserta didik perlu diajak
berdiskusi, bersimulasi, dan berdialog bagaimana cara hidup saling menghormati,
tulus, dan toleran terhadap keanekaragaman budaya yang
ada di tengah-tengah masyarakat plural. Sekolah perlu
di-setting dan didesain sebagai wadah simulasi terhadap berbagai fenomena hidup
dan kehidupan Indonesia yang serba-plural.
Pendidikan multikultural, dengan demikian,
tidak cukup menjadi tanggung jawab guru mata pelajaran tertentu, tetapi perlu
diimplementasikan secara integral ke dalam berbagai materi pembelajaran yang relevan dengan mata pelajaran yang
bersangkutan. Tidak ada salahnya, peserta didik diajak berdialog dan belajar
menumbuhkan kepekaannya terhadap kasus kekerasan yang terjadi. Bagaimana respon dan sikap
peserta didik terhadap aksi-aksi kekerasan yang terjadi bisa dijadikan sebagai masukan
berharga dalam proses pembelajaran
berbasis pendidikan multikultural. Guru perlu memberikan kebebasan kepada subjek didik
untuk merespon dan menyikapinya, sehingga mereka merasa dihargai dan diperlakukan
sebagai sosok yang amat dibutuhkan kehadirannya dalam proses pembelajaran.
Meskipun demikian, guru dalam
fungsinya sebagai fasilitator dan mediator pembelajaran perlu memberikan penguatan agar pengalaman
belajar yang mereka peroleh bisa dikonstruksi menjadi pengetahuan baru tentang
nilai-nilai multikultural itu. Jika dikemas dalam proses pembelajaran yang menarik dan menyenangkan, bukan mustahil
kelak mereka akan menjadi generasi yang “sadar budaya”
sehingga mampu menyandingkan keberagaman sebagai kekayaan budaya bangsa
yang perlu dihormati dengan sikap toleran, tulus, dan jujur.
Dalam
implementasinya, paradigma pendidikan multikultural dituntut untuk berpegang
pada prinsip-prinsip berikut ini:
·
Pendidikan multikultural harus menawarkan
beragam kurikulum yang merepresentasikan pandangan dan perspektif banyak orang.
·
Pendidikan multikultural harus didasarkan pada
asumsi bahwa tidak ada penafsiran tunggal terhadap kebenaran sejarah.
·
Kurikulum dicapai sesuai dengan penekanan
analisis komparatif dengan sudut pandang kebudayaan yang berbeda-beda.
·
Pendidikan multikultural harus mendukung
prinsip-prinisip pokok dalam memberantas pandangan klise tentang ras, budaya
dan agama.
5.
ELEMEN YANG MENARIK
1)
Menurut Sosiolog UI Parsudi Suparlan, Multikulturalisme
adalah konsep yang mampu menjawab tantangan perubahan zaman dengan alasan
multikulturalisme merupakan sebuah idiologi yang mengagungkan perbedaaan
budaya, atau sebuah keyakinan yang mengakui dan mendorong terwujudnya
pluralisme budaya sebagai corak kehidupan masyarakat. Multikulturalisme
akan menjadi pengikat dan jembatan yang mengakomodasi perbedaan-perbedaan
termasuk perbedaan kesukubangsaan dan suku bangsa dalam masyarakat yang
multikultural. Perbedaan itu dapat terwadahi di tempat-tempat umum, tempat
kerja dan pasar, dan sistem nasional dalam hal kesetaraan derajat secara
politik, hukum, ekonomi, dan sosial.
2)
Pendidikan multikultural mencerminkan
keseimbangan antara pemahaman persamaan dan perbedaan budaya mendorong individu
untuk mempertahankan dan memperluas wawasan budaya dan kebudayaan mereka
sendiri.
3)
Beberapa aspek yang menjadi kunci dalam
melaksanakan pendidikan multikultural dalam struktur sekolah adalah tidak
adanya kebijakan yang menghambat toleransi, termasuk tidak adanya penghinaan
terhadap ras, etnis dan jenis kelamin. Juga, harus menumbuhkan kepekaan
terhadap perbedaan budaya, di antaranya mencakup pakaian, musik dan makanan
kesukaan. Selain itu, juga memberikan kebebasan bagi anak dalam merayakan
hari-hari besar umat beragama serta memperkokoh sikap anak agar merasa butuh
terlibat dalam pengambilan keputusan secara demokratis.
4)
Pendidikan multikultural sebagai wacana baru di
Indonesia dapat diimplementasikan tidak hanya melalui pendidikan formal namun
juga dapat dimplementasikan dalam kehidupan masyarakat maupun dalam keluarga.
Dalam pendidikan formal pendidikan multikultural ini dapat diintegrasikan dalam
sistem pendidikan melalui kurikulum mulai Pendidikan Usia Dini, SD, SLTP, SMU
maupun Perguruan Tinggi
6.
REFLEKSI DIRI
Saya sangat menyukai materi minggu ini mengenai
pendidikan multikultural dan pendidikan neurosentris. Dari materi tersebut,
saya menjadi tahu bagaimana mengaplikasi pendidikan yang multikultural yang
baik. Saya akan mencoba memberikan pendidikan multikultural yang baik pada
siswa/mahasiswa saya kelak (Amiin), di mana dalam pendidikan ini, saya dituntut
untuk tidak membedakan peserta didik yang memiliki latar belakang budaya yang
berbeda. Hal tersebut juga berkaitan dengan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai. Selain itu, juga ada hubungannya dengan komunikasi yang diterapkan
oleh guru terhadap siswanya. Di sini saya diharuskan untuk menggunakan bahasa
Indonesia dalam pembelajaran sehingga peserta didik yang saya ajar dapat menerima
materi yang saya ajarkan. Bagaimana saya akan menjadi guru yang baik, jika saya
belum paham ”akar” dari pembelajaran? Tentunya saya harus semangat dalam
menimba ilmu ini agar dapat saya terapkan pada peserta didik saya nanti,
sehingga tujuan pembelajaran tercapai dengan hasil yang memuaskan karena siswa
siswi saya dapat memahami materi yang saya ajari. Saya harus banyak-banyak
membaca mengenai teori belajar dan pembelajaran untuk masa depan saya sebagai
guru. Ilmu yang saya dapatkan dalam minggu ini semoga bermanfaat dan berkah.
Hal ini sebagai bekal saya kelak saat menjadi guru/ dosen. Amiin.. ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar